Jumat, 16 Oktober 2009

Jadi HAKIM Seperti BISMAR SIREGAR SH.

By Y.S. Aji Soedarsono
16 Oktober 2009

Pada hari Minggu tanggal 11 Oktober 2009 adalah salah satu hari yang sangat berkesan dalam hidup saya. Pada hari itu saya berkesempatan bertemu muka dan berjabatan tangan dengan seorang yang sangat hebat. Yang lebih dalam lagi, pada kesempatan itu, saya mendapatkan curahan semangat untuk tetap kukuh dalam bertindak lurus dalam hidup ini.

Sore itu, saya diundang oleh seorang teman untuk hadir dalam acara bedah buku yang dikarang oleh seorang mantan Hakim Agung Indonesia. Teman saya ini menjadi anggota panitia acara tersebut. Pengarang buku ini adalah BISMAR SIREGAR SH. Bukunya berjudul “Islam Akhlak Mulia, Renungan-renungan di Tengah Malam Sunyi.” Bismar pernah menjadi Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan Utara, dan pada saat menjelang pensiun, dia adalah seorang Hakim Agung di Mahkamah Agung RI.

Dalam uraian singkatnya, dia menjelaskan bahwa dulu ketika memutuskan menjadi hakim dan bukan menjadi jaksa, adalah karena menjadi hakim lebih independent. Seorang hakim tidak harus melapor dulu kepada atasan ketika akan memutuskan suatu perkara. Dengan ternyata pilihannya tepat. Dengan demikian dia mempunyai ruang yang sangat luas untuk bertindak adil dalam setiap keputusan yang diambilnya.

Dari dulu hingga kini, menjadi hakim tidak pernah kecil tantangannya. Namun ada perbedaan besar antara zaman dulu dengan zaman sekarang. Dulu, sangat sulit menentukan di antara 10 orang hakim, siapa yang tidak jujur. Zaman sekarang adalah sebaliknya.

Ketika kini tidak lagi menjabat, dia lebih suka menjadi penulis. Ketika buku “Islam Akhlak Mulia” selesai dan sebagian akan dibagikan secara gratis kepada beberapa orang, komentar istrinya adalah: “Miskinlah kau nanti.”
Bismar menjawab:”Tidak. Ini adalah depositoku untuk hidupku di akhirat nanti.”

Dalam bedah buku tersebut, diungkapkannya bahwa menjadi hakim tidak melulu sekadar merujuk kepada Undang-Undang yang tertulis. Dalam beberapa kasus, dia mengambil keputusan berdasarkan kepada hakikat dari suatu permasalahan walaupun mungkin tidak cocok atau tidak ada pada pasal-pasal dalam Undang-Undang. Hal itu diakui oleh anak-muridnya yang hadir pula dalam acara bedah buku tersebut.

Pada kesempatan bedah buku tersebut, peserta bedah buku memang mendapatkan buku tersebut secara gratis, termasuk saya. Ketika acara bedah telah selesai, secara spontan, beberapa orang, termasuk saya, mengantri untuk mendapatkan tandatangannya pada buku gratis yang kami dapatkan.

Pada giliran saya, beliau menanyakan nama saya. Saya menjawab seraya menambahkan: ”…Pak, saya juga menulis sebuah buku kecil tentang cita-cita, yang pada bagian penutupnya saya menuliskan pesan agar para remaja tidak bercita-cita menjadi seorang koruptor. Apabila bapak berkenan, saya akan ambilkan untuk bapak.”

Dia mengangguk. Saya segera mengambil buku “DreamSMART® for Teens” dari tas saya. Dia meminta saya membubuhkan tandatangan saya di buku yang akan saya berikan kepadanya, sementara dia membubuhkan tandatangan di buku yang dibagikan secara gratis kepada saya.

Akhirnya, kami saling bertukar buku. Kami saling bersalaman disaksikan oleh beberapa orang yang mengantri di belakang saya. Terimakasih Pak Bismar Siregar, semoga di Indonesia ada banyak lagi hakim yang seperti anda. Amiin.

Rabu, 22 Juli 2009

Cita-Cita: PSIKOLOG HEBAT Seperti Profesor FUAD HASAN

by Y.S. Aji Soedarsono
Rabu, 22 Juli 2009


Saya mempunyai beberapa orang teman dan sahabat yang menyandang predikat sebagai PSIKOLOG. Bahkan ada beberapa anak muda yang belum lama ini lulus Sarjana Psikologi dan ada seorang mahasiswa yang luarbiasa, yang multi-talented yang kini kuliah di Fakultas Psikologi UI. Walaupun kini, untuk menyandang predikat Psikolog Profesional diharuskan untuk mengambil program Master/Magister, saya tetap saja menganggap teman-teman saya tersebut sebagai Psikolog yang profesional.

Apa yang membuat mereka ini memilih ilmu psikologi sebagai jalur untuk membuka karir?

Beberapa waktu yang lalu, saya berjumpa dengan salah seorang teman saya tersebut. Dia adalah teman saya dari SMP lalu SMA. Setelah lulus SMA, terus terang saya kehilangan jejak. Jadi saat berjumpa beberapa waktu lalu, saya baru tahu bahwa dia adalah seorang psikolog. Ternyata, dia sekarang menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta di Jakarta.

Dalam percakapan kami, sempat terungkap bahwa sebagian (besar?) mahasiswa di tempat dia mengajar, memilih fakultas psikologi karena para mahasiswa itu mempunyai masalah pribadi yang tidak mudah diselesaikan. Oleh karena itu, "sambil" kuliah, mereka berharap dapat memahami permasalahan masng-masing, dan berharap ada dosen yang dengan cuma-cuma memberikan solusi bagi permasalah yang dihadapi.

Apakah semua mahasiswa Psikologi masuk ke sana dengan alasan seperti di atas? Saya YAKIN tidak semua begitu. Pasti ada mahasiswa yang sudah sejak remaja bahkan sejak kecil ingin menjadi psikolog.

Seorang teman yang saat tulisan ini dibuat sedang kuliah di Fakultas Psikologi UI, mempunyai alasan masuk ke sana untuk menjadi seorang Psikolog yang dapat membantu orang lain yang mempunyai masalah kejiwaan, tanpa memberikan harus obat (pil). Berbeda dengan Psikiater, yang kadang harus menulis resep untuk sang pasien yang mempunyai gangguan kejiwaan. Menurutnya, "mengobati" tanpa obat lebih KEREN!

Beberapa hari yang lalu, dalam siaran TVRI, terdapat acara talkshow yang menampilkan dua orang Psikolog senior Indonesia, Prof. ENOCH MARKUM dan JA. RUMESER, MPSi. Karena dalam acara langsung itu dibolehkan untuk berinteraksi, saya menelepon untuk mengobati rasa penasaran saya tentang satu hal dalam bidang Psikologi di Indonesia.

Saat saya dipersilakan bertanya, segera saya bertanya kepada Prof. ENOCH MARKUM:
"Selamat siang Pak. Saya ingin bertanya kepada Pak Enoch Markum. Pertanyaan saya: Kalau dalam ilmu Sosiologi di Indonesia, sudah ada beberapa Sosiolog Indonesia yang beberapa teorinya dicuplik dan disejajarkan dengan beberapa teori dari luar negeri, bagaimana dengan Psikolog Indonesia? Siapakah Psikolog Indonesia dan apa teorinya yang dapat kita sejajarkan dengan teori dari luar?"

Profesor Enoch Markum menjelaskan bahwa di Fakultas Psikologi UI, sekarang ini sedang dikembangkan yang namanya PSIKOLOGI ULAYAT (Indigenous Psychology), yaitu psikologi yang berdasarkan kepada beberapa Etnis yang begitu beragam dari Indonesia. Sedangkan, tambahan dari Pak Rumeser, bahwa ada seorang Psikolog hebat dari Indonesia, yang teorinya patut diangkat dan disejajarkan dengan teori dari luar negeri. Hal itu dapat terjadi karena "orang ini" sangat JELI dan tanggap terhadap situasi psikologi di Indonesia. "Orang ini" adalah Profesor FUAD HASAN. Dia telah menemukan teori Psikologi "KAMI dan KITA."

Seperti kita ketahui bersama, memang dalam bahasa Indonesia sehari-hari dikenal istilah KAMI dan KITA, yang jika diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi WE saja. Hal ini berarti ada perbedaan signifikan dalam hal kejiwaan orang Indonesia dalam memandang dirinya sendiri dan kawan bicaranya (lawan bicaranya). KAMI dapat berarti saya dan beberapa orang lain, tapi tidak termasuk ANDA. Sedangkan KITA dapat berarti Saya dan beberapa orang lain termasuk ANDA! Jadi, memang, ternyata Indonesia mempunyai seorang PSIKOLOG HEBAT, yang dapat disejajarkan teorinya dengan Psikolog dari luar negeri.

Jawaban di atas sangat melegakan dan MEMBANGGAKAN.

Nah pembaca yang budiman, anda semakin BERMINAT?

Jumat, 29 Mei 2009

Cita-Cita: KULIAH Apa Aja Deh...

by Y.S. Aji Soedarsono
29 May 2009


Beberapa minggu yang lalu, seorang bapak dari 3 orang remaja menuturkan kepada saya bahwa dengan situasi dan kondisi dunia pendidikan di Indoneisa seperti sekarang ini, dia mencoba realistis dengan apa yang dihadapi oleh 3 anaknya. Dia tidak ingin memaksakan berapa nilai yang harus dicapai oleh mereka. Dia tidak ingin memaksakan jurusan IPS atau IPA bagi anak-anaknya. Bahkan lebih dari itu, dia mengijinkan anak-anaknya saat lulus SMA untuk kuliah apa saja, yang penting kuliah.

Mengapa dia mengatakan seperti itu?
Apakah banyak orangtua yang bersikap seperti itu?
Lalu, bagaimana dengan cita-cita anak-anak mereka?

Tapi, itu belum selesai. Dia menambahkan bahwa nanti setelah lulus sarjana di Indonesia, dia akan mengirimkan anak-anak mereka untuk kuliah di LUAR NEGERI. Hal itu dia wajibkan untuk "menutupi" kekurangan selama kuliah di dalam negeri. Jadi, bagaimanapun dia menganggap bahwa kuliah di dalam negeri adalah belum cukup.

Sehingga, pada akhirnya, ijazah yang terakhir, yang dari luar negeri itulah yang akan dipakai untuk "mencari kerja" di dalam negeri atau luar negeri. Walaupun situasi global sekarang ini "sangat menantang," diharapkan 5 hingga 10 tahun mendatang situasi global sudah pulih kembali.

Bagaimana dengan cita-cita anaknya?
Tentunya dia ingin kuliah "apa saja" di Indonesia adalah yang sesuai dengan cita-cia anaknya, jika sudah punya. Jika anaknya belum punya cita-cita, nanti dia dan sang istri akan menyarankan kuliah apa yang mungkin murah dan mudah untuk lulus.

Ada berapa banyakkah orang tua yang seperti bapak itu?
Pastinya hanya Tuhan yang tahu. Mungkin ini adalah sebagian dari respons para orang tua terhadap situasi dunia pendidikan di Indonesia.

Apakah anak-anak mereka akan lulus dengan mudah di kampus "apa saja" ini? Rasanya tidak. Karena, belum tentu mereka menyukai bidang yang disodorkan oleh para orang tua. Atau, mereka tidak bersemangat karena bidang itu memang bukan bidang yang mereka jadikan cita-cita.

Jadi bagaimana sebaiknya?
Menurut hemat saya, sebaiknya, sebagai titik tolak untuk memilih kuliah adalah Cita-cita si remaja. Bagaimanapun, remaja dan orang tua harus berdiskusi dengan intensif tentang apa yang diinginkan anak (baca: cita-cita), bakat anak dan seberapa mampu para orang tua untuk membiayai perkuliahan. Jika ternyata tidak mampu, sebaiknya mereka menyarankan untuk mencari beasiswa, atau menyarankan untuk bekerja dulu sambil menabung. Untuk mendapatkan beasiswa itu berarti mereka harus mempunyai nilai yang bagus. Nilai yang bagus dapat dicapai jika anak memang berbakat dan mau, atau SEDIKIT berbakat tapi MAU berusaha SANGAT KERAS untuk belajar.

Minggu, 24 Mei 2009

Cita-Cita: PETANI Polikultur Organik

by Y.S. Aji Soedarsono
24 May 2009


Dia bukan petani biasa. Lahan pertaniannya ada di Sumatera Utara. Namanya JUNAIDI GINTING. Dia adalah petani yang LUAR BIASA. Dia bukan sekadar petani yang hanya menanam, memupuk dan memanen. Dia melakukan percobaan dalam menanam pohon KAKAO.

Percobaan apa yang dia lakukan?
Hal luar biasa apa lagi yang dia lakukan?

Dia adalah petani PENELITI. Dia membagi lahannya menjadi beberapa bagian yang dia tanami KAKAO dengan cara yang berbeda. Dia mencatat dan mengamati proses yang terjadi dan juga mencatat hasil panennya. Ada yang dipupuk saja tapi tidak dipangkas daunnya. Ada yang dipangkas saja daunnya namun tidak dipupuk, dan beberapa metode lainnya. Ternyata hasilnya, yang dipangkas dan tidak dipupuk lebih banyak dan lebih baik mutunya. Selanjutnya, dia menanam dengan metode yang paling baik jumlah dan mutunya.

Bukan hanya itu, dia juga menanam beberapa pohon yang menyelingi tanaman kakaonya. Antara lain ada pohon Durian yang menaungi dan dapat menghasilkan panen buah. Ada juga tanaman pengusir hama, sehingga hama malas untuk berkunjung di kebunnya. Dia tidak memakai antihama kimia. Dia melakukannya secara organik.

Setelah berhasil, ternyata banyak rekan petani lainnya yang tertarik menerapkan apa yang dia lakukan. Itulah sebabnya, dia kemudian menjadi MENTOR bagi para petani lainnya. Dia berbagi dengan para petani lainnya semua pengalaman yang telah dia lewati.

Karena dia pernah mengalami dan melakukan semua prosesnya sendiri, maka semua yang dia ucapkan sangat diyakini oleh petani lain. Alhasil, hasil KAKAO di desanya meningkat tajam jumlah dan mutunya.

Dengan menerapkan penelitian, yang dalam bahasa Kendali Mutu disebut PDCA, Plan Do Check Action, Junaidi Ginting telah menemukan cara yang paling cocok untuk berkebun KAKAO di desanya. Selain itu dia juga mengembangkan proses yang organik tanpa antihama kimia sehingga lebih aman.

Bagi anda yang berjiwa PETANI dan bercita-cita meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman kita, dapat menirukan apa yang telah Junaidi lakukan. Jika banyak anak muda Indonesia melakukan hal ini, niscaya kita segera dapat menyaingi segala macam buah dan tanaman yang berbau "BANGKOK." Anda MINAT?

Senin, 18 Mei 2009

Cita-Cita: Planolog/Arsitek yang Memahami Kelautan

by Y.S.Aji Soedarsono
18 May 2009


Beberapa hari yang lalu, baru saja usai WOC, World Ocean Conference. Acaranya diadakan di Manado, kota yang penuh kenangan bagi saya. Ketika saya kanak-kanak, selama 2 tahun saya habiskan di sana, dari kelas 0 hingga kelas 1 SD, tahun 1971-1972.

Konferensi tentang Lautan adalah yang pertama kali dilakukan sepanjang sejarah umat manusia moderen di bumi. Jadi, sekali lagi Indonesia menorehkan sejarah yang akan tercatat selamanya. Konferensi ini menguatkan dan mempertajam serta melengkapi BALI ROAD MAP yang dilaksanakan tahun 2007.

Namun, ternyata, ada ironi di balik semua itu. Ternyata, di kota Manado sendiri, terdapat kenyataan baru, di mana masyarakat nelayan yang menderita akibat dibangunnya jalan lintas tepi pantai di sepanjang pantai Manado. Kini, mereka harus menyeberang jalan untuk mencapai pantai untuk melaut, dan anehnya, tidak ada tempat yang baik untuk menambatkan perahu mereka. Bahkan, mereka harus mengemis kepada pemerintah daerah untuk dibuatkan batu pemecah ombak agar dapat dijadikan tempat menambatkan perahu mereka.

Dari beberapa kejadian di mana atas nama pembangunan, beberapa wilayah laut harus menjadi korban, antara lain pengurugan pantai yang tentunya menghancurkan ekosistem airlaut, termasuk koral yang berharga.

Mengapa banyak Planolog dan Arsitek yang tidak memerhatikan pentingnya ekosistem laut? Apakah mereka benar-benar telah membuat AMDAL untuk melaksanakan hal itu?

Saat ini, para DESAINER apapun di muka bumi harus memerhatikan dampak dari desain yang mereka buat. Seorang ahli desain barang alat kerja harus memerhatikan apakah karyanya nanti akan menambah sampah yang tidak dapat terurai, seperti plastik. Seorang ahli desain furnitur harus memerhatikan apakah nanti banyak material kayu yang terbuang dari hasil desainnya yang banyak lengkung dan lingkaran.

Demikian pula dengan Planolog/Arsitek, apakah karya mereka nanti akan menghancurkan ekosistem air laut yang merupakan 2/3 bagian bumi ini. Ketika sudah banyak yang berkampanye tentang HIJAUKAN BUMI, maka sudah pada tempatnya untuk melakukan pula kampanye BIRUKAN LAUT.

Keseimbangan alam darat dan laut harus dijaga dengan baik. Jika saat ini manusia di muka bumi sudah merasakan akibat pemanasan global, saat ini pula mereka harus memelajari apa saja manfaat lautan yang keseimbangan ekosistemnya terjaga. Ketika hutan hujan tropis menjadi penyerap karbon dioksida di daratan, maka tumbuhan laut juga melaksanakan tugas yang sama di bawah permukaan air laut. Mereka adalah penghasil oksigen di alamnya masing-masing.

Masih banyak ilmu yang harus dipelajari oleh Planolog/Arsitek, selain masalah ilmu tanah, ilmu struktur, ilmu mekanika teknik, ilmu gambar teknik, ilmu gambar indah dll. Ilmu kelautan harus lebih banyak dipelajari oleh mereka. Menjadi Planolog/Arsitek bukan sekadar menjadi ahli teknik dan desain. Banyak disiplin ilmu lain yang sangat terkait, termasuk dampaknya, dalam jangka panjang, terhadap hasil karya mereka nantinya.

Sebelum memulai pembangunan yang diduga akan berdampak bagi lingkungan, apalagi dalam jangka panjang, wajib dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, AMDAL. Ada lembaga tertentu yang akan menghitung kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh suatu proyek pembangunan dan kelanjutan operasionalnya. Jika sudah nyata bahwa kerugian yang lebih banyak terjadi daripada keuntungannya, sebaiknya investor tidak memaksakan maksud-maksud ekonominya di lokasi tersebut.

Ketika sumber daya di bumi semakin terbatas, saatnya untuk lebih menjaga kelestarian alam. Siapapun berhak dan wajib untuk menyelamatkan bumi. Anda MAU?

Rabu, 13 Mei 2009

What is your CONTRI to your COUNTRY?

by Y.S. Aji Soedarsono
13 May 2009

Kira-kira tiga minggu yang lalu, di atas busway, saya berkenalan dengan seorang ibu yang luar biasa. Kami berkenalan dan langsung, tanpa saya tanya, dia menyatakan umurnya, padahal menurut ilmu sopan-santun, adalah bijaksana untuk tidak menanyakan umur kepada seorang "lady." Dia menyatakan bahwa dia lahir tahun 40-an, berarti sudah berusia 60-an tahun.

Rupanya, dia adalah sarjana teknik lulusan sebuah institusi terkenal di Bandung. Kemudian dia mengabdi di lembaga pemerintah yang mengurusi pengairan dll. Pada tahun 1980-an, dia mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar master di Delft, Belanda. Setelah lulus, kembali ke tanah air dan melanjutkan pengabdian di lembaga tempatnya bekerja dulu. Kini, dia sudah pensiun.

Setelah ngobrol sana-sini, sayapun bertanya,"Wah hebat ya bu.. kalau begitu sudah banyak ya buku dan tulisan ibu?"

Dengan serta-merta dia menjawab:
"Wah.. gimana ya dik,... saya ini sibuk banget kerja untuk cari duit untuk anak-anak saya. Suami saya juga begitu." Dengan apologia dia menambahkan,"Jadi ya maaf, saya belum nulis buku.."

Lain cerita si ibu tadi, lain pula cerita seorang pemuda.

Di sebuah tayangan TV, dengan dipandu oleh bung Andy, seorang pemuda kira-kira usia hampir 40-an, diwawancarai, karena dia berprestasi sebagai seorang pembuat desain dan telah memasarkan radio yang unik.

Pemuda ini adalah sarjana desain lulusan Bandung juga. Letak keunikan radio temuannya adalah pada konsepnya. Konsepnya yang pertama adalah mendekatkan sang pemilik dengan radio itu. Kedua, bahan yang dia pakai adalah kayu sengon dan pinus. Untuk komponennya, standar. Radio yang dia buat, dipasarkan di Eropa, Amerika Utara dan Jepang. Di Eropa, sebuah radionya dipatok dengan harga sekitar 160 Euro.

Dalam desainnya, dia membuat sistem tuning yang analog, manual, bukan digital, dan tanpa remote. Bahkan, salah satu desainnya, tidak terdapat tampilan indikator apapun. Jadi, sang pemilik harus mencari-cari frekuensi radio yang dia mau dengan memakai "feeling." Hebatnya, desainnya mendapat penghargaan di Jerman. Salah satu keunggulannya, suara yang dihasilkan lebih baik dari radio plastik, karena bahan "casing"nya adalah dari kayu, yang merupakan media akustik speaker yang paling baik.

Bukan hanya itu, secara ekologis, desainnya juga lebih "ramah" lingkungan. Kok bisa ya? Khan .. pakai kayu? Ternyata, dalam setahun dia "hanya" memerlukan 100 pohon sengon dan pinus, namun, pada saat yang sama, dalam setahun itu, dia membagikan 8000 benih sengon dan pinus gratis kepada petani setempat untuk ditanam sebagai pengganti yang telah ditebang. Jadi, dia punya saldo 7900 pohon setiap tahun.

Akhirnya, jika anda bertanya-tanya tentang istilah CONTRI yang saya pakai pada judul, maka anda akan segera mengerti bahwa yang saya maksud adalah CONTRIBUTION. Jadi, saya memang sedang menanyakan kepada anda apakah KONTRIBUSI anda kepada NEGERI ini.

Anda ingin seperti si Ibu atau si PEMUDA?

Senin, 04 Mei 2009

Cita-Cita Kami yang Jadoel, maka Jadilah Kami ..

by Y.S. Aji Soedarsono
4 May 2009


Jumat malam minggu lalu adalah sejarah bagi saya pribadi. Jumat sorenya, sekitar jam 17.00, ada teman SD ketika dulu di Surabaya menelepon. Dia sebenarnya berdinas di Pacitan namun sedang tugas ke Jakarta. Dia memberitahukan bahwa malam jam 19.00 akan ada Reuni kecil teman-teman SD. Tempatnya adalah di Senayan City. Wow, TGIF! Jumat malam adalah waktu yang tepat untuk "nongkrong" bareng.

Saya memang bukan lulusan SD Surabaya, namun saya sekolah di SD itu dari kelas 2 hingga kelas 5, yang mana satu angkatan hanya ada 1 kelas, jadi kami selalu satu kelas selama tiga tahun lebih saya di sana, hingga bagian awal kelas 5. Saya merasa hanya sebagai "the missing link" dalam kelompok "alumni SD" tersebut. Alhamdulillah, 9 orang terkumpul.

Di antara mereka, hanya satu yang saya tidak "pangling," yaitu tetangga sebelah kiri rumah "longkap" satu. Yang lainnya sudah banyak berubah. Saat itu pula, saya mulai mengenal mereka lagi. Ada 3 orang rekan wanita yang rupanya semuanya insinyur pertanian. Ada yang sarjana teknik yang bekerja di pabrik semen, ada yang inspektur di Departemen Keuangan. Ada pula yang mengaku "ngene-ngene ae" (gini-gini aja). Ada yang sarjana teknik, yang lebih suka nulis dan kasih training motivasi. Namun, itulah kami.

Apakah cita-cita kami saat dulu kami di SD?

Seingat saya, hingga kelas 5, saya tidak pernah dengan jelas mendapatkan "pernyataan cita-cita" dari teman-teman. Namun, ada beberapa hal menonjol yang merupakan keahlian teman-teman saya.

Ada yang tiap tahun ikut lomba menyanyi antar kelas, namun Jumat malam di cafe di Senayan City, dia sangat enggan untuk menyanyi, dia enggak PD. Dulu, ada teman yang sering jadi Ketua Kelas, dan sering menangkis "pukulan sayang" dari guru kami, yang akhirnya dia menjadi Polisi, dan Kapolres di sebuah kota di Jawa Barat. Ada yang dulu jadi juru bicara saat Lomba Cerdas Cermat di TVRI, yang ternyata kini menjadi manajer (dia salah satu yang Insinyur Pertanian) sebuah perusahaan besar. Ada yang dulu sangat atletis, sangat cepat larinya, sekarang mengaku "gini-gini aja" dalam bisnisnya. Ada yang sering juara kelas, dan kini menjadi inspektur di Departemen Keuangan. Yang lebih tidak jelas hubungan antara cita-cita dengan kenyataan kini adalah, bahwa ada yang dulu bercita-cita menjadi penyanyi, namun dia ternyata berpendidikan Sarjana Teknik, namun kini lebih menyukai masalah motivasi dan kecerdasan!

Namun, yang luar biasa, ada teman yang dulu mengaku "medioker" (kemampuan sedang-sedang saja) dan dulu sempat saya ajak "mojok" di bawah pohon dekat sawah, saat pelajaran berkebun, lalu dimarahi pak guru, ternyata sekarang menjalankan usaha agensi untuk "melejitkan brand" beberapa perusahaan. Kawan saya ini dulu sempat dongkol kepada guru kami. Dulu, sebelum saat pulang, guru kami sering memberi pertanyaan dan bagi yang dapat menjawab dengan benar, boleh keluar, pulang duluan. Suatu saat, teman saya yang satu ini menjawab pertanyaan dengan BENAR, namun sang guru tidak mengijinkannya pulang duluan. Dia jadi dongkol, dan karena sangat kecewa, dia tidak mau beranjak dari kursi hingga seluruh siswa kelas kami keluar. Dan, yang luar biasa, teman saya ini sudah pandai menganalisis situasi yang terjadi saat itu, bahwa ada diskriminasi antara siswa PANDAI dan siswa MEDIOKER ke bawah.

Mungkinkah, apa yang dia kerjakan saat ini adalah upaya "membayar" (payback) atas semua peristiwa dulu itu? Apakah itu sebagai sebuah motivasi yang positif?

Mungkin YA dan mungkin TIDAK.

Bagaimanapun, itulah para anak-anak SD tahun 1970-an, yang tentunya cara bervisinya adalah versi JADOEL, sehingga kini, kami menjadi seperti ini. Ada deviasi yang besar dan lebar. Oleh karenanya, bagi yang masih muda, sebaiknya cara-cara yang JADOEL dalam bercita-cita digantikan dengan cara yang SMART: Specific, MEGA, Achievable, Recognizable, dan mempunyai Time framed. MAU?

Rabu, 15 April 2009

Selembar Hasil TES IQ

by Y.S.Aji Soedarsono
15 April 2009

Semester genap telah tiba. Bagi siswa kelas 10, di beberapa SMU di Jakarta, telah menjalani Psikotes. Tak berapa lama kemudian, hasilnya dibagikan kepada yang bersangkutan. Salah satu tujuannya adalah untuk mempersiapkan para siswa menjelang penjurusan ketika naik ke kelas 11, apakah Bahasa, IPS atau IPA.

Seorang remaja yang saya kenal, sebutlah si A, menunjukkan selembar kertas laporan hasil psikotesnya kepada saya. Hasilnya sangat mengesankan. Menurut laporan itu, nilainya adalah 128. Kalau menurut teori klasik, dia termasuk anak yang jenius, karena nilainya di atas 120. Sebenarnya saya tidak heran, karena ketika dulu lulus SMP, di sekolahnya dia menjadi juara 1 untuk nilai UN, dengan nilai Matematika 10 dan Bahasa Inggris 10. Menurut lembaga yang menguji, dia dianjurkan masuk IPA.

Sementara itu, di tempat lain, seorang remaja lain yang adalah teman si A, namun sekarang berbeda SMU, melalui lembaga psikologi yang berbeda, mendapatkan hasil tes dengan nilai 106. Berdasarkan teori klasik, dia termasuk anak yang normal (standar). Menurut lembaga penguji, dia di sarankan masuk IPS.

Sedemikian pentingkah tes psikologi yang "outcome"-nya nilai IQ ini?

Sebelum menjawab hal itu, saya ingin menjelaskan perbedaan cara melaporkan yang dilakukan saat ini dengan "jaman doeloe."

Jaman sekarang, bidang uji dan nilai hasilnya disebutkan dengan jelas, sedemikian sehingga yang bersangkutan tahu betul bidang apa dia mendapat nilai yang sangat kuat, dan bidang apa yang mendapatkan nilai pas-pasan.

Hal itu berbeda dengan tahun 1981, ketika saya lulus SMP. Setelah mengikuti psikotes, hasil yang dilaporan dalam selembar laporan selebar setengah kuarto atas nama saya adalah:

P 1xx; O 1xx; A 1xx; B 1xx; C 1xx; dan T 1xx/1xx.

Yang saya tuliskan dengan "xx" adalah bilangan puluhan dan satuan yang sengaja saya rahasiakan.

Menurut anda, bagaimanakan saya dan orang tua saya dapat mengetahui kemampuan, kekuatan dan kelemahan saya? Apakah kode P,O,A,B,C,T harus dirahasiakan baik kepada ortu maupun kepada yang bersangkutan? Rasanya itu tidak jujur. Seharusnya tidak boleh dirahasiakan bagi ybs.

Dalam sebuah artikel di koran ternama, baru-baru ini, sang penulis yang adalah ahli dalam bidang HRD, menuliskan bahwa hasil tes IQ adalah yang PALING VALID untuk mengukur kecerdasan seseorang. Benarkah?

Kita kembali kepada tokoh A yang nilai IQ-nya 128. Saya sangat yakin bahwa sang penguji tidak pernah tahu tentang kemampuan si A dalam hal menulis fiksi. Dalam beberapa kesempatan, saya telah membaca cerpen yang dibuatnya, yang sangat KREATIF.

Sebagai kesimpulan, dapat kita katakan bahwa tes IQ cukup bermanfaat untuk menjelaskan secara kuantitatif kemampuan seseorang, namun tidak cukup efektif untuk menjelaskan sisi kreativitas yang bersangkutan. Bagaimanapun cara ini masih ada manfaatnya, walaupun metode yang lain perlu pula diterapkan untuk dapat mengetahui kemampuan seseorang secara lebih gamblang.

Adapun mengenai EQ dan SQ, saya berpendapat bahwa keduanya adalah salah kaprah, karena yang lebih tepat adalah EI (Emotional Intelligence)dan SI (Spiritual Intelligence). Mengapa? Karena "Q" adalah singkatan dari QUOTIENT yang artinya adalah perbandingan. Selama belum ada angka perbandingannya, maka belum dapat dikatakan sebagai EQ ataupun SQ. Anda SETUJU?

Senin, 06 April 2009

Sesuap NASI dan Seberkas BINTANG

by Y.S. Aji Soedarsono
6 April 2009


Seorang anak lelaki kecil bermata sipit menjajakan krupuk, kepada penumpang yang menaiki mobil mereka selepas belanja di pertokoan. Umurnya belum lagi 10 tahun. Dari kejauhan, si ibu dari anak ini memerhatikan dari kios makanan kecil di dekat mobil-mobil yang parkir itu. Kadang-kadang, tawaran diabaikan penumpang mobil, kadang-kadang ada yang membeli.

Itu adalah salah satu cara orang dewasa untuk mendidik anak-anak mereka. Mereka ingin agar anak-anak mereka nantinya dapat mandiri. Mandiri dalam arti dapat mencari SESUAP NASI, untuk dirinya dan untuk keluarganya.

Mungkin, anak tadi memang bercita-cita menjadi pedagang seperti orangtuanya.

Dengan adanya sesuap nasi inilah, maka di tiap-tiap daerah ada yang namanya UMR, Upah Minimum Regional. Artinya, seorang anak muda yang telah "selesai" sekolah, dan berjaya mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan UMR, dianggap telah dapat mandiri dengan mendapat "Sesuap Nasi."

Apakah cita-cita seseorang cukup hanya untuk mendapat Sesuap NASI?
Apa pula yang dimaksud dengan SEBERKAS BINTANG?

Well, tidak ada larangan bagi orang-orang yang bercita-cita untuk mendapat sesuap nasi. Namun, bagi yang ber-visi MEGA, tentu mereka akan menggantungkan cita-cita yang jauh lebih tinggi daripada sekadar UMR. Biasanya, capaian UMR adalah salah satu batu loncatan bagi mereka yang bercita-cita MEGA.

Adapun yang saya maksud dengan SEBERKAS BINTANG adalah suatu pencapaian yang "tidak harus meterial" atau dalam kata lain SEBERKAS BINTANG adalah sesuatu yang "besar yang tidak selalu berupa materi."

Dalam sebuah seminar, seorang pembicara asal Sidoarjo, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa seorang yang "cerdas" pastilah dapat memberikan "benefit" bagi orang-orang di sekitarnya. Bahkan seorang anak yang "cacat" sekalipun, yang tidak dapat bangkit dari tempat tidur, ternyata dapat memberikan benefit bagi seisi rumah, karena dia selalu membangunkan (dengan cara berteriak-teriak) dan mengingatkan seisi rumah untuk SHOLAT ketika waktunya tiba. Itulah benefit.

Benefit yang seperti itulah yang saya maksud dengan SEBERKAS BINTANG, yang telah dicapai oleh si anak yang "cacat" itu. Si anak telah berhasil memberikan "pencerahan" dalam bentuk "seberkas" cahaya yang menerangi orang-orang seisi rumahnya.

Itu berarti, banyak "orang normal" yang seharusnya mendapatkan SEBERKAS BINTANGnya masing-masing. Boleh jadi dia akan menjadi seorang pemusik andal yang dapat menggugah orang-orang ketika mendengarkan lagunya. Boleh jadi dia adalah seorang olahragawan yang menyumbangkan medali emas Olimpiade bagi negerinya, sehingga ratusan juta warga negeri itu meneteskan airmata ketika lagu kebangsaan dikumandangkan di seberang lautan. Boleh jadi dia adalah seorang penulis yang dapat membuat para pembaca tulisannya untuk melakukan tindakan yang positif. Untuk itu, dia harus peka terhadap kecerdasannya. Dia harus mengenali dirinya sendiri.

Yang jelas, SESUAP NASI dan SEBERKAS BINTANG bukanlah dua hal yang harus bertentangan. Kedua hal itu dapat dicapai sekaligus oleh orang-orang biasa sekalipun. Syukur-syukur jika seseorang yang bercita-cita MEGA juga dapat merengkuh semua hal itu termasuk yang bersifat materi sekalipun.

Dapatkanlah SESUAP NASI sebagai batu loncatan. Namun, jangan lupa untuk juga berusaha mendapatkan SEBERKAS BINTANG. Anda MAU?

Senin, 30 Maret 2009

MULTI TALENTED

by Y.S. Aji Soedarsono
30 March 2009


Ada sebagian remaja yang bingung menentukan CITA-CITA karena minder. Mereka merasa tidak mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Mereka mengira dengan kecerdasan yang biasa-biasa saja tidaklah pantas untuk bercita-cita yang SMART.

Namun sebaliknya, ada pula beberapa remaja yang bingung menentukan CITA-CITAnya, karena dia merasa mempunyai banyak bakat. Bingung menentukan apa yang harus dijadikan tujuan. Mereka yang terakhir ini dapat disebut remaja yang MULTI TALENTED.

Contohnya, adalah seorang remaja bernama MELISA, yang mengatakan bahwa dia ingin mencoba banyak hal, karena banyak hal yang dia suka dan dia merasa berbakat dalam hal-hal itu. Yang jelas, dia ingin dikenang sebagai pendobrak, penemu, pembuka jalan baru, sehingga dapat digunakan dan dikembangkan oleh semua orang.

Bagaimana kita dapat mengenali remaja yang MULTI TALENTED?
Apa CITA-CITA yang sebaiknya baginya?

Setelah menggunakan metode TRIGON-Y(copyrighted, trademarked), dapat disimpulkan bahwa memang benar MELISA mempunyai banyak bakat, misalnya: dalam kerja kelompok dia sangat banyak andil dan di atas panggung/publik sangat baik (cerdas sosial), jago menggambar (cerdas visual), jago mengarang (cerdas bahasa), dalam segala bidang pelajaran sangat pandai.

Contoh orang yang sudah sukses dan mempunyai banyak bakat, adalah TOMPI. Dia adalah seorang penyanyi dengan aliran jazz. Di samping itu, dia adalah seorang dokter. Artinya, dia pasti pandai BIOLOGI, KIMIA dan METEMATIKA, bahkan mungkin juga FISIKA. Dan, dia dapat melakukan dua sukses dalam waktu yang bersamaan, sambil kuliah di FK, terus bernyanyi.

Contoh remaja yang sudah terlihat sukses yang juga mempunyai banyak bakat adalah CINTA LAURA. Dia memulai sukses secara publik adalah dalam bidang akting, sebagai pemain sinetron. Kemudian, dia merambah dunia musik dengan meluncurkan album. Belum cukup dengan itu, kita dapat melihat gerakan tubuhnya menari dengan sangat baik dalam video clip (koreo). Namun, di luar itu semua, di sekolah, dia adalah seorang bintang kelas. Dia selalu juara, dalam semua mata pelajaran. Banyak yang mendapat nilai A dan A+. Itu semua membuktikan bahwa dia adalah seorang yang MULTI TALENTED.

Jadi, CITA-CITA apa yang harus dicapai terlebih dulu?

Tentu saja, cita-cita yang paling mudah dicapai secara nyaman. Dengan memilih yang paling mudah, berarti menghemat tenaga dan waktu. Dan, dengan keberhasilan yang pertama, akan meningkatkan rasa percaya dirinya.

Yah, mungkin tidaklah sangat mudah, tetapi dengan sedikit perjuangan ekstra dapatlah sebuah cita dicapai. Setelah sebuah CITA dapat dicapai, jangan lupa untuk membuat CITA-CITA baru lagi, yang akan dikejar dan ditangkap. Demikian seterusnya.

Kembali kepada MELISA, di usia 15 tahun, dengan mengidolakan Masashi Kishimoto, Aoyama Gosho, Conan Doyle, Enid Blyton, Shakespeare, Albert Einstein, Mozart, Beethoven, dan FD Roosevelt, dia menetapkan dan memutuskan untuk menjadi PENULIS terlebih dulu.

Apakah anda juga MULTI TALENTED?

Sabtu, 14 Maret 2009

SPECIAL NEED become SPECIAL ONE

by Y.S. Aji Soedarsono
14 March 2009


Apa yang ada dalam benak anda ketika salah satu anak anda diberi "label" oleh calon guru mereka sebagai anak yang "Special Need," yang berkebutuhan khusus? Anda akan bertanya-tanya, mengapa anakku tidak dikatakan sebagai anak "NORMAL?"

Ketika anak kita sering berteriak-teriak sendiri, memukul-mukul tangan ke tembok berulang-ulang, memandang ke jendela terus tanpa bisa disela, memandang terus ke TV walaupun TV sudah dimatikan, apakah kita pikir itu normal?

Memang sebagian besar orang "normal" sering membandingkan ketidakbiasaan itu dan kemudian segera memberikan label tertentu. Apakah anda pernah berpikir, saat mereka remaja, mereka sering bertanya-tanya,"Mengapa orang-orang itu men-cap saya sebagai anak yang SPECIAL NEEDS?"

"Kok, teganya mereka mengatakan begitu, hanya karena aku punya kebiasaan yang berbeda dengan mereka?"

Pada saat yang sama, orang-orang "normal" masih berfokus pada kebutuhan khusus para anak dan remaja ini, dan tidak mau mengalihkan perhatian pada POTENSI apa yang mungkin tersembunyi, yang HEBAT, yang dipunyai oleh si ANAK. Orang-orang "normal" mungkin tidak tahu-menahu bahwa para remaja yang dulu disebut "anak dengan kebutuhan Khusus" kini sering berpikir,"Lihat, aku sudah remaja, aku sudah bisa berbuat ini dan itu.. lihatlah .. aku sekarang sudah bisa JATUH CINTA...Apakah kalian tidak memperhatikan?"

Baru-baru ini, ada seorang remaja, yang bercerita kepada Mentornya,"Pak, kenapa ya.. dulu banyak yang bilang kalo saya ini adalah anak yang berkebutuhan khusus... (special needs).. tapi lihatlah sekarang.. saya sudah punya teman yang anak-anak lain belum bisa seperti itu...saya sekarang berteman dengan SELEBRITIS! Saya khan sekarang sudah berteman dengan seorang ARTIS wanita, malah sudah lebih dari 5 kali saya ketemu langsung...kenapa bisa seperti ini ya PAK?"

Sang Mentor menjawab,"Karena kamu sebenarnya bukan the SPECIAL NEEDS... tapi kamu adalah the SPECIAL ONE.."
Si Remaja tertawa senang...

Remaja pria yang satu ini memang mengidolakan salah seorang ARTIS remaja putri yang punya ciri istimewa.. yaitu bahasa Indonesia-nya yang agak "becyek.." Dalam beberapa pertemuan dengan sang Artis, si Remaja ini memakai bahasa Inggris. Dia memang cakap dalam berbahasa Inggris. Selain itu, dia juga sangat pandai bermain catur.

Dalam event kejuaraan Catur di sekolahnya, dia menjuarai. Dia berlatih khusus catur dengan dibina oleh seorang guru catur yang datang ke rumahnya. Belum lama ini, dia bermain catur dengan sistem Swiss 6 babak, dan menempati posisi 21 dari 110 peserta. Bahkan, dengan bangga dia bercerita bahwa dia dapat menahan remis (draw) seorang Master Nasional. Sama-sama krisis waktu, dengan buah hitam, posisi terdesak, tapi lawannya membuat Blunder, sehingga dia memaksa remis.

Di luar sana, masih banyak anak dan remaja yang diberi label "anak berkebutuhan khusus." Apapun ciri dan kebiasaannya, rasanya tidak selayaknya kalau kita hanya berfokus pada "kekurangan" yang ada. Kita sebagai orang yang merasa "normal" sebaiknya juga mulai berfokus pada POTENSI apa yang mungkin dia punya.

TUHAN pasti memberikan keistimewaan kepada setiap orang, karena DIA adalah MAHA ADIL. Apabila kita sudah mulai dapat berfokus pada POTENSI positif mereka, kita akan dapat membantu mereka mengarahkan kepada BAKAT dan keistimewaan itu, agar kelak, mereka dapat mandiri dan bahkan lebih dari itu, mereka menjadi HEBAT. Jadi, dari seorang the SPECIAL NEEDS menjadi The SPECIAL ONE.

Rabu, 11 Maret 2009

Cita-cita: Pengusaha Galangan Kapal

by Y.S. Aji Soedarsono
11 March 2009


Kakek Moyangku Seorang PELAUT...
Ke mana saja luas samudra ...


Begitulah kira-kira lagu yang membesarkan ke-BAHARI-an negeri kita. Karena negeri kita adalah berupa belasan ribu pulau besar dan kecil yang dihubungkan dengan laut, dari yang dangkal hingga laut dalam. Seharusnya tidak mengherankan kalau banyak anak muda hingga yang tua, menjadi orang-orang laut.

Menjadi orang laut, dari yang sangat sederhana, dengan perahu dayung kecil untuk menjadi nelayan di laut dangkal, hingga menjadi nahkoda kapal baja yang berbobot mati ratusan ribu ton.

Untuk itu, seharusnya kita mempunyai jutaan perahu besar dan kecil dari kayu, dari serat kaca dan juga dari bahan baja. Itu berarti kita masih sangat membutuhkan banyak galangan kapal kecil dan besar, baik untuk pemeliharaan maupun untuk pembuatannya.

Apakah tantangan dan peluang menjadi Pengusaha Galangan KAPAL?

Tantangan dan peluang menjadi Pengusaha Galangan Kapal adalah sama besarnya. Kalau kita hanya mengatakan bahwa TANTANGAN saja yang besar tentu menjadi tidak masuk akal. Walaupun pada zaman ini, ongkos naik pesawat relatif murah. Namun, bukankah sudah cukup jelas bahwa tidak semua kota pantai dapat didarati oleh pesawat?

Tantangan untuk pembuatan kapal kayu, tentu semakin lama semakin besar. Mengapa begitu? Karena, bahan kayu yang akan dipakai, semakin lama semakin habis, dan menjadi tidak layak untuk terus menebangi pohon-pohon besar di tengah suasana BUMI yang semakin MEMANAS. Pilihan lain adalah material Serat Kaca, Baja dan juga Beton Cor!

Itu berarti, tantangan bagi para perajin kapal tradisional adalah untuk belajar lebih jauh tentang bahan-bahan yang akan dijadikan alternatif, tentang prosesnya dan tentang pemeliharaannya. Jenis bahan tentu sangat berpengaruh terhadap daya apung masing-masingnya, dan juga biaya pembuatannya. Namun, bukan berarti semua hal yang baru tidak mungkin untuk dipelajari.

Kayu Ulin, mungkin termasuk kayu yang paling berat dengan BJ sekitar 1 ton/m3. Namun, menjadi sangat ringan jika dibandingkan dengan bahan baja dengan BJ 7,85 ton/m3 atau beton yang sekitar 2,3 ton/m3, tentu sangat berbeda perhitungannya. Namun, sekali lagi, bukan tidak mungkin untuk dipelajari. Bahan baja kelihatannya adalah yang masih dapat terus dikembangkan karena dapat didaur ulang. Bahan serat kaca termasuk yang paling mudah untuk memrosesnya, karena bentuk menjadi sangat beragam.

Meskipun demikian, secara umum, mungkin tidak semua pembuatan kapal kayu harus dilarang. Yang penting ada pengaturan, misalnya untuk keperluan kapal wisata bahari tradisional, bolehlah.

Bicara Peluang, seperti pada bagian awal, tentu masih sangat terbuka. Masih sangat banyak dibutuhkan kapal, untuk menghubungkan satu pulau dengan lainnya di Indonesia. Belum lagi, jika bicara harga.

Sebuah kapal Phinisi yang sudah lengkap dengan mesin, ada yang ditawarkan seharga 650 ribu Dolar Amerika! Dengan panjang yang umumnya sekitar 30 meter. Belum lagi kalau ditambah dengan kualitas kapal yang sudah teruji sejak ratusan tahun lalu, bahkan mungkin ribuan tahun.

Sebuah galangan juga dibutuhkan untuk pemeliharaan. Ke depan, mungkin, galangan kapal kayu, harus lebih dioptimalkan untuk pemeliharaan kapal.

Semakin besar galangan, tentu semakin besar tantangannya. Untuk itu perlu perhitungan ekonomi yang optimal untuk menentukan besar galangan kapal yang paling tepat untuk di Indonesia, yang disesuaikan dengan kebutuhan kapalnya.

Akhirnya, no pain , no gain. Atau dengan kata lain, tanpa tantangan maka tidak ada hasil yang diraih. Selama peluang masih ada, berarti patut dicoba. Anda BERANI?

Senin, 02 Maret 2009

Cita-Cita: PENYANYI BINTANG Lalu Feat DEBUTAN

by Y.S. Aji Soedarsono
2 March 2009


Belakangan ini, ada cukup banyak PENYANYI yang sudah TOP dan sudah bikin banyak album melakukan FEATURING penyanyi DEBUTAN. Bahkan ada yang baru bikin satu album, sudah berani FEAT dengan penyanyi DEBUTAN. Dalam pekan lalu, ada penyanyi dangdut wanita yang melakukan FEATURING dengan DEBUTAN pria. Coraknya bukan lagi dangdut tapi lebih NGEPOP.

Gejala apakah ini?
Apakah para Debutan harus mengeluarkan biaya?
Apakah FEAT juga pasti berarti SINERGI?

Jika bicara tenang gejala, maka sebenarnya ini sudah wajar saja. Tapi kenapa baru sekarang (dua atau tiga tahun belakang ini) istilah FEAT begitu menyebar dan menular? Sebenarnya dari tahun delapan puluhan (1980-an) gejalanya sudah ada. Namun, waktu itu istilah FEAT belum ada (atau orang Indon belum dengar).

Dalam konteks DreamSMART, ini semua adalah bagian dari sebuah proses panjang menuju cita-cita. Ini adalah proses MENTORING. Karena namanya Mentoring, maka ada yang menjadi Mentor dan ada yang belajar kepadanya. Oleh sang DEBUTAN, mentor adalah seorang SENIOR yang dianggap cakap dan mampu untuk menunjukkan jalan yang paling "tepat dan cepat" untuk mencapai cita-citanya. Yang jelas, sang MENTOR akan memberikan informasi tentang yang PENTING dan MENDESAK untuk diketahui oleh JUNIOR. Jika beruntung, si Junior akan mendapatkan SENIOR yang dapat menjadi seorang sahabat, guru dan sekaligus IDOLA.

Mempunyai IDOLA adalah sangat penting untuk mempercepat pencapaian cita-cita. Apalagi jika sang IDOLA dapat ditemui oleh DEBUTAN pada saat-saat tertentu untuk dimintai nasehatnya.

Apakah DEBUTAN perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan proses MENTORING dan kemudian diberi kesempatan berduet dengan sang IDOLA? Masalah biaya adalah masalah yang sensitif. Yang jelas, si Debutan akan sungguh sangat beruntung sekali jika tidak harus merogoh kantongnya. Tapi apakah benar begitu?

Yang jelas, dalam kehidupan ini, ada saja seorang SENIOR yang benar-benar ingin berbagi dengan JUNIORnya. Apakah dalam konteks resmi (dalam sebuah pelatihan) ataupun tidak resmi, dalam obrolan "ringan" namun "berbobot." Jika kita beruntung, kita dapat bertemu dengan MENTOR yang dengan sukarela berbagi. Mengapa begitu? Karena dia memang benar-benar ingin berbagi dengan ikhlas.

Apakah yang terjadi akhir-akhir ini dalam konteks BINTANG Feat DEBUTAN adalah sebuah SINERGI? Boleh jadi! Sinergi bukan sekadar CO-LABORASI. Jika CO-LABORASI hanya memakai rumus sederhana: 1+1 = 2, maka untuk SINERGI memakai rumus yang "SANGAT RUMIT."

Rumus RUMIT untuk sebuah SINERGI adalah 1+1>>2.

Jadi, kadang-kadang, kalau mereka cukup ikhlas, hasilnya adalah 4. Namun jika mereka berdua menjalani proses FEAT tersebut dengan SANGAT IKHLAS, maka hasilnya dapat saja mencapai 8 atau bahkan 100.
PERCAYA?

Senin, 23 Februari 2009

Cita-Cita: Pelatih Fisik lalu PELATIH UTAMA

by Y.S. Aji Soedarsono
23 February 2009


Apakah anda pernah melihat pemain bola yang kehabisan nafas pada menit ke-65, menit ke-75, menit ke-80 dan jelang habis 90 menit? Akselerasinya tidak ada, tendangannya ngawur, operannya nyangkut ke lawan terus?

Itulah jadinya kalau fisik pemain tidak dibina dengan benar, sehingga untuk main 90 menit saja tidak sanggup. Boleh saja Pelatihnya jago strategi, boleh saja teman setimnya hebat, tapi kalau fisik dan stamina tiap anggota hanya bisa bagus pada 60 menit pertama, maka jangan harap akan dapat memenangi laga melawan lawan yang tangguh. Jangan-jangan melawan musuh yang biasa tapi fisik dan stamina mereka prima, tim kita bisa KALAH!

Untuk mendapatkan ketahanan fisik, stamina, akselerasi, kekuatan tendangan yang hebat, dan speed yang bagus membutuhkan latihan fisik yang teratur dan terukur. Seseorang yang tidak dapat menghirup oksigen dengan efisien akan segera kehilangan konsentrasi karena otak tidak mendapat oksigen yang cukup.

Untuk mendapatkan latihan fisik yang teratur dan terukur membutuhkan PELATIH FISIK.
Apa syarat PELATIH FISIK?
Apakah Pelatih Fisik dapat menjadi PELATIH UTAMA?

Untuk menjadi seorang Pelatih Fisik, harus mempunyai pendidikan yang cukup tentang Olah Raga, Kesehatan, anatomi tubuh manusia. Dia dapat saja Seorang Dokter, seorang sarjana olahraga atau lulusan SMA yang mengikuti kursus berkelanjutan untuk bidang itu.

Seorang dokter yang berminat menjadi pelatih fisik tentu sangat mudah menjadi Pelatih Fisik, jika dia juga sangat mencintai olahraga. Seorang sarjana Olahraga yang belajar nyaris semua cabang olahraga mulai dari atletik sampai olahraga permainan tentunya sangat berkompeten untuk menjadi Pelatih Fisik. Untuk masuk jurusan FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) di Universitas Nasional Jakarta (d/h IKIP Jakarta) ternyata boleh dari IPA dan dari IPS. Demikian info terakhir yang saya dapatkan.

Saat ini, dengan semakin maraknya olahraga profesional, semakin banyak membutuhkan Pelatih Fisik. Untuk cabang sepakbola, jumlah klub liga super ada 18, divisi 1 sekitar 20an, belum terhitung divisi 2 dan klub yang belum masuk divisi. Cabang olahraga lain seperti Basket, Badminton, dan Voli juga banyak jumlah klubnya. Jika dihitung dengan klub yang wanita, pasti lebih banyak lagi.

Lagipula, ke depannya, seorang Pelatih Fisik, dapat saja meningkatkan cita-citanya atau karirnya untuk menjadi PELATIH UTAMA. Tentunya transformasi dari Pelatih FISIK menjadi PELATIH UTAMA membutuhkan proses yang lumayan panjang lagi.

Di Eropa, sudah ada beberapa mantan pelatih fisik yang sudah bertransformasi menjadi PELATIH UTAMA dan hasilnya lumayan bagus. Apalagi kalau dulu dia juga sangat suka memelajari tentang strategi dan taktik permainan.

Seorang Pelatih Utama, untuk klub LIGA SUPER, harus mengikuti kursus kepelatihan yang diadakan oleh induk organisasi cabang olahraga yang dimaksud. Bahkan, ada yang harus kursus di luar negeri atau di negara yang tingkat kompetisinya sudah lebih mapan dari Indonesia. Tapi, jangan kecil hati. Jika kita yakin dapat bersaing dengan calon pelatih dari negeri lain, PASTI BISA! Anda MINAT?

Jumat, 06 Februari 2009

Cita-Cita: Peng-EKSPOR LAGU

by Y.S. Aji Soedarsono
6 February 2009


Dua minggu yang lalu, masyarakat negeri JIRAN meminta pemerintahnya membatasi adanya LAGU dari luar negeri yang ada di sana.
Usut-punya usut, ternyata lagu-lagu yang banyak beredar di sana ternyata dari INDONESIA!

HEBAT khan!
Tulisan ini memang merujuk pada tulisan sebelumnya, yang membahas tentang Penggubah Lagu. Namun kali ini, akan membahas peng-EKSPOR LAGU.

Kalau bisa mendapatkan Ringgit, berarti dapat juga menghasilkan DOLLAR...

Bagaimana caranya?

Ternyata, secara umum, lagu Indon dapat diterima di negeri JIRAN karena menggunakan bahasa yang "Melayu." Itu artinya, dapat juga diterima di beberapa negara, Singapura, Brunei, Malaysia dan bagian selatan Thailand.

Kalau ingin lebih internasional, berarti harus memakai bhs Inggris. Memang, sudah ada beberapa penyanyi Indon yang sudah merambah secara internasional yang memakai bhs. Inggris, yaitu antara lain ANGGUN. Akhir-akhir ini, yang sudah cukup sering diwawancara dengan bhs. Inggris adalah grup band NIDJI.

Itu berarti, para peng-EKSPOR LAGU, yaitu: Penggubah lagu, Penyanyi atau band, dan Produser atau label, harus giat membuat lagu-lagu dalam bahasa Inggris. Karena sudah ada yang memberi contoh yang bagus, maka yang lain tinggal mengikuti jejak dengan menggubah lagu dalam setidaknya BILINGUAL atau murni dalam bhs. INGGRIS.

Tantangan pastinya banyak. Kita harus belajar memasarkan di Jagad yang sarat dengan persaingan lagu-lagu dalam bhs. Inggris. Setidaknya harus mencoba masuk di pasar lagu Asia, misalnya Jepang. Jika berhasil di sana, akan sangat berarti sebagai sebuah proses menuju pasar yang lebih besar.

Jika beberapa tahun lalu sebuah grup band TAIWAN yaitu F4 dapat merajai pasar ASIA, logikanya, kalau kita kreatif, kreatif dan kreatif, serta berani, berani dan berani, maka kita pasti dapat juga melakukannya. Dua kata tersebut memang sengaja saya ulang-ulang, sebagai penegasan (majas repetisi).

Bagi para penggubah lagu, saya mendorong mereka untuk memperdalam bahasa Inggris atau mungkin ditambah dengan NIHONGO atau bhs. Mandarin, sehingga dalam liriknya akan banyak kata-kata sakti dalam bahasa yang lebih luas. Misal: I just want to say I love you, Wo ai ni, kombanwa to sayonara, dll.

Saya sungguh percaya bahwa KREATIVITAS akan dapat mengatasi masalah "perlambatan ekonomi." Kita tidak usah menjual mobil yang mahal, yang mana mobil TOYOTA pun sedang sulit dijual belahan bumi sana, tapi cukup menjual lagu yang pastinya lebih murah, yang dapat memotivasi manusia di jagad ini dengan lirik cinta atau harapan untuk tidak mudah menyerah kepada keadaan. Anda MINAT?

Jumat, 30 Januari 2009

Cita-Cita: PENGGUBAH LAGU

by Y.S. Aji Soedarsono
30 January 2009


Sudah pernahkah anda mendengarkan atau bahkan menyanyikan lagu Bengawan Solo? Atau, yang lebih modern, lagu BENDERA atau GEBYAR-GEBYAR? Atau, yang lebih internasional, lagu We Are The Champion?

YA! Itu semua adalah lagu yang cukup sangat dikenal oleh kita semua. Bengawan Solo adalah karya Gesang, yang setiap tahun, hanya dari Jepang saja sudah menghasilkan sekitar 25 juta rupiah untuk royalti (Hanya Jepang saja, karena negeri lain tidak peduli dengan royalti yang harus dibayarkan). Lagu BENDERA karya Coklat dan GEBYAR-GEBYAR karya Gombloh (alm.) adalah dua lagu yang paling sering dikumandangkan saat Pemain Bulutangkis kita berlaga di arena Internasional, tentunya oleh orang-orang Indonesia. Lagu We Are The Champion adalah karya QUEEN yang termasuk lagu yang paling sering dinyanyikan di seantero bumi, saat pertandingan FINAL apapun selesai.

Kalau sebagai orang awam, apakah yang anda rasakan saat mendengar atau menyanyikan lagu-lagu itu? Kalau anda orang yang paham musik, apakah yang anda rasakan saat mendendangkan lagu-lagu tersebut?

Semua lagu yang saya sebutkan di atas, ketika kita nyanyikan dengan sungguh-sungguh, akan membawa kita ke alam yang lain. Lagu-lagu itu membuat kita sangat emosional, kita hanyut mengikuti ARUS lagu yang DERAS dan KUAT.

Bagaimana para Penggubah lagu-lagu itu dapat menghasilkan KARYA yang DAHSYAT?!

Seorang Penggubah Lagu sering juga disebut Composer. Karena, yang dia lakukan adalah MENGGABUNGKAN (to compose) berbagai unsur yang membangun bentuk lagu.

Ada banyak pendekatan atau cara untuk memulai penciptaan lagu. Ada penggubah yang awalnya mendapatkan rangkaian nada. Ada Penggubah yang awalnya menemukan rangkaian kata yang dia ingin ekspresikan. Ada pula yang mengutak-atik lagu yang sudah ada, mengurangi, menambahi, menaikkan setengah nada, menurunkan setengah nada yang tertentu, lalu, JADI lagu baru. Pada akhirnya, Nada dan Lirik digabungkan. TEMPO juga dilibatkan berdasarkan EMOSI yang dirasakan oleh Penggubah Lagu.

Seorang Penggubah Lagu harus PEKA. Lalu, dia harus TANGGAP. Lalu, dia harus pandai berEKSPRESI. Lalu, dia harus pandai MERANGKAI. Dia harus membawa EMOSI ke dalam lagu. Tidak harus dalam NOT BALOK. Not ANGKA juga bisa dijadikan awal yang baik.

Mereka yang suka membuat PUISI adalah sebuah permulaan yang baik untuk PEKA dan TANGGAP dan merupakan awal yang baik untuk menjadi Penggubah LAGU. Ingatlah kepada EBIET G. ADE yang awalnya sangat rajin membuat puisi, kemudian dia jadikan lagu-lagu yang indah.

Konon kabarnya, ada seorang musisi yang "membeli putus" puisi-puisi yang bagus, kemudian dia tambahkan nada-nada dan akhirnya menjadi lagu-lagu hit atas nama dirinya yang telah menambahkan nada-nada. Itu adalah sebuah cara juga.

Di Indonesia, saat ini, ada banyak band yang kreatif, yang mencipta banyak lagu. Ada juga beberapa Penggubah Lagu yang jadi langganan bagi para penyanyi yang minta dibuatkan lagu. Bahkan sang Penggubah sering disebut sebagai "The Hits Maker." Sebutlah mereka antara lain: DEWIQ dan MELLY GOESLAW.

Satu hal yang mungkin tidak begitu disadari oleh para Penggubah Lagu, adalah bahwa mereka, ketika menuliskan, mengekspresikan, merekam dan me-rilis kepada publik, saat itulah mereka sedang MEMBUAT SEJARAH. Sejarah mereka sendiri, dan sejarah orang-orang di sekitarnya atau kejadian disekitarnya yang dia tuangkan dalam lagu. Sejarah adalah sesuatu yang tertulis, terekam dengan baik.

Jika anda suka membuat puisi, anda suka nada-nada, anda suka menggabungkan lirik dan nada, anda suka menggabungkan EMOSI ke dalam lirik, nada dan tempo, mungkin anda cocok menjadi Penggubah Lagu. Anda MAU?

Jumat, 23 Januari 2009

Cita-Cita: Jadi "HISTORY MAKER"

by Y.S. Aji Soedarsono
23 January 2009

JANGAN KELIRU!
Yang saya maksud dengan "HISTORY MAKER" bukanlah "Perekayasa Sejarah" namun orang-orang yang dapat "menuliskan" sejarah karena melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.

Tulisan saya ini terinspirasi oleh buku Dino Patti Djalal yaitu "HARUS BISA!" yang sangat bagus. Itu adalah buku tentang Kepemimpinan yang sangat bagus yang ditulis orang Indonesia. Namun, kebetulan "waktu"nya yang mendekati kampanye, membuatnya seperti buku yang sedang berkampanye.

Apakah profesi orang-orang yang disebut dengan "History Maker?"

Kembali ke topik kita, "membuat sejarah," bukanlah profesi yang spesifik. Profesinya dapat saja sangat beragam.

Kebetulan, yang diceritakan Dino dalam buku tersebut, adalah profesi seorang Presiden RI. Namun, di dalamnya, ada juga beberapa tokoh lain yang aktif melakukan sesuatu yang kreatif yang mengubah sejarah Global. Itulah proses "Pembuatan Sejarah."

Seorang atlet juga dapat menjadi seorang yang "membuat sejarah." Ada beberapa orang Indonesia yang pernah melakukannya, dan saya yakin di masa depan, masih banyak atlet lain yang mewakili generasinya yang akan "membuat sejarah" juga. Contohnya adalah Rudy Hartono dan Susi Susanti. Mereka adalah orang-orang hebat yang telah membuat sejarah yang manis buat Indonesia.

Demikian pula dengan Ibu Guru Moeslimah, yang telah membuat sejarah dengan mendidik 10+1 anak-anak dari Belitong, yang menyebut mereka dengan istilah "Laskar Pelangi" yang pada akhirnya menjadi sejarah tersendiri dalam dunia Pendidikan, Perbukuan dan Perfilman di Indonesia.

Seorang Titiek Puspa dan Gesang, telah mampu membuat lagu-lagu yang awet dari jaman dulu hingga sekarang. Bahkan Titiek Puspa berhasil membuat ratusan judul lagu. Namun, tidak kalah, Gesang telah membuat catatan sendiri, yaitu bahwa lagunya dari sejak tahun 1930-an hingga 2000-an, menjadi sangat terkenal di Jepang. Hebatnya lagi, orang-orang Jepang itu rajin mengirimkan royaltinya senilai sekitar 25 Juta rupiah tiap tahunnya. HEBAT!

Yang menarik dari para "Pembuat Sejarah" ini adalah bahwa mereka melakukan sesuatu itu di bidang masing-masing, namun dengan kesungguhan hati, ketulusan, kegigihan dan keberanian serta kreativitas. Mareka mempunyai MIMPInya masing-masing, bertindak berdasarkan mimpinya dengan sungguh-sungguh dan akhirnya, dengan izin Tuhan, menjadi orang-orang hebat di bidang masing-masing.

Namun, hati-hatilah, tidak semua "Penulis Sejarah" melakukan sesuatu dengan jujur! Mungkin tergiur oleh ketenaran dan mungkin hadiah yang nilainya besar jika dapat melakukan suatu terobosan dalam bidang ilmu tertentu. Contohnya, ada beberapa peraih hadiah dari lembaga yang terkenal di EROPA, yang dicurigai melakukan tindakan tidak jujur dalam bidang ilmu pengetahuan, untuk sekadar "menjuarai" penghargaan tersebut. Walaupun, ada juga yang jujur dan tulus dalam melakukannya.

Untuk menjadi seorang History Maker yang jujur, membutuhkan mental dan karakter yang baik, pantang menyerah, mempunyai visi yang besar dan bertindak selaras dengan visinya itu, dalam koridor kejujuran.

Indonesia membutuhkan banyak "Pembuat Sejarah." Itu dibutuhkan untuk membesarkan nama negeri ini di dunia Internasional. Anda MINAT?

Sabtu, 17 Januari 2009

Jadi DOKTER, harus 175 Juta Rupiah?

by Y.S. Aji Soedarsono
18 January 2009


Pada hari kamis siang lalu, saya sempat membaca di sebuah siaran TV nasional, yang berisi berita bergerak, di bagian bawah layar, yang isinya kira-2, untuk masuk ke sebuah fakultas KEDOKTERAN di sebuah Universitas harus dengan membayar biaya kuliah sebesar Rp 175 Juta. Saya SHOCK!!

Saya pikir, hanya sekitar Rp 100 juta (pas) atau lebih sedikitlah.. tapi ternyata saya meleset cukup jauh.

Tapi, bukan cuma itu. Saya juga yakin, ada seorang klien saya yang ingin jadi dokter yang juga SHOCK berat!

BETUL dugaan saya. Sekitar magrib, ada SMS dari dirinya, di Bandung:
"PAK, saya putus asa banget, pas liat biaya masuk FK di ... 175 JT! Keluargaku gak mungkin mampu. Gak tau deh kedepannya gimana..."

"Jaman sekarang, mau pintar aja susah ya! cuma orang kaya yang bisa kuliah, gak bisa ngandalkan otak, pintar tuh kayaknya nomor 2, duit nomer 1. Kuliah kok dibikin BISNIS?"

"Saya lagi beresin buku-buku yang isinya kesehatan semua, mulai yang sengaja dibeli atau yang dicatat sendiri, Kliping yang sengaja dibuat sendiri, apalagi di dinding ada DREAM STATEMENT dan ACTION PLAN! Bikin SAKIT HATI!!"

Itu adalah tiga potong SMS dari seorang siswa kelas 12 di Bandung yang putus asa!

Apakah memang harus terjadi seperti ITU setiap tahun?


Menjadi dokter memang bukan perkara mudah. Ada syarat akademik yang harus terpenuhi. Harus kuat ilmu Kimia, kuat ilmu Biologi, harus pandai matematika, harus rajin menghapalkan istilah latin dll, dll.

Jaman dulu, ketika uang kuliah di Perguruan tinggi Negeri masih relatif murah, mungkin hal ini tidak terasa. Namun, ketika semua serba harus dibiayai sendiri oleh mahasiswa tanpa mendapat subsidi, apakah memang harus seMAHAL itu?

Saya hanya dapat mengajak mereka yang mampu menghitung biaya perkuliahan, misalnya, para akuntan yang tahu persentase biaya. Mereka harus menghitung berapa jumlah mahasiswa tiap angkatan. Harus menghitung biaya subsidi silang, jika ada. Menghitung biaya praktikum di lab. Apakah memang hasilnya adalah Rp 175 juta untuk 6 tahun kuliah?

Saya pikir, program beasiswa harus kembali digalakkan. Tentu saja bukan untuk semua mahasiswa. Biasanya untuk anak pandai dan kurang mampu.

Indonesia masih membutuhkan banyak DOKTER yang harus melayani 230 juta penduduknya. Jika hanya anak-anak orang yang mampu (kaya) yang boleh menjadi dokter, apakah cukup adil bagi mereka yang kurang mampu?

Akhirnya, saya hanya dapat mengingat pesan seorang ibu tua dari Slawi, Jawa Tengah, pada jaman dulu, sekitar tahun 1920an, kepada anak laki-lakinya yang bernama SUTJIPTO, yang ingin kuliah Kedokteran di SURABAYA:
"Kamu boleh jadi DOKTER, asalkan DOKTERnya ORANG, bukan DOKTERnya UANG.."

Jumat, 09 Januari 2009

CITA-CITA: Pengusaha Cetak KAOS Ditunggu

by Y.S. Aji Soedarsono
9 January 2009

Belum lama ini, saya mencoba mencetak desain kaos saya di salah satu KIOS pencetakan KAOS yang bisa DITUNGGU! Saya sudah sempat survei, jadi sudah tahu berapa harga jasa dan barangnya. Lumayan murah, dibandingkan kalau saya harus pergi ke Bandung dan membeli kaos C-59 atau kalau saya harus ke BALI dan membeli kaos JOGER.

Letak kios itu ada di sebuah pusat kegiatan jual-beli di Jakarta Selatan. Di basementnya. Karena sepi, saya coba mampir dan langsung bertanya, berapa lama untuk mencetak satu kaos disain saya sendiri. Karena dijawab hanya 20 menit, maka jadilah saya pesan satu. Saya mengeluarkan FLASH disc saya dan memberikan kepada seorang pemuda di sana.

Apakah akan tepat waktu dan memuaskan?

Sayangnya, kesan PERTAMA saya, anak-anak muda ini sepertinya menganggap saya ini hanyalah "Just another Guy..just another person who drop by.." Maaf, ternyata tidak ada senyum yang menyapa saya. Tidak ada GREETING yang menyapa saya...

TAPI, karena saya ingin membuktikan hasil karya desain saya, dan ingin membuktikan bahwa saya akan mendapatkannya hanya dalam 20 menit, maka saya coba teguhkan hati untuk tidak kecewa..

Gambar saya pilih, lalu di transfer ke komputer mereka, lalu memakai photoshop, mulailah diproses. Setelah yakin gambarnya cocok, maka PRINTER segera bekerja, dengan cara cetak mirroring ke atas kertas transfer. Antara 5 sampai 10 menit telah berlalu.

Sebelum gambar lengkap tercetak, si operator PERTAMA sudah ngacir, lalu leha-leha tiduran di dalam kiosnya. Ketika gambar sudah lengkap tercetak, saya merasa harus mengingatkan mereka bahwa gambar sudah tercetak semua. Ternyata, selanjutnya adalah tugas OPERATOR KEDUA. Nah, mulai dia bekerja menggunting agar yang tidak ada gambarnya tidak usah ikut di setrika nantinya. Lima menit berlalu, lalu dia sudah siap. Tinggal kaos yang belum ada. SI OPERATOR PERTAMA masih sambil tiduran cuma bilang sambil mainan HP, "Ukurannya M!"

SI Operator kedua langsung mencari ke beberapa kantong plastik besar. Operator PERTAMA tetap tiduran bermain HP. Ada 3 Menit dia mencari, baru ketemu di kantong yang ketiga. Operator PERTAMA masih tiduran sambil mainan HP.

Operator KEDUA lalu menaruh cetakan di atas kaos warna putih polos dengan label sebuah merek kaos gaul terkenal dari Bandung. Saya minta dipasang di bagian punggung. Dia melakukan setting. Lalu, setelah yakin pada posisi yang pas, dia ambil setrika biasa, dia gilas sedikit bagian kanan cetakan pada kaos putih itu. Setelah menempel, dia angkat kaos dan cetakan di atasnya, ke meja PRESS yang ada setrika BESARNYA. Lalu, di atasnya di tutupi dengan beberapa kertas minyak (kalau tak salah) lalu, dengan dua tangan, dia tutupkan PRESS setrika bagian atas ke meja press di bawahnya. KLIK. Mesin pemanas ini bekerja. Lalu sekitar 2 menit, ada musik tanda sudah dapat di angkat.

TARA!! Jadilah kaos dengan desain buatan saya.
Total jenderal 27 MENIT!

Kesimpulan, TIDAK COCOK dengan info bahwa akan selesai dalam 20 MENIT!

Seandainya saja, semua operator bekerja sama dengan ihlas dan sungguh-sungguh melayani pelanggan yang datang, saya yakin hasilnya akan lebih cepat. Yang lebih penting lagi, cerita di blog ini akan BERBEDA bunyinya...

Saya bukanlah "Just another GUY..," tapi saya adalah pelanggan yang membayar dan mengharapkan pelayanan yang TERBAIK dari mereka. Jangan lupa ada "BUZZ" yang akan bercerita dengan sendirinya dari satu orang ke orang lainnya.

Jadi, untuk jadi PENGUSAHA, apakah anda SIAP?

Sabtu, 03 Januari 2009

CITA-CITA ANDA adalah bagian dari TOPI ANDA

by. Y.S. Aji Soedarsono
3 January 2009

Kemarin, saya baru saja jalan-jalan ke Toko Buku Gramedia Matraman. Tempat yang enak untuk mencari buku dan peralatan sekolah maupun kantor. Kira-kira istilahnya adalah "one stop shopping." Sebenarnya, tujuan saya adalah untuk survei harga beberapa peralatan yang akan saya butuhkan dalam waktu dekat. Tapi, seperti biasanya, saya sangat jarang pulang dari toko buku dengan "tangan hampa." :)

Sebelum pulang, saya membeli buku terjemahan dari IT'S NOT ABOUT THE COFFEE: Leadership Principles from a Life at Starbucks. Judul Indonesianya adalah IT'S NOT ABOUT THE COFFEE Bukan Sekadar Kopi: Prinsip-prinsip di Balik Sukses STARBUCKS. Buku ini karangan HOWARD BEHAR dengan JANET GOLDSTEIN.

Apa yang menarik dari buku itu? Apa hubungannya dengan Cita-cita?

Ada hal yang sangat menarik yang sangat punya korelasi dengan CITA-CITA dalam Konteks DreamSMART(R). Pada bagian awal buku itu, BEHAR sangat menekankan perlunya memakai TOPI KITA SENDIRI dan HANYA SATU TOPI saja.

Intinya, dia ingin menegaskan agar kita menjadi diri kita sendiri dalam hidup ini, sehingga dapat fokus dalam menjalani hidup. Setelah mencari tahu tentang diri kita sendiri, maka kita harus menentukan arah atau TUJUAN dalam hidup kita. Jadi, dengan begitu, sangatlah cocok dengan konteks kita di DreamSMART(R).

Kita memang perlu mengenali diri kita sendiri. Dalam konteks cita-cita, kita harus mengenali kecerdasan kita yang menonjol, yang di sini kita sebut GREATNESS atau KEHEBATAN. Di samping itu, kita juga harus mengenali nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam hidup. Setelah itu barulah kita menentukan arah TUJUAN kita. Dengan tujuan itu, kita akan mencoba "mencari" kesempatan dalam pekerjaan dan peruntungan. Tapi, kadang kita harus "menciptakan" kesempatan. Tapi kadang juga ada yang ajaib, tiba-tiba kesempatan yang cocok dengan TOPI KITA datang begitu saja di depan kita. Istilah anak muda sekarang, peluang yang GUE BANGET.

Jika kita memakai banyak TOPI, mungkin saja kesempatan akan menjadi sangat BESAR, karena kita "menyediakan" diri untuk dapat menjadi sosok yang berbeda-beda tergantung dengan TOPI yang sedang kita pakai. Ini akan membuat kita harus JAIM (jaga image) agar cocok dengan TOPI yang sedang kita pakai.

Apakah anda tertarik untuk memakai BANYAK TOPI? Mungkin demikian, karena anda akan merasa bahwa hal itu akan membuat anda mendapat lebih banyak kesempatan. Tapi, hidup adalah pilihan. Dalam pilihan anda, pastikan bahwa anda tidak merasa TERJEBAK dan TIDAK KEMANA-MANA setelah memasuki sebuah jalur jalan. Jika hal itu yang sudah terjadi, maka mungkin ini saatnya anda memikirkan TOPI seperti apa yang sebenarnya paling COCOK bagi ANDA.

Tapi, BEHAR menegaskan sekali lagi bahwa sebaiknya memakai hanya SATU TOPI saja. Hal itu mungkin akan membuat kesempatan akan pekerjaan menjadi lebih sedikit, namun akan membuka kesempatan SUKSES yang lebih besar bagi kita. Apalagi jika kesempatan yang nantinya ada di depan kita adalah yang memang cocok dengan TOPI KITA. BEHAR telah membuktikannya. Anda MAU?