Rabu, 15 Oktober 2008

Cita-Cita: PENGUSAHA Pernak-Pernik Kampanye

by Y.S. Aji
15 Oktober 2008

Alhamdulillah, kita hidup di Indonesia. Mengapa? Karena sekarang ini kita adalah salah satu negara dengan jumlah partai yang paling banyak!

Lalu apa untungnya? Banyak! Khususnya bagi para pengusaha. Mereka ini dapat menawarkan aneka Jasa dan Barang yang terkait dengan Partai dan Kampanye. Kampanye dari tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi hingga Nasional.

Salah satu peluangnya adalah menjual Pernak-Pernik Kampanye.
Apakah anda punya cita-cita menjadi Pengusaha Pernak-Pernik Kampanye?
Apa kiatnya mengelola bisnis ini?

Kiat utamanya adalah: JANGAN PERCAYA pada janji para politisi. Kalau mereka janji akan membayar barang yang telah anda kirim, maka hampir pasti Anda segera BANGKRUT!

Dalam sebuah wawancara TV, seorang pengusaha mengatakan bahwa untuk barang-barang berupa pernak-pernik kampanye haruslah dengan DP (uang muka) 75 persen. Lalu, kalau sudah jadi dan akan dikirim harus melunasi dulu 25 persennya, baru setelah PASTI uang masuk, barang dapat dikirim. Dia hanya bilang:"Selama ada UANG, kami kerjakan!"

Pernak-pernik kampanye sangatlah banyak. Malah, tidak terbatas! Pembatasannya hanyalah imajinasi anda. Semakin anda dapat membayangkan bentuk pernak-pernik itu semakin banyak jenisnya. Yang paling gampang adalah PIN, Slayer, Bandana, mug, hiasan kaca mobil, gantungan kunci, dll.

Harga mungkin relatif sama dengan harga pasar, namun karena jumlahnya yang besar, maka untung pun dapat BESAR pula.

Anda yang punya Cita-cita menjadi Pengusaha Pernak-Pernik Kampanye tidak usah bingung bakal kehabisan EVENT! Bayangkan saja, satu partai akan berkampanye di seluruh Indonesia sehingga membutuhkan jutaan buah PIN bagi anggotanya! Itu belum melibatkan jenis barang yang lain. Ada Tigapuluhan propinsi dan ratusan kabupaten/kota yang tidak akan habis berkampanye dari waktu ke waktu. Apalagi, banyak politisi yang mencuri start kampanye dan masih berkampanye juga walau batas waktu sudah lewat!

Jadi Pengusaha Pernak-Pernik Kampanye adalah sebuah profesi yang patut untuk dipertimbangkan untuk dijadikan cita-cita idaman.
Anda MINAT?

Minggu, 12 Oktober 2008

Cita-Cita: SUTRADARA Iklan Kampanye

by Y.S. Aji Soedarsono
12 Oktober 2008

Bagi anda, para pemuda-pemudi yang mempunyai hobi memotret dan merekam dengan memakai kamera (still atau video) digital, anda mempunyai prospek yang sangat CERAH! Anda dapat saja merancang cita-cita anda untuk menjadi SUTRADARA Video Klip Iklan KAMPANYE politik.

Saat ini, bercita-cita menjadi Sutradara sudah menjadi fenomena. Anda tentu sudah mendengar nama-nama keren seperti HANUNG BRAMANTYO, RIRI RIZA, dan MIRA LESMANA. Memang, mereka bukan Sutradara spesialis IKLAN Kampanye. Namun, pada dasarnya mereka belajar untuk mencintai Film sejak usia muda, dan kemudian mereka belajar sungguh-sungguh untuk menjadi sutradara.

Apakah bisa terkenal karena punya cita-cita menjadi SUTRADARA Iklan Kampanye? Apakah anda nanti bisa membuat sejarah? Berapa besar nilai PROYEKnya?

Jika anda ingin menjadi terkenal karena menjadi SUTRADARA spesialis Iklan Kampanye, maka sekaranglah saatnya. Belum banyak tokoh yang terkenal saat ini. Di mana ada "kekosongan" di situ ada"peluang." Setuju?!

Janganlah kita berfikir bahwa kampanye hanya 5 tahun sekali sehingga peluangnya adalah kecil. Anda harus melihat bahwa di setiap kabupaten/kota ada orang yang berkampanye untuk DIPILIH oleh rakyatnya. Bayangkan, ada ratusan kabupaten/kota yang membutuhkan anda sebagai sutradara, apalagi jika dikalikan dengan jumlah kontestan yang ikut serta dalam pemilihan.

Ini adalah peluang BESAR!

Menurut taksiran saya, untuk tingkat nasional, nilai pembuatan Iklan Kampanye, minimal adalah ratusan juta rupiah, untuk durasi beberapa DETIK saja! Dan nanti jika anda sudah terkenal karena banyak "Jago" yang anda tampilkan "menang," maka nilai proyek anda berikutnya dapat saja meningkat menjadi milyaran rupiah untuk satu kali pembuatan masternya.

Belum lagi kalau nanti harus membuat beberapa iklan yang berbeda untuk satu orang "jago," ini berarti peluang lebih besar lagi. Bukankah menurut ilmu komunikasi harus ada tiga tahapan dalam berkomunikasi? Pertama, Awareness, Knowledge, dan Relevance. Artinya, bisa jadi akan ada tiga macam iklan, untuk satu orang "jago," namun bisa saja, untuk penghematan, seorang "jago" akan membuat sebuah iklan yang relatif panjang, yang dapat mencakup keseluruhannya.

Untuk menjadi seorang sutradara ulung, harus BELAJAR dan MAGANG. Tempat belajar yang paling dekat, adalah di IKJ atau Institut Kesenian Jakarta. Tempat ini sudah melahirkan beberapa orang HEBAT dari berbagai bidang seni, termasuk seni Sinematografi. Yang jelas, jika belajar di sana, anda akan membangun sebuah network/jejaring dengan beberapa tokoh HEBAT yang mungkin saja menjadi pengajar di sana. Jejaring adalah sangat penting dalam dunia film.

Yang jelas, berdasarkan survei, iklan di televisi adalah yang paling MASIF atau berdampak hebat terhadap publik. Jutaan orang menonton pada saat yang bersamaan. Jelas lebih heboh dari iklan KORAN. Yang jelas, koran tidak bisa berbicara sendiri. Kalau klip di Televisi, sang 'jago" dapat berbicara dengan gayanya seperti apapun yang dia ingin CITRA-kan.

Itu berarti lahan pembuatan Iklan Kampanye adalah lahan "baru" yang sangat prospektif. Anda MINAT?

Sabtu, 04 Oktober 2008

Cita-Cita: Jadi GURU Macam Bu MUSLIMAH

by Y.S. Aji Soedarsono
4 Oktober 2008


Bagi anda, anak-anak muda yang punya cita-cita mulia untuk menjadi GURU macam Bu MUSLIMAH dari Belitong, maka anda adalah calon pendidik yang LUAR BIASA. Dia tidak sekadar mendidik dengan memberikan angka-angka penilaian. Dia mendidik anak muridnya menjadi manusia yang menghargai alam, menjadi manusia yang menjadi dirinya sendiri namun yang mau untuk mempunyai Cita-cita dan tidak kenal menyerah.

Bagaimana agar menjadi LUAR BIASA semacam Bu MUSLIMAH?

Seharusnya "menjadi GURU" adalah otomatis menjadi LUAR BIASA! Mengapa?

Orang-orang Inggris tidak mempunyai padanan kata yang "pas" untuk istilah GURU. Itulah sebabnya mereka tetap memakai istilah GURU seperti apa adanya. GURU mempunyai arti yang lebih TINGGI dan MULIA daripada MASTER. Orang Inggris mempunyai istilah MASTER dan GRAND MASTER, namun untuk menggambarkan orang yang lebih LUAR BIASA dari pada keduanya mereka menyerap istilah GURU. GURU menurut mereka adalah orang yang punya ILMU dan BIJAK LAKSANA (BIJAKSANA).

Sekadar mempunyai ILMU memang lebih mudah ketimbang untuk menjadi BIJAKSANA. Memahami ILMU itu sendiri, namun juga memahami SIAPA yang sedang belajar untuk memahami ILMU itu. Sedemikian rupa sehingga yang belajar dapat merasakan manfaat sebagaimana kecerdasannya dapat menyerap dengan sebanyak-banyaknya ilmu itu.

Ketika Bu MUSLIMAH mengatakan bahwa si HARUN adalah pandai, maka dia ingin mengatakan bahwa HARUN adalah memang pandai untuk ukuran HARUN sendiri, yang artinya ILMU si HARUN terus meningkat jua. Ini adalah BIJAKSANA.

Bagi anak muda yang ingin menjadi Guru yang BIJAKSANA, dan kemudian dapat menularkan ILMU dan ke-BIJAKSANA-annya kepada anak muridnya harus melalui proses panjang.

Bu MUSLIMAH juga bukan wanita yang memuja materialisme. Dia tidak mencari HIDUP dari mendidik dan mengajar. Dia mendapatkan penghidupan dari ketrampilanya (SKILL) yang lain, yakni menjahit. Meski harus mengayuh sepeda onthel dan diiming-iming pekerjaan di sekolah yang lebih mapan, dia tetap bertahan untuk mendidik anak muridnya sendiri.

Bagi Bu MUSLIMAH, setiap anak adalah Pemimpin, yang dapat memimpin teman-temannya. Memimpin pada bidang masing-masing yang sesuai dengan diri mereka masing-masing. Itulah sebabnya MAHAR dengan sukacita menerima tugas menjadi PEMIMPIN kelompok KARNAVAL untuk ikut berlomba, dan dengan lantang berseru,"Serahkan kepada MAHAR dan ALAM ...!" Para Guru di sekolah tempat Bu MUSLIMAH mendidik, sangat tahu bahwa MAHAR adalah seorang SENIMAN genius. Pada akhirnya, dengan senjata rahasia berupa kalung "ajaib" MAHAR dan teman-temannya BERHASIL menjadi juara karnaval.

Wahai para Calon Guru yang ingin menjadi LUAR BIASA, jika harus menjadi Guru macam BU MUSLIMAH, apa kalian SANGGUP?

(sumber: buku dan film LASKAR PELANGI)