Kamis, 05 Juni 2008

Calon PRESIDEN Mengubah Dunia

Anda mengikuti perjalanan si Anak Menteng Pulo, Jakarta, yakni Barack Obama?
Anak yang ketika SD bersekolah di kawasan ini, awal tahun 1970-an, ketika mengarang, menuliskan bahwa dia ingin menjadi seorang Presiden.

Di usianya yang "baru" 46 tahun, dia menjadi kandidat presiden AS dari kubu Demokrat. Ini adalah sejarah baru, karena baru kali ini ada calon presiden dari kalangan kulit hitam, atau afro-american. Ya, dia sudah berjalan sejauh 50 persen. Sisanya, harus dia hadapi menghadapi calon dari kubu Republik. Apakah dia sukses?

Apapun hasilnya nanti, dia sudah sukses!
Apakah perjalanannya dari SD hingga berusia 46 tahun berjalan mulus?

Ya, dia memang telah SUKSES!
Namun bukan karena semua berjalan dengan mulus.

Ternyata justru sebaliknya.

Dia ternyata tidak lama menghuni kawasan Menteng Pulo, karena dia hidup dengan ibu kandung namun dengan ayah tiri. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke nenek-kakeknya (sisi ibunya, yang berkulit putih) di Hawaii. Masa remaja yang tidak mudah, bahkan pikirannya cukup lama terselubungi trauma ditinggalkan oleh ayah kandungnya, yang berpesan:

"Jangan menangis, tataplah masa depan." Dan, terbanglah sang ayah kembali ke Afrika.

Bahkan ibunya pernah membaca tulisan dalam buku harian Barry (panggilannya) yang bertanya,"Siapakah diriku ini?"
Mungkin, sebagaimana biasanya para remaja yang bermasalah, dia akan bertanya pula,"Mengapa harus aku yang mengalami semua ini? Why me?"

"TATAPLAH MASA DEPAN," itulah pesan sang ayah yang terus diingatnya.
Ini berarti dia harus FOKUS untuk membangun VISI, membangun IMPIAN, membangun CITA-CITA.

Persiapkan diri, dan mencari peluang. Itulah yang dilakukannya. Ketika melihat ketimpangan sosial, ia pun menyimpulkan bahwa ini adalah akibat dari sistem yang buruk. Untuk itu harus dilakukan perbaikan dari dalam sistem. Dia mempersiapkan diri untuk menjadi anggota legislatif. Dan, ketika kesempatan tiba, dia telah siap, dari seorang Barry yang tidak dikenal menjadi seorang Barack Obama yang siap mengubah AS, bahkan mengubah dunia.

Itulah kabar dari seberang.

Kembali ke Indonesia, seorang klien saya di Bandung, yang duduk di kelas 11, mengeluhkan,"Bagaimana saya bisa mengubah dunia? Saya dari keluarga sederhana, ibu saya single parent..?"

Sebenarnya, kita dapat mengubah dunia, kalau kita mempunyai PRESTASI, KOMPETENSI dan tentunya impian yang MEGA. Untuk menjadi berprestasi dan berkompetensi, tentunya seseorang harus terus berlatih, berlatih dan berlatih. Itu inti dari persiapan diri. Jadi benar ungkapan bahwa "Sukses adalah pertemuan antara Kesiapan dan Kesempatan."

Ketika datang kesempatan, ikutilah audisi atau wawancara dalam rekrutmen atau juga dalam rangka mencari beasiswa. Dan, memang ini yang tengah diupayakan oleh klien saya, dia sedang mengikuti proses untuk mendapat beasiswa. Sebagai siswa yang jago Fisika dan rajin ikutan Paskibra di sekolah, saya yakin, dia bisa mendapatkan beasiswa itu.

Jika ada kesempatan untuk MENGUBAH DUNIA, apa anda SIAP?

(sumber: Kompas, 5 Juni 2008)

Tidak ada komentar: