Rabu, 22 Juli 2009

Cita-Cita: PSIKOLOG HEBAT Seperti Profesor FUAD HASAN

by Y.S. Aji Soedarsono
Rabu, 22 Juli 2009


Saya mempunyai beberapa orang teman dan sahabat yang menyandang predikat sebagai PSIKOLOG. Bahkan ada beberapa anak muda yang belum lama ini lulus Sarjana Psikologi dan ada seorang mahasiswa yang luarbiasa, yang multi-talented yang kini kuliah di Fakultas Psikologi UI. Walaupun kini, untuk menyandang predikat Psikolog Profesional diharuskan untuk mengambil program Master/Magister, saya tetap saja menganggap teman-teman saya tersebut sebagai Psikolog yang profesional.

Apa yang membuat mereka ini memilih ilmu psikologi sebagai jalur untuk membuka karir?

Beberapa waktu yang lalu, saya berjumpa dengan salah seorang teman saya tersebut. Dia adalah teman saya dari SMP lalu SMA. Setelah lulus SMA, terus terang saya kehilangan jejak. Jadi saat berjumpa beberapa waktu lalu, saya baru tahu bahwa dia adalah seorang psikolog. Ternyata, dia sekarang menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta di Jakarta.

Dalam percakapan kami, sempat terungkap bahwa sebagian (besar?) mahasiswa di tempat dia mengajar, memilih fakultas psikologi karena para mahasiswa itu mempunyai masalah pribadi yang tidak mudah diselesaikan. Oleh karena itu, "sambil" kuliah, mereka berharap dapat memahami permasalahan masng-masing, dan berharap ada dosen yang dengan cuma-cuma memberikan solusi bagi permasalah yang dihadapi.

Apakah semua mahasiswa Psikologi masuk ke sana dengan alasan seperti di atas? Saya YAKIN tidak semua begitu. Pasti ada mahasiswa yang sudah sejak remaja bahkan sejak kecil ingin menjadi psikolog.

Seorang teman yang saat tulisan ini dibuat sedang kuliah di Fakultas Psikologi UI, mempunyai alasan masuk ke sana untuk menjadi seorang Psikolog yang dapat membantu orang lain yang mempunyai masalah kejiwaan, tanpa memberikan harus obat (pil). Berbeda dengan Psikiater, yang kadang harus menulis resep untuk sang pasien yang mempunyai gangguan kejiwaan. Menurutnya, "mengobati" tanpa obat lebih KEREN!

Beberapa hari yang lalu, dalam siaran TVRI, terdapat acara talkshow yang menampilkan dua orang Psikolog senior Indonesia, Prof. ENOCH MARKUM dan JA. RUMESER, MPSi. Karena dalam acara langsung itu dibolehkan untuk berinteraksi, saya menelepon untuk mengobati rasa penasaran saya tentang satu hal dalam bidang Psikologi di Indonesia.

Saat saya dipersilakan bertanya, segera saya bertanya kepada Prof. ENOCH MARKUM:
"Selamat siang Pak. Saya ingin bertanya kepada Pak Enoch Markum. Pertanyaan saya: Kalau dalam ilmu Sosiologi di Indonesia, sudah ada beberapa Sosiolog Indonesia yang beberapa teorinya dicuplik dan disejajarkan dengan beberapa teori dari luar negeri, bagaimana dengan Psikolog Indonesia? Siapakah Psikolog Indonesia dan apa teorinya yang dapat kita sejajarkan dengan teori dari luar?"

Profesor Enoch Markum menjelaskan bahwa di Fakultas Psikologi UI, sekarang ini sedang dikembangkan yang namanya PSIKOLOGI ULAYAT (Indigenous Psychology), yaitu psikologi yang berdasarkan kepada beberapa Etnis yang begitu beragam dari Indonesia. Sedangkan, tambahan dari Pak Rumeser, bahwa ada seorang Psikolog hebat dari Indonesia, yang teorinya patut diangkat dan disejajarkan dengan teori dari luar negeri. Hal itu dapat terjadi karena "orang ini" sangat JELI dan tanggap terhadap situasi psikologi di Indonesia. "Orang ini" adalah Profesor FUAD HASAN. Dia telah menemukan teori Psikologi "KAMI dan KITA."

Seperti kita ketahui bersama, memang dalam bahasa Indonesia sehari-hari dikenal istilah KAMI dan KITA, yang jika diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi WE saja. Hal ini berarti ada perbedaan signifikan dalam hal kejiwaan orang Indonesia dalam memandang dirinya sendiri dan kawan bicaranya (lawan bicaranya). KAMI dapat berarti saya dan beberapa orang lain, tapi tidak termasuk ANDA. Sedangkan KITA dapat berarti Saya dan beberapa orang lain termasuk ANDA! Jadi, memang, ternyata Indonesia mempunyai seorang PSIKOLOG HEBAT, yang dapat disejajarkan teorinya dengan Psikolog dari luar negeri.

Jawaban di atas sangat melegakan dan MEMBANGGAKAN.

Nah pembaca yang budiman, anda semakin BERMINAT?