Senin, 18 Mei 2009

Cita-Cita: Planolog/Arsitek yang Memahami Kelautan

by Y.S.Aji Soedarsono
18 May 2009


Beberapa hari yang lalu, baru saja usai WOC, World Ocean Conference. Acaranya diadakan di Manado, kota yang penuh kenangan bagi saya. Ketika saya kanak-kanak, selama 2 tahun saya habiskan di sana, dari kelas 0 hingga kelas 1 SD, tahun 1971-1972.

Konferensi tentang Lautan adalah yang pertama kali dilakukan sepanjang sejarah umat manusia moderen di bumi. Jadi, sekali lagi Indonesia menorehkan sejarah yang akan tercatat selamanya. Konferensi ini menguatkan dan mempertajam serta melengkapi BALI ROAD MAP yang dilaksanakan tahun 2007.

Namun, ternyata, ada ironi di balik semua itu. Ternyata, di kota Manado sendiri, terdapat kenyataan baru, di mana masyarakat nelayan yang menderita akibat dibangunnya jalan lintas tepi pantai di sepanjang pantai Manado. Kini, mereka harus menyeberang jalan untuk mencapai pantai untuk melaut, dan anehnya, tidak ada tempat yang baik untuk menambatkan perahu mereka. Bahkan, mereka harus mengemis kepada pemerintah daerah untuk dibuatkan batu pemecah ombak agar dapat dijadikan tempat menambatkan perahu mereka.

Dari beberapa kejadian di mana atas nama pembangunan, beberapa wilayah laut harus menjadi korban, antara lain pengurugan pantai yang tentunya menghancurkan ekosistem airlaut, termasuk koral yang berharga.

Mengapa banyak Planolog dan Arsitek yang tidak memerhatikan pentingnya ekosistem laut? Apakah mereka benar-benar telah membuat AMDAL untuk melaksanakan hal itu?

Saat ini, para DESAINER apapun di muka bumi harus memerhatikan dampak dari desain yang mereka buat. Seorang ahli desain barang alat kerja harus memerhatikan apakah karyanya nanti akan menambah sampah yang tidak dapat terurai, seperti plastik. Seorang ahli desain furnitur harus memerhatikan apakah nanti banyak material kayu yang terbuang dari hasil desainnya yang banyak lengkung dan lingkaran.

Demikian pula dengan Planolog/Arsitek, apakah karya mereka nanti akan menghancurkan ekosistem air laut yang merupakan 2/3 bagian bumi ini. Ketika sudah banyak yang berkampanye tentang HIJAUKAN BUMI, maka sudah pada tempatnya untuk melakukan pula kampanye BIRUKAN LAUT.

Keseimbangan alam darat dan laut harus dijaga dengan baik. Jika saat ini manusia di muka bumi sudah merasakan akibat pemanasan global, saat ini pula mereka harus memelajari apa saja manfaat lautan yang keseimbangan ekosistemnya terjaga. Ketika hutan hujan tropis menjadi penyerap karbon dioksida di daratan, maka tumbuhan laut juga melaksanakan tugas yang sama di bawah permukaan air laut. Mereka adalah penghasil oksigen di alamnya masing-masing.

Masih banyak ilmu yang harus dipelajari oleh Planolog/Arsitek, selain masalah ilmu tanah, ilmu struktur, ilmu mekanika teknik, ilmu gambar teknik, ilmu gambar indah dll. Ilmu kelautan harus lebih banyak dipelajari oleh mereka. Menjadi Planolog/Arsitek bukan sekadar menjadi ahli teknik dan desain. Banyak disiplin ilmu lain yang sangat terkait, termasuk dampaknya, dalam jangka panjang, terhadap hasil karya mereka nantinya.

Sebelum memulai pembangunan yang diduga akan berdampak bagi lingkungan, apalagi dalam jangka panjang, wajib dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, AMDAL. Ada lembaga tertentu yang akan menghitung kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh suatu proyek pembangunan dan kelanjutan operasionalnya. Jika sudah nyata bahwa kerugian yang lebih banyak terjadi daripada keuntungannya, sebaiknya investor tidak memaksakan maksud-maksud ekonominya di lokasi tersebut.

Ketika sumber daya di bumi semakin terbatas, saatnya untuk lebih menjaga kelestarian alam. Siapapun berhak dan wajib untuk menyelamatkan bumi. Anda MAU?

Tidak ada komentar: