Rabu, 08 September 2010

GURU yang SALAH CITA-CITA

08 November 2009
by Yudistira S.A. Soedarsono

Lina (Malang): Pak Yudis, saya sudah baca buku bapak DramSMART. Pak, saya merasa elah salah salah dalam mencapai cita-cita. Sejak kecil saya bingung apa cita-cita saya, karena selalu berubah-ubah.
Setelah saya bekerja, baru saya sadar apa bakat saya. Sekarang saya bekerja sebagai guru BP/BK dan ini merupakan siksaan bagi saya karena saya tidak pernah membayangkan menjadi seperti ini.
Saya ingin sekali keluar tapi saya takut nanti tidak dapat kerjaan dan takut orang tua saya kecewa karena saya sudah PNS. Tapi benar pak, saya sungguh nggak nyaman, tersiksa sekali dan nggak bisa menikmati jadi guru BK, saya suka ketrampilan.
Menurut bapak saya harus bagaimana?

Yudis: Salam utk bu LINA di Malang.
Ibu tidak usah keluar dulu dari PNS. Boleh saya tanya apa kehebatan ibu?

Lina: Bpk, saya sudah tanyakan kepada teman-teman, kebanyakan teman kuliah. Kate mereka saya ini: Baik hati, gak sombong, jujur, gak lupa teman lama, peduli sama teman, bertanggung jawab, supel, bisa mengatasi masalah dengan tenang, beruntung jadi PNS, sederhana, bisa jaga rahasia.

Yudis: Apa ketrampilan andalan Ibu?

LIna: Saya suka ketrampilan membuat kerajinan tangan. Saya suka jahit-menjahit dasar. Pernah kuliah tata busana, tapi karena sepertinya teman-teman tidak suka, jadinya jadual kuliah sering terganggu, akhirnya berhenti kuliah. Padahal sayang sekali karena sudah bayar. Pernah ke DIknas untuk minta jabatan struktural, malah saya dimarahi.

Yudis: Ibu ambil kursus saja yang waktunya lebih fleksibel.

Lina: Iya pak, tapi saya orang yang tidak bisa menanggung beban dobel-dobel. Waktu saya banyak tersita di sekolah, apalagi masalah siswa banyak banget. Kalau kursus takutnya nanti malah tidak maksimal. Kenapa ya saya tidak bisa pindah ke struktural, padahal kalau di sana saya lebih bisa atur waktu saya.

Yudis: Boleh saya tebak, ibu dulu kuliah di Psikologi Pendidikan?

Lina: Iya pak, lebih tepatnya Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di IKIP Malang. Tapi saya masuk tuh asal milih aja dan gak ada niat untuk kuliah. Saya lebih suka membuat suvenir atau semacam itulah.

Yudis: Kalau begitu tinggal atur waktu saja serta ied kreatif dan modal kerja untuk kembangkan bisnis.

Lina: Nah, itu yang saya gak bisa, ngatur waktu. Kalau sudah banyak masalah siswa, kerjaan saya jadi berantakan. Dan kalau di rumah pinginnya tidur terus, kalau suntuk saya pinginnya santai. Saya inginnya kerja yang nyaman. Baiklah, terimakasih banyak pak atas saran-sarannya.

Yudis: sama-sama bu Lina.

Kamis, 20 Mei 2010

UJIAN NASIONAL

by Yudistira S.A. Soedarsono
20 Mei 2010


Pada bulan April 2010, saya diajak oleh seorang penggiat pendidikan di Jawa Tengah, tepatnya di kota Tegal untuk menjadi "peninjau" pada saat pelaksanaan UN SMP. Pagi itu yang menjadi target ada 4 buah sekolah SMP atau sederajat di selatan kota SLAWI.

Setelah berliku-liku menumpang kendaraan melalui jalan aspal sempit, sampailah kami di sekolah yang pertama. Demikian seterusnya, melalui jalan yang juga berliku dan sempit, melalui perkampungan dan persawahan sampai kami di 2 sekolah lainnya, sementara yang satu lagi agak ke dekat kota Slawi.

Ada nuansa yang nyaris seragam yang dapat saya tangkap di setiap sekolah yang kami kunjungi. Ada ketegangan yang nampak di setiap wajah Kepala Sekolah. Ketegangan menjadi sangat NYATA, ketika salah satu anggota rombongan penilik (rombongan yang saya "ikuti")bertanya:
"Jadi berapa Pak/Bu, target kelulusan di sini?"

Jawabannya cukup mirip dari satu Kepsek dengan lainnya. Mereka mengatakan tentu harapan sangat tinggi. Apakah mungkin mereka menjawab "target angka yang rendah" di hadapan bapak-bapak penilik?

Salah seorang Ibu Kepala Sekolah, bahkan secara nyata ingin agar sistem di kembalikan ke semula memakai EBTANAS, karena toh, saat akan masuk ke jenjang yang lebih tinggi masih ada lagi ujian masuknya.

Saya sangat setuju dengan sikap MAhkamah Konstitusi yang lebih mengarahkan agar segala prasarana dan sarana penunjang dilengkapi lebih dulu sebelum UN yang berstandar nasional diberlakukan.

Melihat situasi dan kondisi di mana SISWA, GURU dan ORANGTUA menjadi sangat tertekan pada pekan UN, khususnya di kalangan sekolah yang bukan unggulan, yang menjurus kepada tindakan yang tidak terpuji bersama-sama (tindakan tidak terpuji berjamaah), maka saya lebih setuju jika UN dibekukan dulu, sambil menunggu SELURUH prasarana dan sarana pendidikan terdistribusi merata di bumi Indonesia.

Saya tidak terlalu heran jika saat pengumuman, bagi yang tidak lulus menjadi sangat terpukul. Penantian yang lama dan usaha keras sepanjang tahun terakhir seolah sia-sia dan bumi bagaikan berhenti berputar!

Sebuah pengukuran statistik TIDAK BOLEH menentukan TARGET hasil. Ketika kita menargetkan, maka kita sudah terjebak dalam pola rekayasa hasil. Jika UN dimaksudkan untuk standardisasi, maka yang MENDESAK dan PENTING untuk distandardisasi adalah PRASARANA dan SARANA Pendidikannya. Seharusnya UN adalah sebagai Umpan Balik yang tidak harus menentukan kelulusan siswa. Biarlah guru mereka masing-masing yang menentukannya dengan memerhatikan aktifitas siswa selama bersekolah.

Ketika sebuah sekolah dengan bangga menyatakan bahwa 100% siswanya lulus UN, maka masih perlu dikalikan dengan angka KOEFISIEN KEJUJURAN. Oleh sebab sangat penasaran, saya melakukan survei kecil di Jakarta Selatan, dengan sekitar 70an responden. Hasil sementaranya, 25 persen para siswa yang 1-2 tahun lalu ikut UN SMP melakukan tindakan MENCONTEK! Adakah pihak lain yang juga melakukan survei semacam itu? Kalau ada, saya sungguh ingin mengetahui hasil surveinya.

Ketika 20 persen anggaran diarahkan dalam bidang pendidikan, maka itu seharusnya dapat menjadi PRASARANA dan SARANA pendidikan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ketika itu semua sudah terstandardisasi, maka saya berargumentasi bahwa jika sama-sama jujurnya, maka hasil UN setelah PRASARANA dan SARANA standar pasti akan lebih baik.

Anda SETUJU?

Senin, 08 Februari 2010

Ingin Jadi GURU AGAMA

by Yudistira S.A. Soedarsono
8 Februari 2010


Dua hari yang lalu, saya mendapatkan SMS dari seorang bernama VERA di Sawahlunto, Sumatera Barat (no HP 085766041xxx). Berikut ini Tanya jawab yang terjadi:


Vera (Tanya): Apakah ini no. HP penulis DreamSMART(R)?

Yudistira (Jawab): Iya.. Ini dari Siapa? dan di mana?

Tanya: Dari Nelya Veronica, Siswi SMAN 1 Sawahlunto, Sumatera Barat.

Jawab: Adakah yang dapat saya bantu?

Tanya: Vera pengen belajar banyak ne tentang cita-cita sama kakak..

Jawab: Boleh.. Vera mau nanya apa? Mau jadi apa?

Tanya: Vera tu pengen banged jadi Guru kak.. tapi 3x dalam sehari.. Bisa gak Kak?

Jawab: Maksudnya bagaimana? Belum jelas..

Tanya: Begini.. Vera tu pengen kalau pagi ngejar di sekolah, trus siang ngajar di madrasah (MDA) n malamnya jadi guru ngaji Kak.. Gimana?

Jawab: Boleh aja kalau pandai atur waktu dan tenaga kamu. Ngajar pagi di bidang apa?

Tanya: Pengennya sih di bidang umum aja Kak. Gak terfokus ke satu bidang aja.

Jawab: Maksudnya sekarang ini atau setelah lulus SMA? Atau, setelah lulus kuliah?

Tanya: Setelah lulus SMA kalau dapat Kak.

Jawab: Oh begitu... Kalau jadi guru, resminya harus sarjana. Kamu suka pelajaran apa? Hobimu apa?

Tanya: Agama sama Sosiologi Kak. Kalau hobi Vera baca Al-Qur'an sama nyanyi Kak..

Jawab: Kalau begitu pilihlah satu bidang untuk kuliah nanti.

Tanya: Kalau saya pilih bidang agama, gimana menurut Kakak?

Jawab: Bagus. Berarti baiknya masuk UIN, Universitas Islam Negeri (dulu IAIN).

Tanya: Oke.thanks ya Kak..atas masukannya.. Kapan-kapan kita sambung lagi yan Kak..

Jawab: Iya.. sama-sama. Sukses ya.

Tanya: iya Kak.. doain Vera ya Kak.

Jawab: Amiin.

Selasa, 02 Februari 2010

ARTIS: Camera Face, Fotojenik, Unikjenik

by Yudistira S.A. Soedarsono
3 February 2010


Bagi anda yang menggemari "tabung kaca" yang kian lama kian berubah menjadi "tabung" tipis, anda pasti mengamati perkembangan ARTIS-ARTIS baru yang menghibur anda sepanjang waktu. Baik itu pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari atau sampai besok pagi lagi.

Dulu, di tahun 1979-an, untuk dapat menjadi seorang fotomodel atau bintang film layar lebar, disyaratkan untuk mempunyai wajah dan bodi yang FOTOJENIK. Bagi yang tidak mempunyai syarat-syarat itu, sungguh sangat sulit untuk dapat menjadi seorang ARTIS.

Kini, dunia mulai bergeser. Permintaan dan daya terima masyarakat juga bergeser. Istilah yang dipakai bukan hanya FOTOJENIK, tapi juga CAMERA FACE dan yang paling akhir tapi dapat diterima adalah UNIKJENIK.

Apa itu UNIKJENIK?

Untuk menjadi artis di abad ini, juga dapat dicapai dengan cara UNIK, wajah UNIK, penampilan UNIK, cara ngomong yang UNIK, cara menyanyi yang UNIK, cara melawak yang UNIK dan segala macam yang UNIK-UNIK.

Saya akan sebutkan beberapa nama yang tidak ada potongan ganteng, tidak ada potongan bodi yang langsing, tapi mereka semua DAPAT DITERIMA oleh para penonton, dan tentunya harus dapat diterima oleh para PRODUSER yang mengorbitkan mereka.

Dalam dunia lawak, sangat banyak yang memenuhi kriteria "wajah kampung, rejeki kota." Yang masih digemari, dan masih mengibur setiap malam adalah TUKUL ARWANA. Yang sedang menanjak adalah SULE dan AZIZ GAGAP. Ada juga komedian yang berbadan tambun, seperti ADE NAMNUNG, yang agak tambun adalah PEPI, dan lawan mainnya BUDI ANDUK. Di samping itu, ada juga yang wanita yaitu JENG KELIN.

Sebagian besar dari mereka mempunyai beberapa kelebihan yang jarang ada duanya, yang mana ketika kelebihan tersebut dipadukan dalam sebuah banyolan, yang terjadi adalah suasana yang MENYEGARKAN para penonton.

Seorang TUKUL sudah banyak dibahas sehingga tidak akan dibahas di sini. Seorang SULE, adalah seorang ahli karawitan dan ahli seni Sunda. Dia pandai menyanyi gaya Sunda, menari gaya Sunda. Kadang-kadang dia mengeluarkan pantunnya. AZIZ yang tidak gagap menjadi GAGAP dan unik, walau dia akui menjadi gagap tidak mudah. Seorang PEPI ternyata bukan hanya suka membanyol, tatapi dia pandai memainkan alat musik tabuh. Saya pernah melihatnya menabuh gendang di sebuah Mal di Jakarta Selatan. JENG KELIN lain lagi. Keunikan wanita ini adalah suaranya yang CEMPRENG dan gaya jalannya yang aneh serta cara berkomunikasi yang menjengkelkan.

Mereka semua ini adalah beberapa orang yang memenuhi kriteria UNIKJENIK. Jadi tidak hanya CAMERA FACE saja, tetapi menjadi UNIK juga sangat penting.

Seorang Psikolog juga menambahkan, bahwa pada dasarnya, mereka yang UNIKJENIK ini, harus SUKSES dulu mengangkat RASA PERCAYA DIRI sedemikian rupa sehingga mereka menjadi SUKSES di dunia panggung dan layar kaca/lebar. Tanpa RASA PERCAYA DIRI yang tinggi, mereka akan selalu merasa KALAH BERSAING dengan yang CAMERA FACE.

Nah, saya dapat PASTIKAN bahwa ANDA mempunyai kriteria salah satu dari dua tadi atau dua-duanya: ANDA termasuk CAMERA FACE, atau UNIKJENIK atau kedua-duanya.

Kalau mau menjadi ARTIS, harus berani ikut AUDISI atau CASTING, anda MAU dan BERANI?

Jumat, 22 Januari 2010

SEJARAWAN dan IQ

by Yudistira S.A. Soedarsono
22 Januari 2010


Pada bulan Januari tahun 2010 ini saya mendapat SMS dari ANA di Probolinggo. Dia menanyakan beberapa hal yang ternyata belum ada di buku DreamSMART(R) for Teens.

Ana (Tanya): Ass. Pak Yudis, Bagaimana caranya agar dapat menjadi seorang Sejarawan?

Yudistira (Jawab): Alaikum salam. Ana, untuk menjadi seorang SEJARAWAN sebaiknya dari SMU IPS, yang mencintai pelajaran Sejarah. nanti, setelah lulus melanjutkan ke FISIP atau FIB Jurusan Sejarah.

Tanya: FISIP itu di mana?

Jawab: FISIP itu singkatan dari Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Jurusan itu ada di beberapa universitas yang ternama, misal di UI, UGM dan di UNAIR. Namun, ada juga yang memasukkan Jurusan Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya (d/h Fak. SASTRA), silakan dicari infonya ke universitas masing-masing.

Tanya: Pak, apakah saya termasuk orang yang FOKUS jika saya berminat di bidang Sejarah dan mengidolakan: JOANNE KATHLEEN ROWLING, penulis novel Harry Potter; dan CHAIRIL ANWAR dan M.H. RUSLI yang keduanya adalah penyair dan pejuang Indonesia?

Jawab: Sebenarnya masih masuk yang FOKUS, karena menyukai perjuangan. Memang seorang SEJARAWAN akan sangat mengidolakan totok-tokoh pejuang/sejarah. Dan kalau dia mengidolakan seorang penulis, juga masih fokus, karena ujung-ujungnya seorang SEJARAWAN harus menulis tentang sejarah yang khusus, yang dia teliti dan dia minati.

Tanya: terus, saya mau tanya lagi.. Apakah kalau pintar matematika maka IQ-nya dianggap tinggi? Dan, kalau IQ-nya tinggi apakah pintar di segala bidang?

Jawab: Tes IQ adalah sangat terkait dengan pengukuran kemampuan berhitung dan berlogika. Jadi, kalau IQ-nya tinggi memang ada kaitannya dengan kemampuan matematika yang tinggi. Tetapi, IQ yang tinggi bukan berarti dia pintar di segala hal. Tes IQ tidak mengukur kemampuan bermusik, olahraga, dan kreativitas seseorang. Yang lebih penting, IQ tidak mengukur kematangan emosi, ketekunan, adaptasi dan spiritualitas seseorang. Padahal 4 hal terakhir ini adalah yang paling menentukan KESUKSESAN.

Tanya: Pak, apakah SEJARAWAN hanya bekerja di MUSEUM?

Jawab: Tidak juga. Yang lebih punya prospek bagus adalah kalau kamu jadi dosen, lalu kuliah Master dan Doktor untuk bidang Sejarah, lalu suatu hari kamu akan menjadi seorang narasumber di TV atau seminar-seminar dalam bidang yang kamu teliti dan kamu bukukan. Jadi, sambil jadi narasumber, kamu tetap jadi dosen.