Selasa, 04 November 2008

Cita-Cita: Pengusaha BATIK

by Y.S. Aji Soedarsono
4 November 2008


Akhir pekan lalu, ketika ada sebuah keperluan di SOLO, Jawa Tengah, saya mendapat kesempatan yang cukup langka, yaitu meninjau sebuah Pabrik Batik di sana. Lokasinya di sekitar kauman atau kampung Arab. Pabriknya agak masuk ke dalam, namun setelah sampai di dalam sana, sangat lebar pabriknya. Ada dua lantai. Lantai bawah ada 4 Production Line (PL), di atas ada 2 PL.

Sebenarnya, bagaimana sih peluang usaha BATIK?

Kebetulan, di sana sedang ada proses pembuatan batik motif Parang. Sistemnya adalah printing. Cara ini relatif cepat, dan hasilnya juga bagus. Jika ada beberapa warna yang akan di cetak dengan screen, maka sebelumnya harus dipanaskan dengan pemanas yang memakai bahan bakar gas. Pemanas ini memakai roda, didorong oleh operator sepanjang PL. Hanya dengan melintasi saja sekitar 10 cm di atasnya, dan segera setelah itu dapat ditambahi dengan warna yang lain, atau kalau sudah selesai, langsung digantung di atasnya dengan batang bambu yang dikait. Ada beberapa batang bambu melintang di atas PL yang panjangnya sekitar 50 meter.

Itulah sekilas tentang suasana di dalam Pabrik Batik.
Apakah anda punya cita-cita menjadi Pengusaha BATIK?

Batik masih akan menarik, dan selalu menarik. Itulah sebabnya ada negara lain yang mengaku-aku sebagai negerinya Batik, padahal bukan. Juga, ada negara lain yang gencar memasukkan secara ilegal kain dengan corak batik, sedemikian sehingga harga menjadi sangat murah dibandingkan harga batik lokal.

Kita masih membutuhkan banyak Pengusaha Batik. Tentu untuk melestarikan, namun juga untuk menambah kreasi batik corak baru dan kontemporer, yang karena kreasinya akan mendatangkan pesona bagi para turis dan pembeli, dari dalam maupun luar negeri.

Jika masyarakat Indonesia terus menggalakkan penggunaan baju batik, bukan hanya pada hari JUMAT saja, maka banyak sekali serapan akan pakaian ini (atau baju etnik sejenis). Dengan demikian makin banyak permintaan. Jika sekarang kita anggap baru 1/7, maka jika 3 hari dalam sepekan kita memakai batik, maka daya serap pembeli batik dapat ditingkatkan menjadi 3 x lipatnya.

Dari segi harga, mungkin yang paling mahal masih batik tulis, kemudian batik cap, dan kemudian baru batik printing. Anak-anak muda Indonesia seharusnya terus diajarkan tentang BATIK, dan aneka kain etnik Indonesia lainnya. Kuncinya adalah BATIK yang KREATIF, khususnya bagi anak-anak muda.

Pelestarian Batik dan pakaian etnis nasional lainnya harus dilakukan. Pengusaha Batik yang baru pun harus disiapkan. Anda MAU?

(special thanks to Mr. Abubakar and his big family)

Tidak ada komentar: