Jumat, 18 Juli 2008

Cita-Cita: Jadi TRAINER yang JAIM?

by Y.S. Aji Soedarsono

Siapa sih yang nggak ingin tenar seperti pak
Mario Teguh, pak Andrie Wongso, pak Hermawan Kartajaya dan pak Tung Desem Waringin?

Untunglah kita di Indonesia ini diberi karunia adanya orang-orang seperti mereka. Mereka adalah trainer andal. Oleh sebab itu banyak anak muda yang bercita-cita menjadi trainer menjadikan mereka idola-idola yang sangat memberi inspirasi.

Tentu, masih banyak tokoh lain, yang tidak dapat disebutkan satu persatu sebagai trainer dengan ciri khas masing-masing. Dan, tentunya mereka juga hebat-hebat semua.

Kalau orang-orang AS boleh berbangga dengan tokoh-tokoh trainer mereka seperti Dale Carnegie dan Stephen R. Covey, maka kita orang Indonesia boleh berbangga dengan tokoh-tokoh yang saya sebut di paragraf pertama.

Tapi, manakah yang lebih penting bagi para trainer: kepribadian (personality) atau karakter (character)? Apakah para trainer harus memakai topeng si JAIM? Apakah fenomena ICEBERG juga berlaku bagi para trainer? Bahwa apa yang terlihat di atas permukaan laut hanya sebagian kecil dari yang tersembunyi di bawah air?

Kalau ada anak muda yang bercita-cita untuk menjadi seorang trainer dan belum bergabung dengan komunitas para trainer, mungkin tidak tahu bahwa ada dinamika tertentu dalam komunitas para trainer. Ketika ada trainer senior yang menegur trainer junior dan ketika ada trainer yang penulis yang merajuk (ngambek) karena tulisannya di-copy&paste oleh trainer lain, apakah para calon trainer sudah tahu?

Kalau dalam etika para dokter, mereka saling menyapa antara mereka dengan kata-kata,"Yang terhormat para kolega..." apakah ada etika yang disepakati oleh komunitas para trainer?

Saya teringat kata-kata teman saya yang seorang psikolog,"Ji, gue ni diajarin untuk pake topeng!" Dia lulusan sebuah universitas terkemuka di Bandung. Tentunya saya tidak menyamakan antara trainer dengan psikolog yang katanya "harus" memakai topeng. Dan, tentunya tidak menyamakan bahwa semua psikolog selalu "memakai topeng." Apakah topeng itu adalah topeng si JAIM atau topeng si MAING, tidak penting.

Alangkah indahnya jika antara para trainer saling menyapa,"Yang terhormat para kolega trainer yang hebat!" Maka, keindahan akan semakin membahana hingga ke luar batas komunitas.

Indonesia saat tulisan ini dibuat, mempunyai penduduk lebih dari 220 juta orang. Kalau dihitung secara prediksi statistik misalnya yang berusia 9 tahun hingga 60 tahun membutuhkan training apapun itu, dari yang ringan sampai yang berat, maka jumlah orang yang membutuhkan training (calon trainee) adalah 158 juta orang (metode kurva normal dengan 6-sigma, dengan batas usia 0-100 tahun).

Berapa jumlah trainer di Indonesia? Adakah sampai 1000 orang? Apakah cukup perbandingan trainer dengan calon trainee yang ada? Kalau sudah ada 1000 orang berarti satu orang menangani 158.000 orang! Dan, angka ini masih akan bertumbuh setidaknya 1 persen per tahun! Kue itu semakin lama semakin membesar. Sepertinya Indonesia masih membutuhkan banyak trainer.

Tentunya dibutuhkan SINERGI (dalam bahasa Inggris SINERGY) dan bukan sekadar ko-labor-asi untuk dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang sebanyak itu.

Kalau dalam bahasa Indonesia SINERGI= di-ISI ENERGI, maka dalam bahasa Inggris boleh kita uraikan SINERGY= SINCERE ENERGY (energi yang tulus). Maka, diharapkan akan terjadi fenomena: SATU tambah SATU = SERATUS!

Dengan kesadaran adanya ketidak-sempurnaan masing-masing trainer dan adanya potensi kebutuhan (demand) yang sedemikian besar, maka SINERGI adalah kata yang harus digunakan oleh para trainer.

Bagi anak muda yang punya cita-cita untuk menjadi TRAINER yang sukses (success), silakan maju terus. Carilah MENTOR dari para trainer yang telah lebih banyak berkiprah.

MARI BERBAGI...


Tidak ada komentar: