Sabtu, 04 Oktober 2008

Cita-Cita: Jadi GURU Macam Bu MUSLIMAH

by Y.S. Aji Soedarsono
4 Oktober 2008


Bagi anda, anak-anak muda yang punya cita-cita mulia untuk menjadi GURU macam Bu MUSLIMAH dari Belitong, maka anda adalah calon pendidik yang LUAR BIASA. Dia tidak sekadar mendidik dengan memberikan angka-angka penilaian. Dia mendidik anak muridnya menjadi manusia yang menghargai alam, menjadi manusia yang menjadi dirinya sendiri namun yang mau untuk mempunyai Cita-cita dan tidak kenal menyerah.

Bagaimana agar menjadi LUAR BIASA semacam Bu MUSLIMAH?

Seharusnya "menjadi GURU" adalah otomatis menjadi LUAR BIASA! Mengapa?

Orang-orang Inggris tidak mempunyai padanan kata yang "pas" untuk istilah GURU. Itulah sebabnya mereka tetap memakai istilah GURU seperti apa adanya. GURU mempunyai arti yang lebih TINGGI dan MULIA daripada MASTER. Orang Inggris mempunyai istilah MASTER dan GRAND MASTER, namun untuk menggambarkan orang yang lebih LUAR BIASA dari pada keduanya mereka menyerap istilah GURU. GURU menurut mereka adalah orang yang punya ILMU dan BIJAK LAKSANA (BIJAKSANA).

Sekadar mempunyai ILMU memang lebih mudah ketimbang untuk menjadi BIJAKSANA. Memahami ILMU itu sendiri, namun juga memahami SIAPA yang sedang belajar untuk memahami ILMU itu. Sedemikian rupa sehingga yang belajar dapat merasakan manfaat sebagaimana kecerdasannya dapat menyerap dengan sebanyak-banyaknya ilmu itu.

Ketika Bu MUSLIMAH mengatakan bahwa si HARUN adalah pandai, maka dia ingin mengatakan bahwa HARUN adalah memang pandai untuk ukuran HARUN sendiri, yang artinya ILMU si HARUN terus meningkat jua. Ini adalah BIJAKSANA.

Bagi anak muda yang ingin menjadi Guru yang BIJAKSANA, dan kemudian dapat menularkan ILMU dan ke-BIJAKSANA-annya kepada anak muridnya harus melalui proses panjang.

Bu MUSLIMAH juga bukan wanita yang memuja materialisme. Dia tidak mencari HIDUP dari mendidik dan mengajar. Dia mendapatkan penghidupan dari ketrampilanya (SKILL) yang lain, yakni menjahit. Meski harus mengayuh sepeda onthel dan diiming-iming pekerjaan di sekolah yang lebih mapan, dia tetap bertahan untuk mendidik anak muridnya sendiri.

Bagi Bu MUSLIMAH, setiap anak adalah Pemimpin, yang dapat memimpin teman-temannya. Memimpin pada bidang masing-masing yang sesuai dengan diri mereka masing-masing. Itulah sebabnya MAHAR dengan sukacita menerima tugas menjadi PEMIMPIN kelompok KARNAVAL untuk ikut berlomba, dan dengan lantang berseru,"Serahkan kepada MAHAR dan ALAM ...!" Para Guru di sekolah tempat Bu MUSLIMAH mendidik, sangat tahu bahwa MAHAR adalah seorang SENIMAN genius. Pada akhirnya, dengan senjata rahasia berupa kalung "ajaib" MAHAR dan teman-temannya BERHASIL menjadi juara karnaval.

Wahai para Calon Guru yang ingin menjadi LUAR BIASA, jika harus menjadi Guru macam BU MUSLIMAH, apa kalian SANGGUP?

(sumber: buku dan film LASKAR PELANGI)

Tidak ada komentar: