Sabtu, 05 Juli 2008

CALPIN yang Tak LETIH

Anak lelaki kecil itu bernama CALPIN. Bukan, … namanya bukan Chaplin, tapi CALPIN. Umurnya baru lebih sedikit dari 9 tahun.

Tadi, ketika fajar baru menyingsing, dia dan serombongan orang-orang berangkat. Dia hanya mengikuti rombongan yang besar ini, ke mana pun arahnya. Dia menikmati perjalanan ini. Kata orang-orang, rombongan akan menuju ke puncak sebuah gunung. Namun, ketika dia bertanya kepada orang-orang di sekitarnya, di manakah puncak gunungnya, dia hanya mendapat jawaban,”Di depan sana! Mungkin belum kelihatan..”

CALPIN tetap mengikuti rombongan.

Ketika hari jelang siang, CALPIN melihat rombongan nun di depannya terhenti, tidak berjalan, sehingga rombongan dari belakang makin mendekat dan makin merapat.

CALPIN tidak mengurangi kecepatannya, ketika rombongan bagian belakang mulai melambat. Tanpa disadarinya, dia sudah berada di tengah rombongan. Saat itu, rombongan yang di depan sudah mulai berjalan lagi. CALPIN tetap berjalan. Tak lama kemudian dia melihat ada persimpangan jalan yang baru dilalui oleh rombongan bagian depan. Di depan , di kejauhan, dia melihat sebuah gunung menjulang, namun puncaknya tertutup kabut.

Ketika, mentari agak condong ke barat, CALPIN melihat rombongan bagian depan melambat lalu terhenti. CALPIN tidak mengurangi kecepatannya. Tanpa disadarinya, dia sudah nyaris sampai di bagian depan rombongan. Saat itu, rombongan bagian depan sudah mulai bergerak lagi. Tak lama kemudian, CALPIN melintasi lagi sebuah persimpangan jalan. “Ah..aku tahu! Dua kali melambat dan berhenti, dan ada dua persimpangan!”katanya menyimpulkan. Gunung di depan tampak makin jelas. Kabut mulai pudar. Puncak Gunung makin jelas,kehijauan, megah di atas sana!

Rombongan berjalan terus, hingga mentari nyaris berwarna Jingga. Ketika itu bagian depan rombongan mulai melambat lagi. “AHA!..pasti persimpangan jalan lagi..,”pikir si CALPIN. Dia tidak melambatkan diri. Dan dia kini dapat melihat orang-orang di barisan depan rombongan. Satu di antara orang yang di depan adalah orang yang tinggi dan besar. Orang itu sedang melihat ke kiri dan ke kanan. Kemudian menanyakan satu-dua pertanyaan ke orang di sekitarnya. Kemudian si orang tinggi besar itu kemudian menunjuk sambil berujar,”SANA!..kita berjalan ke arah kanan menuju kaki bukit itu!” CALPIN dapat mendengar jelas karena dia hanya beberapa langkah di belakang orang tinggi besar itu.

Ketika mentari telah benar-benar jingga dengan semburat kelabu, si tinggi besar mengangkat tangan, memberi aba-aba untuk melambat. CALPIN tidak mengurangi kecepatannya. Akhirnya dia benar-benar berada di samping orang tinggi besar itu, barulah dia berhenti.

CALPIN memberanikan diri bertanya kepada orang itu,”Maaf Paman nan Tinggi Besar, .. mengapa kita berhenti lagi? Apakah ada persimpangan jalan lagi?”

Yang disapa terkejut. Dia coba bertenang diri dan menjawab,”Adik..kita harus berhenti sebentar untuk menyiapkan obor. Hari segera gelap.” Tanpa menunggu jawaban CALPIN, orang itu menyuruh orang-orang disekitarnya untuk menyiapkan obor dari bambu dan tanaman kering yang di dapat di sana. Kemudian orang itu bertanya kepada CALPIN,”Adik dari mana saja tadi?..Saya kok baru melihat..”

“Saya dari belakang tadi, paling belakang. Lalu ketika berhenti yang pertama, saya ada di tengah. Lalu saat berhenti ke dua, saya hanya beberapa belas langkah di belakang Paman. Sekarang saya ada di sini.” Orang tinggi besar itu hanya mengangguk-angguk, sambil tetap diam.

Ketika rombongan sudah siap dengan obor, termasuk Paman Tinggi Besar, CALPIN memberanikan diri bertanya,”Maaf Paman Tinggi Besar… bolehkah saya berjalan satu langkah di depan Paman?”

Orang itu tertegun sebentar, lalu bertenang diri dan berkata,”Boleh Dik, asalkan Adik tahu jalannya.”

“Saya tahu Paman. Bukankah kita menuju Puncak Gunung itu?”Tanya CALPIN sembari menegaskan.

“Benar”

“Ya, saya tahu Paman, saya yakin saya tahu.” Kata CALPIN lagi dengan yakin diri.

“Baiklah, kalau begitu Adik silakan di depan.”kata orang Tinggi Besar itu, kemudian berkata lagi,”Mengapa Adik tidak membawa obor?”

“Sudah!..Sudah!..Bukankah KITA sudah membawa obor?!” kata CALPIN, kemudian dia tegaskan,”Paman ada persis di belakang saya sambil membawa obor KITA! Saya tidak perlu membawa obor sendiri. Nyala obor KITA sudah cukup menerangi. Apalagi puncak gunung sudah semakin dekat terlihat.”

Rombongan berjalan lagi. Kini CALPIN ada di paling depan. Ketika ada persimpangan jalan, CALPIN tidak berhenti, namun langsung memilih satu jalur, langsung! Orang-orang di belakangnya terus mengikuti. Setiap ada persimpangan, tanpa mengurangi kecepatan, CALPIN langsung memilih satu jalur. Demikian seterusnya, hingga sampai ke PUNCAK Gunung. CALPIN tidak ragu-ragu, karena TUJUAN yaitu PUNCAK gunung sudah jelas, sehingga mudah untuk menentukan arah. Walaupun telah malam, jalan setapak yang mendaki sudah cukup untuk menentukan arah ke ATAS.

Sampai di puncak, semua orang sudah terengah-engah. Sebetulnya CALPIN juga , tapi dia tidak terlalu merasakan lelah karena dia FOKUS ke puncak Gunung ini.

Si Paman Tinggi Besar sambil sedikit terengah mendekat, lalu berkata,”Adik,..Kita sudah sampai..lebih cepat dari yang saya perkirakan.”Lalu bertanya,”Mengapa dari tadi Adik tidak berhenti?”

“Paman yang baik, .. tadi sebelum malam, saya sudah dapat melihat PUNCAK gunung. Sudah sangat jelas ada di depan saya. Jadi saya tidak ragu-ragu.”jawab CALPIN.

Masih belum cukup puas atas jawaban itu, orang itu menambahkan,”Adik,.. dari tadi saya belum tahu siapa Adik ini..”

“Paman, ..nama saya CALPIN”

“Ya, itu nama yang bagus, tapi agak aneh bagi telinga saya,”kata paman Tinggi Besar.

“Itu adalah doa dari orang tua saya Paman,”jawab CALPIN.

“Doa apa?”selidik orang itu.

“Itu adalah doa. CALPIN artinya CALON PEMIMPIN. Itu doa orang tua saya. Orang tua saya ingin agar saya mencapai sukses (success) sebagai Pemimpin,”katanya menjelaskan sambil tersenyum.

Tidak ada komentar: