Senin, 18 Agustus 2008

Tuntutlah EMAS Walau ke Negeri CINA

by Y.S. Aji Soedarsono
18 Agustus 2008


Akhirnya, Lagu INDONESIA RAYA berkumandang di arena Olimpiade Beijing. Sejak 1992, kita SUDAH berhasil mempertahankan tradisi EMAS di Olimpiade (Olimpic Games). Yang meraih EMAS kali ini adalah MARKIS KIDO/HENDRA SETIAWAN di cabang bulutangkis (badminton) di nomor GANDA PUTRA. Di nomor lain ada yang meraih PERAK dan PERUNGGU. Sementara untuk cabang ANGKAT BESI sudah lebih dulu meraih PERUNGGU.

Kabarnya, untuk kesempatan di pesta Olimpiade berikutnya, akan makin SULIT bagi Indonesia untuk meraih EMAS. Mengapa?

Ada gosip yang beredar bahwa cabang BADMINTON akan dihapuskan dari pesta akbar ini. Ini adalah kabar BAIK dan kabar BURUK. Kita bahas kabar BURUKnya dulu. Kita anggap buruk karena ini akan membuat PELUANG Indonesia MERAIH dan MENUNTUT medali EMAS menjadi semakin SULIT.

Kabar BAIKnya, ini adalah TANTANGAN. Namanya tantangan, pasti akan menciptakan PELUANG. Betul? Berapa besar peluang KITA jika tidak ada cabang BADMINTON?

Jawabnya, sebenarnya adalah SAMA BESAR dengan peluang negara lain. Percaya? Bagi anda yang tidak percaya, tidak mengapa. Bagi anda yang percaya, maka ini adalah sisi baik dari sebuah MOTIVASI.

Negara lain mempunyai MOTIVASI lebih besar daripada KITA. Dan itu terjadi bagi SEMUA cabang di negara itu. Sementara kita, yang mempunyai MOTIVASI yang KUAT dan BESAR untuk meraih medali EMAS Olimpiade hanyalah pada cabang yang sangat sedikit: Badminton, Angkat Besi, Panahan. Ada lagi?

Mengapa hanya pada cabang-cabang itu? Bukankan KITA sama-sama manusia, sama-sama MASIH harus makan dan minum, tapi kena apa mereka para atlet di semua cabang ingin MEMBUAT SEJARAH bagi negaranya. Di pihak KITA para atlet di cabang yang lain SUDAH MENYERAH sebelum berusaha! Menyerah sebelum berusaha dan sebelum bertanding adalah PENYAKIT mental. Namanya PENYAKIT, ya harus diberatas hingga TUNTAS.

Dari mana kita harus mulai untuk terus MENINGKATKAN diri untuk dapat MENUNTUT EMAS di Pesta Olimpiade? Jawabnya: MENTAL atau MOTIVASI.

Jika Michael PHELPS, yang meraih 8 emas untuk sebuah olimpiade mengatakan TIDAK ADA yang TIDAK MUNGKIN, seharusnya para atlet Indonesia juga mengatakan demikian. Mulailah dari MOTIVASI atau DORONGAN dan TARIKAN kepada Diri Sendiri untuk membuat SEJARAH.

Yang kedua, dimulai dari para Guru Olahraga di sekolah umum. Idealnya, tugas seorang guru olahraga bukan sekadar mengajari dan membuat para anak didik untuk berolahraga setiap minggu selama SEKIAN jam. Lebih dari itu, tugas seorang guru olahraga adalah sebagai Talent Scout, pencari bakat. Dia harus dapat melihat dengan segera anak-anak yang mempunyai postur yang tepat untuk cabang-cabang olahraga apapun. Kemudian dia harus berani mengusulkan dan menganjurkan dan sedikit memaksa para orang tua untuk memasukkan putra-putri yang berbakat ke klub cabang yang dimaksud. Bahkan jika memungkinkan, menganjurkan dan mengusulkan kepada Kepala Sekolah untuk membiayai iuran para anak didik yang mau ikut klub tertentu itu, menjadi semacam beasiswa olahraga. Jadi timbul SINERGI.

Mari kita belajar dari Negeri Cina. Di sana setiap anak yang mempunyai postur yang tinggi akan di arahkan menjadi olahragawan. Kalau kita lihat, postur tubuh pemain badminton dari Cina adalah yang mempunyai kaki yang panjang. Ini menjadi penting karena menjadi andalan untuk menjangkau "bola-bola" yang sulit. Juga, mereka berhasil menjaring atlet Basket yang mempunyai tubuh setinggi 2 meter lebih, yang menjadi IKON olimpide Beijing 2008, dan dia juga pemain Basket PRO di AS.

Ke tiga, adalah masalah pendidikan Olahraga. Kalau sekarang masih sedikit adanya sekolah khusus olahraga, maka idealnya setidaknya setiap ibukota propinsi mempunyai satu sekolah olahraga. Mendengar kabar bahwa pemerintah menaikkan anggaran pendidikan menjadi 20% BERSIH, neto, maka seharusnya ini termasuk pendidikan olahraga, karena olahraga juga merupakan bidang ilmu pengetahuan yang dapat membanggakan Negara, karena dapat menjadikan manusia Indonesia (baca: atlet) menjadi bermanfaat bagi negara dan bangsa dan bagi umat manusia lainnya. Bukan hanya NOBEL yang dituju oleh dunia Pendidikan. EMAS Olimpiade juga layak untuk dikejar dan dikelola oleh dunia pendidikan di Indonesia.

SETUJU?

1 komentar:

catatan salwangga mengatakan...

susah mas. itu semua sangat berlawanan dengan kultur saat ini. boleh saya katakan, itu hanya bisa terjadi di "republik mimpi" almarhum, atau juga di "negeri impian".

bukan berarti pesimis. hanya saja realita masih kuat memegang kendali. saat ini, yang ada dalam benak angkatan muda ialah, bukan bagaimana berprestasi sesuai karakter diri. tetapi, bagaimana berjuang untuk hidup -struggle for life.

mentalitas orang tua adalah, "nak, belajar yang rajin. lekas dapet kerja" atau juga "sepandai dan sehebat apapun kamu dalam hal olahraga, tidak bisa menjamin hidupmu dimasa datang"

generasi demi generasi telah dicetak dengan prototype "penghamba uang". inilah kultur. tidak ada yang salah. tidak ada yang benar.

semuanya hanya kembali ke "mentalitas".