Selasa, 29 Juli 2008

Cita-Cita: Menjadi PERCAYA DIRI

oleh Y.S. Aji Soedarsono
29 Juli 2008


Siapa sih yang gak pingin kayak AFGAN yang ganteng dengan lesung di pipi? Senyum atau gak senyum, lesung di pipi itu lho... gak ilang-ilang...Siapa sih gak pingin punya suara yang kata para ce' adalah suara yang seksi? Siapa sih yang gak pingin tampil keren dan kalem kayak AFGAN? Apalagi, kalau AFGAN udah mulai melantunkan lagu, dengan suaranya yang "MENYIHIR" sambil mengangkat tangannya setinggi dada untuk menyapa dan menyemangati penonton... langsung aja, penonton TERSIHIR...!

Tapi, ada yang sadar nggak sih...sebenarnya AFGAN itu masih suka grogi, kalau tampil di panggung? Kalau grogi, koq kalau di panggung tetap aja keren abizzzz? Apa si rahasianya?

Ternyata, menurut Detik dot Com, untuk meningkatkan rasa PDnya, di rumah dia berlatih sesering mungkin di depan cermin!

Jadi, bagaimana cara kita untuk meningkatkan rasa PD yang kita belum punyai? Berapa kali dalam sehari kita perlu berdiri dan berlatih di depan cermin agar muncul rasa PD?

Menurut Dale Carnegie, untuk meningkatkan rasa PD, kita harus melakukan latihan sebanyak mungkin? Sebanyak mungkin itu berapa?

Dalam sebuah kursus Berbicara di Depan Publik, Tuan Carnegie pernah melatih seorang yang pemalu, sangat pemalu hanya dalam beberapa hari. Namun, dalam beberapa hari itu si Pemalu harus melakukan perkenalan di hadapan 45 kelompok yang berbeda. Untuk tiap-tiap kelompok, dia hanya harus memperkenalkan diri selama 5 menit, tidak lebih dari itu.

Bagaimana hasilnya?
Ternyata luar biasa! Si Pemalu telah berubah. Bahkan para wartawan yang tidak mengenal si Pemalu sebelumnya, setelah si Pemalu berpidato dalam sebuah event, menjulukinya sebagai ORATOR yang hebat!

Bagaimana dengan Penyanyi?

Beberapa puluh tahun lalu, ada seorang penyanyi rock yang saat akan tampil di atas panggung, dia harus menelan obat "tertentu" agar dapat tampil PD. Dan setelah itu memang "dia" tampil PD. Tapi apakah itu adalah dia yang sebenarnya? BUKAN!

Itu bukan dia yang sebenarnya, karena dia tengah dipengaruhi oleh obat tadi. Bahkan, setelah turun dari panggung, komentar yang diberikan oleh sang Pacar kepadanya adalah:

"Kamu NGGAK hebat!...Yang hebat cuma OBAT tadi!"

Apakah kita perlu bantuan dari OBAT untuk tampil PD di panggung? Tentu saja jawabnya TIDAK. Seperti contoh yang diceritakan oleh tuan Carnegie di atas, latihan yang cukup akan membuat kita PD.

Dalam bahasa Inggris disebutkan: PRACTICE makes PERFECT.

Artinya, kalau anda bercita-cita untuk sukses (success) dan tampil "sempurna" di depan publik, maka anda harus BERLATIH!

MAU?

Jadi PENULIS (2)

oleh Y.S. Aji Soedarsono
29 Juli 2008


Ada seorang klien wanita yang baru saja lulus SMU mengirimkan SMS. Dia punya cita-cita untuk kuliah, tapi karena keterbatasan, belum dapat melaksanakannya tahun ini. Namun, di dalam hatinya dia sangat ingin menjadi penulis. Dia ingin kuliah yang searah dengan cita-citanya itu. Dia ingin kuliah di Fakultas Ilmu Budaya UI. Kita sebut saja namanya INDAH.

Salah satu idola INDAH adalah penulis tenar ANDREA HIRATA. Calon penulis mana sey yang nggak pingin bercita-cita seperti bung ANDREA? Konon kabarnya, setiap enam bulan, dia mendapatkan royalti hasil penjualan buku-bukunya senilai milyaran rupiah! Memang, hobi Indah adalah membaca novel. Tapi, selain itu dia juga senang membaca buku-buku motivasi. Saat ini, dia masih senang membaca, dan ingin terus mempersiapkan diri untuk mengikuti SPMB tahun depan. Tentu saja, dia sudah mulai mencoba untuk menulis. INDAH ingin mencapai sukses (success) seperti idolanya. Namun ada satu hal yang dia risaukan. Dia merasa tidak mempunyai koneksi dengan orang-orang penerbitan. Jadi, bagaimana caranya?

Tentu saja, saya sarankan untuk bergabung dengan salah satu komunitas penulis. Yang kebetulan saya ingat adalah komunitas Forum Lingkar Pena. Saya mendengar dan membaca bahwa komunitas ini aktif dalam membina para calon penulis.

Di samping itu, ada cara lain untuk menulis dan memublikasikan karya ke hadapan publik. Namun, cara yang satu ini tidak terlalu "aman" bagi penulis. Mengapa begitu? Karena, yang akan saya anjurkan adalah untuk memulai menulis Web Log atau lazim dikenal sebagai blog. Menulis di blog memang mengasyikkan karena dapat langsung dipublikasikan ke para pembaca di dunia maya. Hanya dalam hitungan detik setelah kita menekan tombol POSTING...tara.... tulisan akan hadir di dunia maya! Ke seantero jagad!

Keuntungan yang jelas lainnya adalah bahwa seorang yang menuliskan catatan di blog, berarti telah cukup percaya diri. Seseorang yang tidak percaya diri tentu tidak akan menulis di blog. Dia akan selalu ragu ketika akan memulai. Namun, justru itu yang harus di atasi pertama kali oleh para calon penulis blog.

Ketidaknyamanan tulisan di dunia maya, adalah bahwa sangat mudah seseorang menjiplak dan kemudian menuliskan di tempat lain seolah-olah itu adalah hasil karyanya. Ini yang disebut dengan proses Copy & Paste. Ada pengecualiannya, yaitu jika format penulisannya memakai Pdf. Lebih sulit untuk dijiplak.

Tentu saja penulis di dunia maya harus rajin ber-internet. Tentu ada biaya untuk hal ini. Jika tadinya masih GAPTEK, maka kian hari seharusnya akan semakin canggih dalam berinternet dan menulis di blog.

Beberapa waktu yang lalu, disiarkan di salah satu TV Jakarta, yaitu seorang penulis buku yang semula menuliskan perjalanannya ke berbagai negara di dunia maya, yaitu di blog-nya. Setelah cukup banyak, tulisan tadi dirangkum untuk menjadi sebuah buku.

Di lain pihak, beberapa bulan yang lalu, ada penulis blog yang kecewa, karena tulisannya tentang tempat wisata kuliner di berbagai pelosok negeri, yang datanya cukup lengkap, ternyata telah diterbitkan versi bukunya oleh "penulis" lain dan oleh penerbit tertentu. Ini menjadi contoh nyata yang tidak baik dalam dunia tulis-menulis di negeri kita.

Walau bagaimanapun, hal-hal negatif di atas seharusnya tidak memudarkan semangat para calon menulis untuk terus berkarya. Seharusnya, yang menjadi andalan mereka adalah kreativitas mereka dalam menulis. Setelah itu, memang sebuah karya harus "ditandatangani" dengan jelas dan diamankan sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara sepihak oleh orang lain.

Sekali lagi, bagi mereka yang ingin sekadar melatih logika berbahasanya di dunia maya, dengan segala risiko dan manfaatnya, tetap saya anjurkan untuk berkarya dan menulis. Dengan memulai suatu langkah kecil, maka anda telah melakukan lompatan BESAR untuk mencapai cita-cita anda menjadi seorang PENULIS.

Mari MENULIS...!

Jumat, 25 Juli 2008

Cita-Cita: ATLET atau PENELITI ?

By Y.S. Aji Soedarsono
25 Juli 2008

Belum lama berselang, kegiatan Pekan Olahraga Nasional 2008 Samarinda baru saja usai. Ada yang MENANG dan ada yang NYARIS MENANG.
Ada yang KURANG SENANG, ada yang SENANG, dan ada yang SANGAT SENANG!

Yang sangat senang, adalah para ATLET yang meraih 3 BESAR, atau medali Perunggu, Perak, dan Emas. Juga, yang dapat memecahkan REKOR, baik nasional maupun internasional (kalau ada). Setibanya di daerah masing-masing, para pemenang akan mendapat sambutan yang SANGAT MERIAH. Di samping itu, biasanya para pemimpin daerah masing-masing telah menyiapkan HADIAH lagi, yang juga sangat dinantikan oleh para ATLET.
Asyik ya...! Apa hadiahnya?

Kabarnya, ada daerah yang mengganjar peraih satu emas dengan uang senilai Rp50 juta. Bahkan, kabarnya pula, ada propinsi kaya yang mengganjar peraih satu emas dengan uang senilai Rp100 juta. Dapat anda bayangkan kalau dia meraih lebih dari satu emas!

Selain itu pula, pada tahun ini, bagi para atlet muda nasional atau pun daerah yang bermaksud belajar di universitas negeri, mereka akan mendapatkan "pengawalan" dari institusi olah raga sedemikian rupa agar dapat diterima, selain juga bahwa ia telah "masuk" standar yang ditetapkan oleh universitas itu. Dulu, tahun 1970-an, atlet hanya mendapat surat keterangan, tapi tidak "dikawal" oleh institusi olahraga terkait. Berarti sekarang sudah lebih maju.

Itu adalah sebuah halaman tentang Indonesia...

Mari kita tengok halaman lain.
Kemarin, ketika Pak Presiden SBY meninjau kawasan "industri" pertanian di kawasan SUKAMANDI, Subang, terlontar sebuah pertanyaan yang kurang-lebih seperti ini:
"Seorang peneliti untuk menghasilkan varitas unggul harus sekolah 30 tahun dan melakukan penelitian selama 7 tahun. Jika nasibnya baik, bisa menghasilkan varitas unggul. Tetapi setelah hasilnya mendapat sertifikasi dari Departemen Pertanian, penelitinya tidak mendapat apa-apa tuh, Pak."

Wah, apa betul belum ada penghargaan khusus bagi mereka para peneliti?
Kalau memang benar, bahwa belum cukup layak penghargaan bagi para peneliti tersebut, maka menjadi tidak mengherankan jika istilah LITBANG mempunyai konotasi yang selalu tidak ASYIK untuk didengarkan, yaitu SULIT BERKEMBANG.

Belum lagi, jika para peneliti itu harus menghadapi DILEMA ketika MENEMUKAN suatu teknologi, dan harus segera MENDAFTARKAN penemuan itu untuk mendapatkan Sertifikat PATEN. Untuk mendaftarkan hal itu, untuk satu penemuan, kabarnya harus mengeluarkan biaya pendaftaran puluhan juta. Itu pun, tidak langsung dapat diperoleh sertifikatnya, karena harus menunggu selama sekitar 3 tahun!

Naik KAPAL, sampe' BURMA
Sudah MAHAL, pake' LAMA!

Di lain pihak, jika dia tidak mendaftarkan dan ada orang lain yang "nyontek" dan mendaftarkan lebih dulu, maka apa yang ia lakukan menjadi SIA-SIA.

Kalau di Jepang, seperti di SUMITOMO METAL INDUSTRIES, belasan tahun lalu, penghargaan untuk sebuah usulan CARA/ALAT yang lebih baik, yang dipilih, yang dapat melakukan penghematan biaya, dalam program KAIZEN (perbaikan terus menerus) diganjar dengan hadiah sebesar 1000 Yen. Sebagai bayangan 1000 Yen adalah senilai satu porsi makan malam di resto kelas menengah di Jepang.

Artinya, kalau ada peneliti yang dapat menemukan metode atau teknologi yang dapat melakukan penghematan atau pelipatgandaan produksi pangan, sudah selayaknya mendapat ganjaran yang DUA TIMPAL, bukan hanya SETIMPAL! Timpal pertama adalah hadiah atas penemuan itu secara langsung, sedang timpal kedua adalah BIAYA untuk mendaftarkan temuan ke DITJEN HAKI DEPKUMHAM. Dengan demikian permasalahan dapat terpecahkan. Secara nyata, menurut perhitungan saya, Rp 80 juta adalah angka minimal per penemuan. Menjadi tugas para pemimpin untuk merealisasikan.

Bagi para remaja yang sedang "mencari" cita-cita dan ingin meraih sukses (success), gambaran di atas adalah fakta saat ini. Boleh jadi, dalam 10 tahun ke depan segala sesuatunya akan lebih baik dan lebih adil bagi semua.

Yang penting, pikirkan dan impikan sesuatu yang SANGAT ingin anda lakukan. Pikirkan dan impikan APA yang dapat ANDA lakukan untuk MENGUBAH DUNIA...

===
(ucapan terima kasih banyak untuk Ibu ENDANG S. dan juga Detik.com)

Jumat, 18 Juli 2008

Cita-Cita: Jadi TRAINER yang JAIM?

by Y.S. Aji Soedarsono

Siapa sih yang nggak ingin tenar seperti pak
Mario Teguh, pak Andrie Wongso, pak Hermawan Kartajaya dan pak Tung Desem Waringin?

Untunglah kita di Indonesia ini diberi karunia adanya orang-orang seperti mereka. Mereka adalah trainer andal. Oleh sebab itu banyak anak muda yang bercita-cita menjadi trainer menjadikan mereka idola-idola yang sangat memberi inspirasi.

Tentu, masih banyak tokoh lain, yang tidak dapat disebutkan satu persatu sebagai trainer dengan ciri khas masing-masing. Dan, tentunya mereka juga hebat-hebat semua.

Kalau orang-orang AS boleh berbangga dengan tokoh-tokoh trainer mereka seperti Dale Carnegie dan Stephen R. Covey, maka kita orang Indonesia boleh berbangga dengan tokoh-tokoh yang saya sebut di paragraf pertama.

Tapi, manakah yang lebih penting bagi para trainer: kepribadian (personality) atau karakter (character)? Apakah para trainer harus memakai topeng si JAIM? Apakah fenomena ICEBERG juga berlaku bagi para trainer? Bahwa apa yang terlihat di atas permukaan laut hanya sebagian kecil dari yang tersembunyi di bawah air?

Kalau ada anak muda yang bercita-cita untuk menjadi seorang trainer dan belum bergabung dengan komunitas para trainer, mungkin tidak tahu bahwa ada dinamika tertentu dalam komunitas para trainer. Ketika ada trainer senior yang menegur trainer junior dan ketika ada trainer yang penulis yang merajuk (ngambek) karena tulisannya di-copy&paste oleh trainer lain, apakah para calon trainer sudah tahu?

Kalau dalam etika para dokter, mereka saling menyapa antara mereka dengan kata-kata,"Yang terhormat para kolega..." apakah ada etika yang disepakati oleh komunitas para trainer?

Saya teringat kata-kata teman saya yang seorang psikolog,"Ji, gue ni diajarin untuk pake topeng!" Dia lulusan sebuah universitas terkemuka di Bandung. Tentunya saya tidak menyamakan antara trainer dengan psikolog yang katanya "harus" memakai topeng. Dan, tentunya tidak menyamakan bahwa semua psikolog selalu "memakai topeng." Apakah topeng itu adalah topeng si JAIM atau topeng si MAING, tidak penting.

Alangkah indahnya jika antara para trainer saling menyapa,"Yang terhormat para kolega trainer yang hebat!" Maka, keindahan akan semakin membahana hingga ke luar batas komunitas.

Indonesia saat tulisan ini dibuat, mempunyai penduduk lebih dari 220 juta orang. Kalau dihitung secara prediksi statistik misalnya yang berusia 9 tahun hingga 60 tahun membutuhkan training apapun itu, dari yang ringan sampai yang berat, maka jumlah orang yang membutuhkan training (calon trainee) adalah 158 juta orang (metode kurva normal dengan 6-sigma, dengan batas usia 0-100 tahun).

Berapa jumlah trainer di Indonesia? Adakah sampai 1000 orang? Apakah cukup perbandingan trainer dengan calon trainee yang ada? Kalau sudah ada 1000 orang berarti satu orang menangani 158.000 orang! Dan, angka ini masih akan bertumbuh setidaknya 1 persen per tahun! Kue itu semakin lama semakin membesar. Sepertinya Indonesia masih membutuhkan banyak trainer.

Tentunya dibutuhkan SINERGI (dalam bahasa Inggris SINERGY) dan bukan sekadar ko-labor-asi untuk dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang sebanyak itu.

Kalau dalam bahasa Indonesia SINERGI= di-ISI ENERGI, maka dalam bahasa Inggris boleh kita uraikan SINERGY= SINCERE ENERGY (energi yang tulus). Maka, diharapkan akan terjadi fenomena: SATU tambah SATU = SERATUS!

Dengan kesadaran adanya ketidak-sempurnaan masing-masing trainer dan adanya potensi kebutuhan (demand) yang sedemikian besar, maka SINERGI adalah kata yang harus digunakan oleh para trainer.

Bagi anak muda yang punya cita-cita untuk menjadi TRAINER yang sukses (success), silakan maju terus. Carilah MENTOR dari para trainer yang telah lebih banyak berkiprah.

MARI BERBAGI...


Kamis, 17 Juli 2008

Cita-Cita: PRESIDEN atau PEMIMPIN NASIONAL?

Akhirnya, bulan Juli 2008 ini sudah dimulai lagi masa kampanye 5 tahunan!

Dalam waktu dekat ini, kita akan sering menonton Selebritis jadi Politikus dan juga sebaliknya Politikus menjadi Selebritis. Keduanya saling membutuhkan. Yang terjadi adalah Simbiosis Mutualisme.

Lima tahun lalu, sudah banyak Selebritis yang menjadi anggota Dewan. Dalam pemilihan kali ini, pasti akan lebih banyak lagi, karena SUDAH TERBUKTI bahwa kalau partai politik menggandeng Selebritis yang tepat, maka akan lebih mudah mendapatkan pendukung.

Apa hubungannya dengan Cita-Cita?
Banyak!
Banyak orang yang bercita-cita menjadi Artis atau Selebritis. Sudah tidak perlu kita pungkiri lagi. Buktinya banyak banget acara Reality Show yang mengangkat NOBODY untuk menjadi SOMEBODY, dalam hal ini Artis.

Di lain pihak, banyak anak muda yang rajin berorganisasi akhirnya bergabung menjadi anggota partai. Banyak Talent Scout dari pihak partai yang rajin mendatangi kegiatan organisasi anak-anak muda, untuk mencari calon anggota yang berbakat. Sangat MIRIP dengan Talent Scout untuk mencari Artis. Cita-cita anak muda tadi adalah menjadi Pemimpin. Nantinya, ya menjadi Tokoh Nasional, minimal menjadi Anggota Dewan tingkat Daerah.

Saat ini, sudah mulai banyak yang mencalonkan diri menjadi PRESIDEN. Setidaknya ada 3 orang mantan Jendral yang sudah mencalonkan diri. Mereka sudah menjadi orang sipil. Tapi yang jelas, mereka adalah tokoh yang usianya lebih dari 50 tahun. Tokoh lain, ada yang masih malu-malu untuk mencalonkan diri. Ada yang menerbitkan bukunya, dengan tujuan supaya ide-idenya "dibeli" oleh masyarakat. Setidaknya IDE-nya akan terpilih, walaupun orangnya mungkin tidak. Tapi yang jelas mereka sudah "berumur" semua.

Tapi, kebanyakan dari mereka cuma bercita-cita menjadi PRESIDEN bukan untuk menjadi PEMIMPIN NASIONAL.

Apa bedanya PRESIDEN dengan PEMIMPIN NASIONAL?
Presiden jelaslah suatu jabatan tertentu yang ada dalam UUD. Sedangkan Pemimpin Nasional tidak ada dalam naskah UUD.

Yang jelas, menjadi PEMIMPIN NASIONAL tidak jelas berapa gajinya dan tidak jelas pula apa fasilitas yang akan didapat. Mungkin, ini yang membuat orang tidak tertarik menjadikannya sebagai sebuah cita-cita.

Zaman dulu waktu Indonesia baru merdeka, ada tokoh nasional yang konon kabarnya memakai baju yang ditambal! Zaman reformasi ini apakah ada orang yang ingin menjadi tokoh nasional dengan baju ditambal?

Menjadi PRESIDEN pasti banyak pembantunya, yaitu para menteri. Minister sebagai kata kerja artinya membantu atau melayani. Jadi memang kelihatannya enak menjadi PRESIDEN karena pelayannya ada 20-an orang. Kalau PEMIMPIN NASIONAL berapa orang pembantunya? Belum jelas aturan mainnya.

Tahun depan mungkin belum ada "anak muda" yang menjadi calon PRESIDEN. Tapi, lima tahun lagi mungkin sudah ada "anak muda" yang dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi PRESIDEN. Mengapa?

Karena, saat ini mereka sedang belajar untuk memimpin. Wagub Jawa Barat sedang belajar untuk menjadi pemimpin sebuah propinsi. Umurnya masih 42 tahun, jadi lima tahun lagi akan berumur 47 tahun dan BUKAN TAK MUNGKIN ada yang mencalonkan dirinya untuk menjadi PRESIDEN. Kita lihat pula di NTB, Gubernur terpilihnya adalah seorang yang berusia 35 tahun! Kalau dia sukses dalam 5 tahun ini, boleh jadi ada yang mencalonkan dirinya menjadi PRESIDEN, minimal menjadi Menteri, yang kemudian 5 tahun berikutnya dapat diusung menjadi calon PRESIDEN, saat berumur 45 tahun.

Kesimpulan kita, bagi anak muda yang punya cita-cita untuk sukses (success) menjadi PRESIDEN atau juga yang ingin menjadi PEMIMPIN NASIONAL, harus bersabar dulu. Yang tua-tua biar "lewat" dulu! Nanti, 5 atau 10 tahun lagi silakan mencoba "memanjat" lebih tinggi lagi. Jangan lupa, cita-cita tetap harus Specific, MEGA, Achievable, Recognizable dan Time Framed: SMART.

Selasa, 15 Juli 2008

Cita-Cita: Masuk SMU Favorit...lalu..

Hari pertama pulang sekolah bagi siswa siswa baru di SMU favorit. Wajah-wajah berkeringat namun tetap ceria. Tidak ada beban, walau masih banyak tugas dari Kakak Pembimbing! Wajah mereka tetap ceria, bercanda dengan teman senasib, sambil tengok kiri-kanan waspada jangan-jangan ada senior yang ngeliatin.

Hari pertama pulang sekolah juga bagi siswa baru di SMU yang agak di pinggiran kota. Wajah juga berkeringat, ada yang ceria, tapi sebagian ada yang tidak tersenyum, tanpa rasa gembira. Satu-satunya rasa gembira, yang tidak sempat tergambar di wajah, adalah hari ini baru selesai, lepas dari incaran Kakak Pembimbing dan Kakak-kakak senior lainnya.

Mengapa di sekolah Favorit hampir semua bergembira saat pulang sekolah? Mengapa di sekolah yang agak ke pinggir, sebagian ada yang tetap cemberut?

Yang cemberut adalah mereka yang masih kecewa! Sungguh kecewa karena tidak dapat masuk ke SMU yang favorit tadi, padahal nilai UANnya sama percis dengan nilai terbawah di sana! Mereka merasa gagal karena belum berhasil mencapai cita-cita yaitu sukses (success) masuk ke sekolah favorit tadi. "Kenapa aku yang tersingkir? Kenapa bukan anak itu aja yang tersingkir? ...Uh sebel!"

Masuk SMU favorit ada enaknya. Malah mungkin banyak enaknya. Kalau kita menyebut nama sekolah kita, orang-orang sudah tahu. Kalau sekolah yang agak di pinggir tadi, begitu kita menyebut nama (nomer) sekolah kita...tanggapan orang yang bertanya,"..err...yang di mana yah..?" Pasti kita akan sebal!! Awal dari percakapan yang tak menyenangkan!

Biasanya, sekolah favorit punya dua kelebihan. Pertama, ya pasti prestasi akademiknya lah...dan yang kedua prestasi EKSKULnya. Kalau dua-duanya hebat, pastilah sangat berbangga kita orang!

Kalau sekolah (SMU) baru aja jadi favorit, biasanya karena banyak alumninya yang diterima di Universitas negeri. Lalu, orang-orang mulai menyebarkan gosip (positif), the BUZZ, obrolan tentang ke-bagus-an sekolah itu, terus menyebar dan terus dan terus...

Yang kebagian senangnya, ya antara lain juniornya yang belum lulus, dan junior yang baru aja masuk ke situ.

Memang ada SMU favorit, yang untuk masuk ke situ, nilai UANnya harus di atas 9,00 bahkan mungkin ada juga yang harus di atas 9,20. Jadi persaingan di sana pasti akan sangat sengit! Sungguh sangat sengit!

Tapi, hasilnya juga BAGUS bgt! Hampir semua lulusannya masuk universitas negeri yang favorit juga. Apalagi kalau sekolah itu didukung oleh barisan para alumninya. Pasti memang luar biasa!

Memang, untuk yang punya cita-cita masuk Universitas negeri yang favorit, salah satu langkah yang harus ditempuh adalah masuk SMU yang favorit juga. Oleh karena itu, ada sebagian anak-anak yang tadi berwajah muram, masih mendendam, dan masih memendam tekad untuk masuk ke SMU favorit tadi. Caranya?

Nanti, tunggu semester 1 habis dulu, atau paling lama tunggu kenaikan kelas. Biasanya mereka akan merengek kepada ortu masing-masing, untuk dipindah ke sekolah yang diidamkan. Dan, sebagian ORTU setuju-setuju aja tuh..

Jadi, masuk SMU favorit akan membuat mereka happy, senang, ceria, dan bangga. Dan, siapa tahu nanti bisa masuk universitas negeri yang favorit juga. Lalu, bagaimana dengan cita-cita yang lebih besar, yang SMART?
Sebagian besar mereka belum memikirkan cita-cita yang Specific, MEGA, Achievable, Recognizable, Time Framed.

So, masuk SMU favorit tanpa Cita-cita yang jelas? Kok bisa yah..?

Senin, 14 Juli 2008

Seperti KOBE BRYANT

Anda ingin seperti KOBE BRYANT?
Tahun (musim) ini ia memenangi penghargaan NBA MVP of the Year dengan 1100 point, beda cukup jauh dengan saingan terdekatnya yang punya nilai 894.

Ketika dulu usianya belum 17 tahun, cita-citanya adalah ingin main di NBA. Ketika usianya sudah 17 tahun dan sudah mengikuti ajang NBA (asosiasi Basket Amerika Serikat) dia bercita-cita untuk mendapat gelar MVP (Most Valuable Player).

Tahun ini dia berjaya meraih MVP, lantas apa kunci SUKSESnya?

Kuncinya adalah berjuang!
Berapa usianya sekarang?
Dia berumur 29 tahun, jadi dia telah berjuang selama 12 tahun lebih untuk mencapai CITA-CITA berikutnya (setelah cita-cita "ingin main di NBA"). Ketika beberapa tahun lalu anak-anak SMP dan SMA di Indon yang hobi basket sudah menjadikannya sebagai IDOLA, ternyata dia belum meraih sukses (success) menjadi MVP.

Seperti yang anda tahu, NBA adalah ajang basket yang sangat ketat persaingannya. Di AS, termasuk olah raga yang sangat disukai. Oleh karena anak-anak AS banyak yang berbadan tinggi, olah raga ini menjadi sangat populer, khususnya bagi yang suka sport. Ternyata persaingan yang ketat mengharuskan BRYANT untuk bersaing dan berjuang selama tidak kurang dari 12 tahun sebelum mendapat gelar MVP.

Ini adalah bukti bahwa dia mempunyai Kesabaran, dan mempunyai Komitmen serta Konsistensi dalam berjuang menangkap Cita-citanya. Selain itu, pada musim ini, dia telah dianggap berubah, dari seorang pemain yang individualistis, menjadi seorang yang bermain untuk TIM (team player).

Dalam konsep SINERGI, ini yang disebut Di-ISI ENERGI, sangat cocok dengan istilah itu sendiri. SINERGI= DI-ISI ENERGI. Jika ada semangat nan IKHLAS untuk berbagi bersama teman se-tim, maka TUHAN akan menambah ENERGI, maka muncullah fenomena SINERGI, yaitu:

SATU + SATU = SERATUS
GUNUNG BATU MELETUS !!

Artinya, bukan sekadar gunung batu yang diam dengan energi POTENSIALnya, namun dia menjadi suatu yang HEBAT ketika energi potensialnya diubah menjadi energi KINETIK: MELETUS!

Juga, bukan sekadar: 1 + 1 = 2
Yang macam ini hanya sebuah Kerja Bareng atau lazim disebut Ko-Laborasi.
SINERGI lebih dari sekadar KO-LABORASI.

Ternyata, bukan hanya MVP saja yang didapat. BRYANT juga tercatat sebagai pemain termuda yang mencapai poin 20.000, pada musim ini.

Untuk seorang atlit, masa 12 tahun bukan sebentar, apalagi jika dilihat dari Siklus Hidup sebagai atlit profesional. Dengan bekal Kesabaran, Konsisten, Komitmen dan Keihlasan bersama-sama teman seperjuangan, BRYANT membuktikan bahwa SUKSES dapat diraih.

Bersabar, Konsisten, Komit dan Ikhlas, anda MAU?

(sumber: Detik dot Com)

Sabtu, 12 Juli 2008

KANGEN BAND: Konsep Pengusaha MIKRE

KANGEN BAND adalah sebuah kisah SUKSES!
Band asal Lampung ini telah memutarbalikkan teori-teori lama, yang hampir pasti, yaitu kalau ingin meraih sukses (success) dalam dunia musik Indonesia, harus melalui LABEL yang BESAR. Atau setidaknya harus punya "Mentor" penyanyi atau band yang sudah Ngetop dan harus punya TAMPANG cakep.

Konsep, atau lebih tepat, apa yang dijalani (bukan sekadar konsep) oleh KANGEN BAND adalah bahwa mereka merangkak dari bawah, sangat bawah sekali. Mereka dengan modal EKSPRESI yaitu dengan lagu-lagu mereka sendiri yang mungkin BERBEDA dengan yang lain. Padahal menurut pakar Marketing, justru yang BERBEDA yang membuat sesuatu di zaman ini Sukses. Jadi modal mereka yang utama bukan UANG dan bukan CHANNEL yang punya akses langsung dengan industri musik yang ada.

Tapi, yang PASTI, mereka punya cita-cita bahwa musik mereka akan diterima oleh masyarakat. Bukti sudah ada! Banyak yang suka dengan musik mereka. Kendati mendapat beberapa komentar yang miring tentang diri mereka, tapi, menurut pengamatan saya, masih LEBIH BANYAK yang membela mereka.

Yang membela mereka adalah mereka yang suka dengan persaingan POSITIF, yang percaya dengan KEAJAIBAN, yang percaya dengan USAHA KERAS untuk SUKSES, dan mungkin juga yang percaya dengan BEDA untuk SUKSES.

Di sinilah konsep MIKRE (Mikro-Kreatif) berlangsung. Mikro, artinya berangkat dari modal kecil saja. Tidak harus dengan modal puluhan juta. Kreatif, artinya menciptakan suatu yang belum pernah ada, yang BEDA. Dengan membuat lagu-lagu yang merupakan ekspresi mereka, yang tidak harus mencontek penyanyi tetangga, kemudian yang mereka lakukan adalah MEREKAM. Merekam adalah proses pendokumentasian. Di samping itu dengan merekam disertai niat untuk membuat kaset/CD DEMO mereka mencantumkan "tanda tangan" mereka, sehingga tidak sembarang orang boleh mengakui lagu itu. Ini jelas berbeda dengan proses ngetopnya lagu "Geby/Jauh" yang tidak mempunyai "tanda tangan" sehingga banyak orang mengaku-aku sebagai pemiliknya.

Akhirnya proses MIKRE berbuah sebagaimana seharusnya. Dengan Kreativitas, mereka menarik perhatian para PEMODAL. Orang-orang industri bukan saja "melirik" tapi bahkan "melotot" untuk dapat ber-sinergi dengan mereka. Mengapa?

Karena BEDA dan ternyata sudah terbukti DITERIMA masyarakat. Dalam konteks Siklus hidup sebuah industri/produk, masih dalam tahap menanjak, belum jenuh. Sehingga masih layak untuk dikembangkan.

Dalam konteks CITA-CITA, barang siapa yang mempunyai dan percaya bahwa sesuatu yang diyakini serta dilakoni dengan sungguh-sungguh, 99,99 % akan tercapai. Ini sesuai dengan konsep spiritual "Nasib dapat diubah dan Tuhan akan mengabulkan."

Cita-cita memang harus DIYAKINI dan DILAKONI. Ditambah dengan DOA, maka CITA-CITA akan tercapai.

Jumat, 11 Juli 2008

Cita-cita: Bisnis Studio... lalu ...Manajemen Artis

Tahun 2004, di daerah Tebet, Jakarta, saya punya teman yang jago ngebengkel. Luar biasa! Jago banget! Sebenarnya saya dikenalkan oleh teman beberapa tahun sebelumnya, sekitar tahun 1995. Mobil kesayangannya adalah Honda "setrikaan." Kemudian, sekitar tahun 2001, dia membangun sebuah studio kecil di salah satu ruang di bengkelnya. Seingat saya, ruang itu dulu adalah salah satu kamar asistennya (mekanik). Kalau tak salah juga, waktu itu tarifnya sekitar Rp 15.000,- per jamnya.

Beberapa bulan terakhir ini, saya mendapat kabar, bahwa dia sudah tidak lagi menjalankan bisnis sebagai "Pebengkel," tapi sekarang dia berprofesi sebagai MANAJER ARTIS. Rupanya, dia telah merevisi cita-citanya, yaitu ingin mencapai sukses (success) menjadi MANAJER ARTIS.

HUEBAT!
Dari seorang pebengkel, lalu bisnis studio untuk latihan menyanyi dan musik, lalu ternyata dia sudah memposisikan diri sebagai MANAJER ARTIS. Ini adalah proses Metamorfosis yang sempurna! Beda Banged!

Mengapa bisa begitu?

BISA SAJA! KENAPA TIDAK!?

Dunia entertainmen di Indonesia memang sedang meriah-meriahnya, heboh-hebohnya! Sangat banyak televisi baru yang bermunculan. Banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa mereka berbeda dengan TV tetangga. Namun, apa yang sama?

Yang sama, adalah gemerlap daya pikatnya. Dunia TV bagaikan sinar lampu PETROMAK yang sedang dikerubuti LARON. Semua Laron ingin mendekat, sedekat mungkin dengan sang lampu pompa tersebut. Dengan banyaknya PETROMAK maka semakin banyak Laron yang mencoba terbang mendekat. Simbiosis apa yang terjadi?

Seharusnya adalah Simbiosis Mutualisme. Saling menguntungkan. Nah, ternyata, di antara para Laron, banyak yang tidak dapat melakukannya sendirian. Para LARON banyak yang membutuhkan MANAJER. Tentunya, untuk dapat konsentrasi ke "materi" yang akan dilakoni sebagai artis, mereka sulit untuk membagi waktu sebagai manajer diri-sendiri. Jadi dibutuhkan orang lain yang bertindak sebagai manajer.

LARON adalah para artis. Manajernya adalah MANAJER ARTIS. Bisnisnya disebut Bisnis Manajemen Artis. Sosok Manajer Artis, bisa siapa saja, yang penting bisa mengelola si artis. Ada sosok IBUNDA, ada sosok SUAMI, ada sosok TEMAN, ada sosok PACAR dan lain-lain. Dengan semakin banyak PETROMAK (baca:TV) yang menyala, maka semakin banyak dibutuhkan Manajer Artis yang andal.

Dunia gemerlap membawa keuntungan bagi orang-orang di sekitarnya. Itulah sebabnya, mereka itu berusaha untuk sedekat mungkin dengan sumber GEMERLAP. Seorang penyiar radio, yang saya kenal, yang kebetulan satu alumni SMA dengan saya, walaupun dia jauh di bawah saya, mengatakan bahwa dunia entertainmen adalah dunia NETWORKING. Semakin banyak jejaring yang dekat dengan sumber GEMERLAP, maka semakin cepat untuk masuk dan menanjak. Itu sudah terbukti, karena banyak koleganya (mantan penyiar radio) yang sudah masuk dalam radius kegemerlapan cahaya PETROMAK.

Tugas Manajemen Artis adalah, pada awalnya untuk mengenali bakat yang bersangkutan, kemudian mencoba menggali sisi-sisi mana yang layak untuk ditonjolkan dan untuk dijual kepada Production House atau Event Organizer. Setelah itu, tentu mengelola jadual dan mengelola BRAND masing-masing artis.

Bagaimana agar ketiga pihak: TV, Artis dan Manajemen Artis dapat sukses? Tentu jawab yang paling klise adalah SINERGI. Dengan adanya SINERGI, maka akan datang kesuksesan bagi semua pihak.

Kalau ada yang penasaran dengan "penghasilan" para Manajemen Artis, maka saya hanya dapat memberikan gambaran dari literatur yang ada dari Amerika Serikat. Disebutkan bahwa mereka akan mendapatkan 15 persen dari penghasilan Artis. Tapi, itu khan di Amrik. Kalau di sini, memang harus ada survei dari lembaga yang independen. Yang pasti, selama masih ada lampu PETROMAK yang menyala, masih banyak LARON yang akan mengerubuti. Jadi, masih banyak dibutuhkan Manajer Laron ..eh..Manajer Artis.

Anda MINAT?

Senin, 07 Juli 2008

Cita-cita: Petarung COBRA

Pagi-pagi sekali BADU sudah bangun. Kemudian dia mendatangi rumah pamannya, FULAN, yang tidak jauh dari rumahnya. Bersama-sama, mereka memeriksa satu-persatu kotak-kotak kayu yang ada di samping rumah si paman. Ternyata semua isinya masih lengkap.

Kemudian, mereka harus menyiapkan makanan. Bukan untuk mereka, tapi untuk diberikan kepada isi kotak-kotak kayu tadi. Makanan itu adalah tikus-tikus, dan ular-ular kecil. Ya, itu adalah makanan bagi ular-ular COBRA yang ada di dalam kotak-kotak kayu tadi.

BADU adalah anak yatim. Ia berumur 8 tahun. Ketika dulu ia berumur 5 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan. BADU adalah anak sulung, lelaki sulung. Sebagai anak sulung, ia sangat ingin membantu ibunya untuk mendapat uang. Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah mendapatkan uang dengan cara menjadi PETARUNG COBRA.

Ketika BADU memberitahu ibunya bahwa ia ingin seperti pamannya dan seperti kakeknya, menjadi PETARUNG COBRA, ibunya tidak dapat berkata tidak. Ibunya akhirnya setuju dengan menyuruhnya belajar kepada paman FULAN. Ayah FULAN, yaitu Kakek BADU, dulu adalah seorang PETARUNG COBRA juga. Namun, karena terlalu sering meminum arak, orang-orang desa tidak mengizinkannya lagi bertarung melawan COBRA, terlalu berbahaya.

Setiap hari, BADU merawat COBRA dan berlatih bersama paman FULAN. FULAN adalah petarung unggulan melawan COBRA. Ada bakat yang diturunkan oleh ayahnya. Kini, sangat mungkin bakat itu diturunkan kepada keponakannya, BADU.

Ketika FULAN ditanyai mengapa dia mengijinkan keponakannya menjadi petarung Cobra, dia hanya menjelaskan, bahwa di kampung ini ada beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang lelaki. Kini, keponakannya sudah ingin bekerja, dan memilih menjadi PETARUNG COBRA, jadi dia tidak akan langsung melarang, tapi ingin melihat perkembangannya dulu.

Menurutnya, sebelum menjadi Petarung Cobra, ada dua hal yang harus dilihat: POTENSI dan KOMITMEN. Jadi dia akan melihat dulu apakah BADU mempunyai POTENSI yang sesuai untuk menjadi petarung, yaitu keberanian, kecepatan, ketangkasan dan fokus. Di samping itu dia juga ingin melihat apakah BADU mempunyai KOMITMEN jangka panjang, untuk menjadi petarung profesional, bukan sekadar untuk main-main.

Setelah beberapa minggu kemudian, saatnya menguji kemampuan BADU di atas arena pertarungan. Penonton dan turis sudah berdatangan, duduk di tribun sederhana, mengelilingi panggung kayu setinggi 1 meter dengan ukuran 5m x 5m. Musik di dimainkan, pembawa acara mengumumkan siapa petarung yang akan bertanding dan riwayat ular COBRA yang akan bertarung.

Hari ini, yang akan bertarung adalah FULAN melawan ulang KING COBRA besar yang liar, karena baru beberapa hari ditangkap dari hutan sekitar kampung. Setelah itu ada pertarungan ekstra antara petarung muda melawan COBRA.

FULAN naik panggung, memakai ikat kepala dari kain yang dipilin warna-warni. Dia memberi salam kepada seluruh penonton, membungkuk sambil mengatup tangan di depan dada. Ular dikeluarkan dari kotak. Segera, KING COBRA menegakkan lehernya, sekitar 1 meter tinggi lehernya. Panjang badannya sekitar 5 meter. Dia fokus kepada FULAN. Fulan menari-nari sambil membungkuk, tapi fokus kepada ular, dan sesekali melakukan tonjokan ke arah leher Cobra. COBRA membalas, dengan mematuk ke arah kaki. FULAN melompat menghindar. Demikian seterusnya hingga beberapa menit. FULAN berhasil mengelak dari setiap pagutan KING COBRA. Dia ditetapkan oleh panitia sebagai PEMENANG!

Berikutnya adalah pertarungan ekstra: COBRA melawan petarung muda, BADU. Dia naik ke atas panggung, dan memberi salam. COBRA dikeluarkan dari kotak, ukurannya agak kecil, sekitar 3 meter panjangnya, namun langsung menegakkan kepala dan siap menyerang BADU. Dia menari-nari dengan membungkuk, dengan kuda-kuda rendah, di depan Cobra, sambil sesekali menonjok leher Cobra. Kadang Cobra mematuk, dan BADU menghindar dengan cekatan. Tidak ada ketakutan dari matanya, dia fokus, tidak gentar, siap memukul leher Cobra dan siap mengelak pagutan lawannya. Demikian terus dalam beberapa menit. Sekali waktu, Cobra menyerang, tidak ke bawah, tapi ke arah kepala. BADU mengelak, nyaris mengenai! Benar-benar nyaris. Ibunya yang ada di dekat panggung sempat berteriak khawatir. Namun BADU baik-baik saja. Akhirnya pertarungan selesai. Ular ditarik oleh seorang pawang, dan dimasukkan ke kotak kayu. Penonton bertepuk riuh. BADU memberi salam, membungkuk ke semua penonton. Hari pertama menjadi petarung telah dilakoni, hari-hari berikutnya sudah menunggu.

Ibu si BADU langsung memeluk dengan perasaan bangga si BADU yang baru turun dari panggung. Ia senang bahwa anaknya telah SUKSES melakoni ujian yang pertama, menjadi PETARUNG COBRA. Sementara itu, FULAN sang Mentor, tersenyum bangga. Dia berhasil melatih seorang petarung muda. Dia melihat ada POTENSI BESAR dan ada KOMITMEN, ada kesungguhan dan kerja keras dari si anak didik, yang dibuktikan di atas panggung.

Kesimpulannya, untuk menjadi seorang petarung, atau olahragawan yang profesional, yang mengandalkan kecepatan, keberanian, ketangkasan dan kelenturan, membutuhkan POTENSI atau BAKAT yang sesuai. Dan di samping itu juga KOMITMEN untuk bekerja keras, berlatih dalam jangka panjang. Niat, fokus, dan latihan keras setiap hari.

Pertarungan ini ada di Ban Kok Sa-Nga, Distrik Nampong, Khon Khaen, Timur Laut dari Bangkok, Thailand. Nama-nama yang ada bukan nama sebenarnya, namun peristiwa di atas adalah nyata.
(sumber: TVOne, 3 Juli 2008)

Sabtu, 05 Juli 2008

CALPIN yang Tak LETIH

Anak lelaki kecil itu bernama CALPIN. Bukan, … namanya bukan Chaplin, tapi CALPIN. Umurnya baru lebih sedikit dari 9 tahun.

Tadi, ketika fajar baru menyingsing, dia dan serombongan orang-orang berangkat. Dia hanya mengikuti rombongan yang besar ini, ke mana pun arahnya. Dia menikmati perjalanan ini. Kata orang-orang, rombongan akan menuju ke puncak sebuah gunung. Namun, ketika dia bertanya kepada orang-orang di sekitarnya, di manakah puncak gunungnya, dia hanya mendapat jawaban,”Di depan sana! Mungkin belum kelihatan..”

CALPIN tetap mengikuti rombongan.

Ketika hari jelang siang, CALPIN melihat rombongan nun di depannya terhenti, tidak berjalan, sehingga rombongan dari belakang makin mendekat dan makin merapat.

CALPIN tidak mengurangi kecepatannya, ketika rombongan bagian belakang mulai melambat. Tanpa disadarinya, dia sudah berada di tengah rombongan. Saat itu, rombongan yang di depan sudah mulai berjalan lagi. CALPIN tetap berjalan. Tak lama kemudian dia melihat ada persimpangan jalan yang baru dilalui oleh rombongan bagian depan. Di depan , di kejauhan, dia melihat sebuah gunung menjulang, namun puncaknya tertutup kabut.

Ketika, mentari agak condong ke barat, CALPIN melihat rombongan bagian depan melambat lalu terhenti. CALPIN tidak mengurangi kecepatannya. Tanpa disadarinya, dia sudah nyaris sampai di bagian depan rombongan. Saat itu, rombongan bagian depan sudah mulai bergerak lagi. Tak lama kemudian, CALPIN melintasi lagi sebuah persimpangan jalan. “Ah..aku tahu! Dua kali melambat dan berhenti, dan ada dua persimpangan!”katanya menyimpulkan. Gunung di depan tampak makin jelas. Kabut mulai pudar. Puncak Gunung makin jelas,kehijauan, megah di atas sana!

Rombongan berjalan terus, hingga mentari nyaris berwarna Jingga. Ketika itu bagian depan rombongan mulai melambat lagi. “AHA!..pasti persimpangan jalan lagi..,”pikir si CALPIN. Dia tidak melambatkan diri. Dan dia kini dapat melihat orang-orang di barisan depan rombongan. Satu di antara orang yang di depan adalah orang yang tinggi dan besar. Orang itu sedang melihat ke kiri dan ke kanan. Kemudian menanyakan satu-dua pertanyaan ke orang di sekitarnya. Kemudian si orang tinggi besar itu kemudian menunjuk sambil berujar,”SANA!..kita berjalan ke arah kanan menuju kaki bukit itu!” CALPIN dapat mendengar jelas karena dia hanya beberapa langkah di belakang orang tinggi besar itu.

Ketika mentari telah benar-benar jingga dengan semburat kelabu, si tinggi besar mengangkat tangan, memberi aba-aba untuk melambat. CALPIN tidak mengurangi kecepatannya. Akhirnya dia benar-benar berada di samping orang tinggi besar itu, barulah dia berhenti.

CALPIN memberanikan diri bertanya kepada orang itu,”Maaf Paman nan Tinggi Besar, .. mengapa kita berhenti lagi? Apakah ada persimpangan jalan lagi?”

Yang disapa terkejut. Dia coba bertenang diri dan menjawab,”Adik..kita harus berhenti sebentar untuk menyiapkan obor. Hari segera gelap.” Tanpa menunggu jawaban CALPIN, orang itu menyuruh orang-orang disekitarnya untuk menyiapkan obor dari bambu dan tanaman kering yang di dapat di sana. Kemudian orang itu bertanya kepada CALPIN,”Adik dari mana saja tadi?..Saya kok baru melihat..”

“Saya dari belakang tadi, paling belakang. Lalu ketika berhenti yang pertama, saya ada di tengah. Lalu saat berhenti ke dua, saya hanya beberapa belas langkah di belakang Paman. Sekarang saya ada di sini.” Orang tinggi besar itu hanya mengangguk-angguk, sambil tetap diam.

Ketika rombongan sudah siap dengan obor, termasuk Paman Tinggi Besar, CALPIN memberanikan diri bertanya,”Maaf Paman Tinggi Besar… bolehkah saya berjalan satu langkah di depan Paman?”

Orang itu tertegun sebentar, lalu bertenang diri dan berkata,”Boleh Dik, asalkan Adik tahu jalannya.”

“Saya tahu Paman. Bukankah kita menuju Puncak Gunung itu?”Tanya CALPIN sembari menegaskan.

“Benar”

“Ya, saya tahu Paman, saya yakin saya tahu.” Kata CALPIN lagi dengan yakin diri.

“Baiklah, kalau begitu Adik silakan di depan.”kata orang Tinggi Besar itu, kemudian berkata lagi,”Mengapa Adik tidak membawa obor?”

“Sudah!..Sudah!..Bukankah KITA sudah membawa obor?!” kata CALPIN, kemudian dia tegaskan,”Paman ada persis di belakang saya sambil membawa obor KITA! Saya tidak perlu membawa obor sendiri. Nyala obor KITA sudah cukup menerangi. Apalagi puncak gunung sudah semakin dekat terlihat.”

Rombongan berjalan lagi. Kini CALPIN ada di paling depan. Ketika ada persimpangan jalan, CALPIN tidak berhenti, namun langsung memilih satu jalur, langsung! Orang-orang di belakangnya terus mengikuti. Setiap ada persimpangan, tanpa mengurangi kecepatan, CALPIN langsung memilih satu jalur. Demikian seterusnya, hingga sampai ke PUNCAK Gunung. CALPIN tidak ragu-ragu, karena TUJUAN yaitu PUNCAK gunung sudah jelas, sehingga mudah untuk menentukan arah. Walaupun telah malam, jalan setapak yang mendaki sudah cukup untuk menentukan arah ke ATAS.

Sampai di puncak, semua orang sudah terengah-engah. Sebetulnya CALPIN juga , tapi dia tidak terlalu merasakan lelah karena dia FOKUS ke puncak Gunung ini.

Si Paman Tinggi Besar sambil sedikit terengah mendekat, lalu berkata,”Adik,..Kita sudah sampai..lebih cepat dari yang saya perkirakan.”Lalu bertanya,”Mengapa dari tadi Adik tidak berhenti?”

“Paman yang baik, .. tadi sebelum malam, saya sudah dapat melihat PUNCAK gunung. Sudah sangat jelas ada di depan saya. Jadi saya tidak ragu-ragu.”jawab CALPIN.

Masih belum cukup puas atas jawaban itu, orang itu menambahkan,”Adik,.. dari tadi saya belum tahu siapa Adik ini..”

“Paman, ..nama saya CALPIN”

“Ya, itu nama yang bagus, tapi agak aneh bagi telinga saya,”kata paman Tinggi Besar.

“Itu adalah doa dari orang tua saya Paman,”jawab CALPIN.

“Doa apa?”selidik orang itu.

“Itu adalah doa. CALPIN artinya CALON PEMIMPIN. Itu doa orang tua saya. Orang tua saya ingin agar saya mencapai sukses (success) sebagai Pemimpin,”katanya menjelaskan sambil tersenyum.

Rabu, 02 Juli 2008

Your GREATNESS

What is your GREATNESS?
Apakah kehebatan anda?

Ketika ada orang yang menanyakan hal di atas, kira-kira apa jawaban anda?
Bagi orang yang rendah hati, tentu dia akan menjawab,"Ah .. saya bukan siapa-siapa..ndak punya kehebatan apa-apa.."
Bagi yang percaya diri, dia akan bilang,"Wah... kayaknya banyak tuh..bla...bla...bla..."

Tapi, apakah ada gunanya menanyakan hal ini kepada diri sendiri?

Apabila dalam konteks untuk menyombongkan diri, maka tidak perlu dan tidak ada gunanya. Namun, jika dalam konteks pengenalan diri dan pengenalan potensi diri, menjadi sangat perlu dan harus.

Ketika ada klien yang bertanya kepada saya, apa kira-kira profesi dan cita-cita yang paling cocok bagi mereka, saya selalu menanyakan GREATNESS mereka, selain tentang hobi mereka. Ada di antara mereka yang dengan cepat dapat menjawab, tapi lebih sering yang sulit untuk menjawab. Apakah untuk menjawab ini membutuhkan seorang psikolog? Untuk jawaban pertanyaan yang satu ini, jawabannya adalah tidak harus! Tapi tentu saja boleh!

Seorang klien, ketika harus menjawab pertanyaan "Apa kehebatan kamu?" dia menjawab,"Wah ... apa ya?... rasanya ndak ada, soalnya prestasiku (keberhasilan/success) cuma jadi juara paskibra... itu juga prestasi bersama khan?"

Rupanya dia lupa, bahwa setidaknya ada 3 kehebatan dia:
pertama, dia pasti seorang yang dapat bekerja sama dalam kelompok;
kedua, dia pasti orang yang disiplin;
ketiga: dia adalah orang yang idealis!

Ketika GREATNESS ini digabungkan dengan HOBI (minat) dan juga NILAI AKADEMIK, maka akan tergambar dengan cukup jelas, sosok seseorang. Dari hal-hal tersebut, seseorang menjadi lebih jelas memahami potret dirinya.

Seorang klien yang mempunyai nilai Biologi yang bagus, dan mempunyai rasa penasaran yang sangat tinggi atas racikan obat, ternyata, ketika disodori profesi "Ahli Gizi" (ibunya tidak suka kalau dia menjadi ahli farmasi) menjadi sangat tertarik. Kemudian, dengan penasaran pula dia menanyakan, siapa sebaiknya yang menjadi IDOLAnya. Dan dia sangat bersemangat!

Kemudian, dari mana datangnya kehebatan?

Menurut hemat saya, ada dua: dari lingkungan yang membentuk (usaha) dan bakat bawaan (genetik). Jadi, jika kita agak kesulitan menemukan GREATNESS kita, selain berkonsultasi kepada psikolog, kita dapat juga menelusurinya melalui jejak-jejak kehebatan kedua orangtua kita dan lebih jauh, kakek dan nenek kita.

Selain itu, dapat pula dengan cara menanyakan kepada orang-orang di sekitar kita (metode Johari's Window). Dapat kepada Orangtua, Saudara kita atau teman-teman kita. Sangat mungkin, ada beberapa hal yang kita sendiri tidak menyadari namun dapat dilihat atau dirasakan oleh orang lain.

Pada akhirnya, selain dapat kita manfaatkan untuk diri kita sendiri, kehebatan kita sepantasnya juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat, karena semua itu adalah titipan dari Tuhan. Dengan demikian, kita wajib mengetahui kehebatan kita.
So, what is your GREATNESS?