Senin, 07 Juli 2008

Cita-cita: Petarung COBRA

Pagi-pagi sekali BADU sudah bangun. Kemudian dia mendatangi rumah pamannya, FULAN, yang tidak jauh dari rumahnya. Bersama-sama, mereka memeriksa satu-persatu kotak-kotak kayu yang ada di samping rumah si paman. Ternyata semua isinya masih lengkap.

Kemudian, mereka harus menyiapkan makanan. Bukan untuk mereka, tapi untuk diberikan kepada isi kotak-kotak kayu tadi. Makanan itu adalah tikus-tikus, dan ular-ular kecil. Ya, itu adalah makanan bagi ular-ular COBRA yang ada di dalam kotak-kotak kayu tadi.

BADU adalah anak yatim. Ia berumur 8 tahun. Ketika dulu ia berumur 5 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan. BADU adalah anak sulung, lelaki sulung. Sebagai anak sulung, ia sangat ingin membantu ibunya untuk mendapat uang. Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah mendapatkan uang dengan cara menjadi PETARUNG COBRA.

Ketika BADU memberitahu ibunya bahwa ia ingin seperti pamannya dan seperti kakeknya, menjadi PETARUNG COBRA, ibunya tidak dapat berkata tidak. Ibunya akhirnya setuju dengan menyuruhnya belajar kepada paman FULAN. Ayah FULAN, yaitu Kakek BADU, dulu adalah seorang PETARUNG COBRA juga. Namun, karena terlalu sering meminum arak, orang-orang desa tidak mengizinkannya lagi bertarung melawan COBRA, terlalu berbahaya.

Setiap hari, BADU merawat COBRA dan berlatih bersama paman FULAN. FULAN adalah petarung unggulan melawan COBRA. Ada bakat yang diturunkan oleh ayahnya. Kini, sangat mungkin bakat itu diturunkan kepada keponakannya, BADU.

Ketika FULAN ditanyai mengapa dia mengijinkan keponakannya menjadi petarung Cobra, dia hanya menjelaskan, bahwa di kampung ini ada beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang lelaki. Kini, keponakannya sudah ingin bekerja, dan memilih menjadi PETARUNG COBRA, jadi dia tidak akan langsung melarang, tapi ingin melihat perkembangannya dulu.

Menurutnya, sebelum menjadi Petarung Cobra, ada dua hal yang harus dilihat: POTENSI dan KOMITMEN. Jadi dia akan melihat dulu apakah BADU mempunyai POTENSI yang sesuai untuk menjadi petarung, yaitu keberanian, kecepatan, ketangkasan dan fokus. Di samping itu dia juga ingin melihat apakah BADU mempunyai KOMITMEN jangka panjang, untuk menjadi petarung profesional, bukan sekadar untuk main-main.

Setelah beberapa minggu kemudian, saatnya menguji kemampuan BADU di atas arena pertarungan. Penonton dan turis sudah berdatangan, duduk di tribun sederhana, mengelilingi panggung kayu setinggi 1 meter dengan ukuran 5m x 5m. Musik di dimainkan, pembawa acara mengumumkan siapa petarung yang akan bertanding dan riwayat ular COBRA yang akan bertarung.

Hari ini, yang akan bertarung adalah FULAN melawan ulang KING COBRA besar yang liar, karena baru beberapa hari ditangkap dari hutan sekitar kampung. Setelah itu ada pertarungan ekstra antara petarung muda melawan COBRA.

FULAN naik panggung, memakai ikat kepala dari kain yang dipilin warna-warni. Dia memberi salam kepada seluruh penonton, membungkuk sambil mengatup tangan di depan dada. Ular dikeluarkan dari kotak. Segera, KING COBRA menegakkan lehernya, sekitar 1 meter tinggi lehernya. Panjang badannya sekitar 5 meter. Dia fokus kepada FULAN. Fulan menari-nari sambil membungkuk, tapi fokus kepada ular, dan sesekali melakukan tonjokan ke arah leher Cobra. COBRA membalas, dengan mematuk ke arah kaki. FULAN melompat menghindar. Demikian seterusnya hingga beberapa menit. FULAN berhasil mengelak dari setiap pagutan KING COBRA. Dia ditetapkan oleh panitia sebagai PEMENANG!

Berikutnya adalah pertarungan ekstra: COBRA melawan petarung muda, BADU. Dia naik ke atas panggung, dan memberi salam. COBRA dikeluarkan dari kotak, ukurannya agak kecil, sekitar 3 meter panjangnya, namun langsung menegakkan kepala dan siap menyerang BADU. Dia menari-nari dengan membungkuk, dengan kuda-kuda rendah, di depan Cobra, sambil sesekali menonjok leher Cobra. Kadang Cobra mematuk, dan BADU menghindar dengan cekatan. Tidak ada ketakutan dari matanya, dia fokus, tidak gentar, siap memukul leher Cobra dan siap mengelak pagutan lawannya. Demikian terus dalam beberapa menit. Sekali waktu, Cobra menyerang, tidak ke bawah, tapi ke arah kepala. BADU mengelak, nyaris mengenai! Benar-benar nyaris. Ibunya yang ada di dekat panggung sempat berteriak khawatir. Namun BADU baik-baik saja. Akhirnya pertarungan selesai. Ular ditarik oleh seorang pawang, dan dimasukkan ke kotak kayu. Penonton bertepuk riuh. BADU memberi salam, membungkuk ke semua penonton. Hari pertama menjadi petarung telah dilakoni, hari-hari berikutnya sudah menunggu.

Ibu si BADU langsung memeluk dengan perasaan bangga si BADU yang baru turun dari panggung. Ia senang bahwa anaknya telah SUKSES melakoni ujian yang pertama, menjadi PETARUNG COBRA. Sementara itu, FULAN sang Mentor, tersenyum bangga. Dia berhasil melatih seorang petarung muda. Dia melihat ada POTENSI BESAR dan ada KOMITMEN, ada kesungguhan dan kerja keras dari si anak didik, yang dibuktikan di atas panggung.

Kesimpulannya, untuk menjadi seorang petarung, atau olahragawan yang profesional, yang mengandalkan kecepatan, keberanian, ketangkasan dan kelenturan, membutuhkan POTENSI atau BAKAT yang sesuai. Dan di samping itu juga KOMITMEN untuk bekerja keras, berlatih dalam jangka panjang. Niat, fokus, dan latihan keras setiap hari.

Pertarungan ini ada di Ban Kok Sa-Nga, Distrik Nampong, Khon Khaen, Timur Laut dari Bangkok, Thailand. Nama-nama yang ada bukan nama sebenarnya, namun peristiwa di atas adalah nyata.
(sumber: TVOne, 3 Juli 2008)

Tidak ada komentar: