Kamis, 19 Juni 2008

Cita-cita Jadi ORATOR

Pada Selasa malam, 17 Juni 2008, kebetulan saya diminta RRI Pro-3 (Programa Nasional) untuk menjadi narasumber. Pada malam itu, ada sebuah pertanyaan via SMS yang datang dari Singaraja, Bali, yang menanyakan bagaimana untuk menjadi seorang ORATOR. Kata sang penanya, dia sudah berusaha tapi kok tidak berhasil juga.

Jawaban saya malam itu adalah, bahwa untuk menjadi ORATOR harus terus berlatih.

Pada tulisan saya beberapa waktu lalu yaitu "Pembicara dan Penulis" telah saya singgung sedikit tentang rumus yang harus dilakukan untuk berlatih berbicara:

Ikuti seminar, 1 seminar = 1 pertanyaan, jadi 10 seminar = 10 pertanyaan.

Intinya, adalah terus berlatih berbicara, langsung di depan banyak orang. Itulah sebabnya saya anjurkan untuk ikut seminar dan HARUS bertanya kepada pembicara di depan, sebuah pertanyaan, APAPUN itu. Carilah Seminar yang GRATIS.

Kalau tidak ada seminar gratis, jauh dari lingkungan yang seperti itu, ada sebuah cara, yaitu mengikuti RAPAT RT! Ya, Rapat Rukun Tetangga!

Kalau umur kita masih agak muda, ikutlah RAPAT KARANG TARUNA! Nah, sekarang bulan Juni, berarti sebentar lagi ada acara Agustusan, artinya, akan ada BANYAK rapat, baik rapat RT maupun rapat Karang Taruna. Saran saya, diundang atau tidak, anda POKOKnya datang dulu, duduk di barisan depan, jadi gampang dilihat oleh moderator atau pemimpin rapat.

Setelah penjelasan ini dan itu, akan ada saat untuk bertanya. NAH! Itu saat yang kita tunggu-tunggu. Ajukan pertanyaan APAPUN, walau agak O-ON (ingat tokoh Oneng di "Bajaj Bajuri"?) pertanyaannya, ndak apa-apa, yang penting BERANI bertanya. Rapat pertama, cukup satu pertanyaan saja. Cara yang mudah untuk segera mendapat giliran bertanya adalah: anda meng-ANGKAT TANGAN kanan setinggi-tingginya, sambil BERDIRI, sambil TERIAK:"TANYA PAK!" Berdasarkan pengalaman, 99 persen anda dijamin dapat giliran pertama!

Pada rapat berikutnya, yang mungkin saja adalah BESOK harinya, anda datang lagi, dan duduk di depan lagi, dan TANYA lagi. Tapi, yang sekarang pertanyaan yang tidak terlalu O-ON. Begitu seterusnya. Dari hari ke hari pertanyaan anda harus makin CERDAS!

Lalu, tanpa anda sadari setelah mungkin lebih dari 10 pertemuan, datanglah hari-hari acara 17 Agustusan. Apa yang mungkin terjadi kemudian? Yang pasti, secara tidak sadar anda sudah menjadi ORATOR tingkat Rapat RT. Tapi, yang mungkin juga terjadi, anda akan diminta oleh pak RT atau Ketua Karang Taruna, untuk berbicara di atas panggung, untuk mewakili para pemuda, menyampaikan kesan-kesan selama acara Agustusan diadakan. Jadilah anda ORATOR di acara 17 Agustusan!

Menjadi ORATOR adalah menjadi corong. Anda harus berbicara mewakili diri sendiri atau mewakili kelompok anda. Jadi Orator bukan tujuan akhir, tapi sebuah jalan menuju tujuan yang lebih mulia, yaitu menjadi orang yang bermanfaat karena telah berani menyampaikan pendapat kepada suatu kelompok atau orang-orang tertentu, untuk menuju perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat. Atau, dapat juga untuk menggerakkan MASSA, sebaiknya untuk tujuan yang positif.

Orator ulung biasanya masuk dalam kelompok masyarakat, kalau sekarang mungkin adalah kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat. Menjadi tokoh di kelompok ini harus menjadi ORATOR supaya didengar oleh Pemerintah atau lembaga yang sedang diberi saran atau masukan. Selain itu, Orator juga sangat mungkin untuk ikut aktif di kegiatan Politik. Banyak tokoh muda yang jago bicara, dan akhirnya terjun di bidang politik.

Bung Karno, Bung Tomo dan Pak Haji Agus Salim adalah salah tiga dari beberapa Orator di Negeri ini. Banyak contoh lain baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri tentang tokoh yang jago berbicara di depan publik.

Jika anda belum puas dengan tulisan ini, silakan baca buku karangan Dale Carnegie, tentang berpidato. Di sana banyak contoh yang asyik.

Dari dalam negeri ada contoh anekdot dari Pak Haji Agus Salim, ketika mengikuti sidang dalam sebuah rapat. Haji Agus Salim adalah seorang senior, jauh lebih senior dari Bung Karno, dan beliau mempunyai jenggot. Dalam sebuah rapat, ketika dia sedang berbicara, tiba-tiba dari belakang ada suara,"Mbeeek!" yang menirukan suara kambing. Tentu untuk mengejek Pak Haji. Tapi beliau tak mau kalah begitu saja.

Beliau bilang,"Kepada panitia dan anggota keamanan, saya minta tolong kepada anda untuk mengusir Kambing yang tadi itu!" sambil menunjuk ke bagian belakang.

(thanks to all my mentors especially Kak Zulhanif)

Tidak ada komentar: