Selasa, 23 September 2008

TAKUT BICARA CITA-CITA

by Y.S. Aji Soedarsono
23 September 2008


Beberapa minggu yang lalu, seorang klien di Bandung ber-curhat, bahwa dia baru saja ribut (berdebat) dengan ibunya, tentang cita-cita yang cocok dengannya. Tidak ada kesimpulan, dia masih tetap ingin menjadi Dokter, sementara Ibunya TIDAK setuju. Ketika saya suruh dia berdiskusi dengan guru BK di sekolah, dia bilang guru BKnya "doesn't care at all" dan galak!

Beberapa bulan lalu, seorang klien di Jakarta yang duduk di bangku SMP DILARANG oleh Ibunya untuk masuk ke Fakultas hukum. Alasannya, sederhana dan agak menyeramkan: menurut ibunya, Sarjana Hukum adalah orang-orang yang PERTAMA masuk ke NERAKA!!?

Dari MAKASSAR, setahun silam, seorang siswa kelas 12 SMA, DILARANG oleh ayahnya menjadi POLISI. Alasannya, biayanya MAHAL!!

Berapa banyak ORTU yang tidak menyetujui CITA-CITA anaknya?

Sebelum sampai pada hal itu, kembali ke awal, apa yang TAMPAK dari 3 kasus di atas, adalah sebuah puncak gunung es. Yang tampak di permukaan sangatlah sedikit. Yang masih terpendam di bawah permukaan air sangat banyak.

Apa alasan para ORTU melarang cita-cita anaknya?

Ada yang tidak setuju anaknya menjadi dokter karena biaya yang tinggi dan waktu kuliah yang relatif lama. Ada yang melarang karena filosofi "jangan mendekati NERAKA" dan ada yang melarang anaknya karena "mereka adalah keluarga Polisi, jadi anaknya juga harus jadi Polisi." Atau, "mereka keluarga Dokter, jadi anaknya juga sebaiknya menjadi DOKTER."

Apapun penyebabnya, larangan itu telah membuat para remaja menjadi TAKUT untuk bicara cita-cita dengan orang tua mereka. Bahkan takut juga berbicara dengan para guru Bimbingan dan Konseling, karena ada yang tidak perhatian terhadap cita-cita mereka.

Kalau kepada orang tua dan kepada guru takut untuk berbicara, kepada SIAPA para remaja ini dapat BICARA CITA-CITA dengan nyaman?

Cita-cita yang TINGGI dan JELAS, bahkan kalau bisa yang SMART (Specific, MEGA, Achievable, Recognizable, dan Time Framed), yang berdasarkan bakat dan minat serta HASRAT dari para remaja adalah sangat penting untuk didiskusikan. Harus ada "tempat, waktu dan orang" yang tepat untuk diajak Bicara tentang Cita-cita.

Untuk itu, para orang tua dan para guru Bimbingan dan Konseling, sangat diharapkan dapat berperan untuk mendampingi para remaja yang ingin menggapai CITA-CITA mereka.

Mengenai jumlah orang tua yang tidak setuju dengan cita-cita para anaknya, memang belum ada data hasil survei yang tepat. Namun, sekali lagi masih banyak kasus yang tidak TAMPAK.

Jadi, forum diskusi cita-cita HARUS disediakan untuk mengakomodasi kebutuhan para remaja yang ingin SUKSES. Setuju?

Tidak ada komentar: