Minggu, 08 Juni 2008

Cita-Cita Butuh Pengakuan

Seorang ibu dari Jakarta Selatan, yang anaknya berumur 11 tahun, dengan bersemangat bercerita bahwa ia baru saja menonton anaknya bertanding Sepak Bola. Si Ibu terkagum-kagum kepada si anak,"Eh .. ternyata anakku bisa gocek bola...bisa tik-tak one-two dengan temannya, sehingga mengancam gawang lawan."

Si anak memang bercita-cita menjadi pemain sepakbola seperti Ronaldinho, dan senang dengan nomor punggung 10, dengan posisi gelandang.

Selama ini, Si Ibu tidak pernah sempat menonton anaknya bertanding. Jadi, baru kali ini dia melihat kehebatan anaknya. Berarti, dia menyia-nyiakan kesempatan untuk memuji anaknya yang hebat, dalam beberapa kali kesempatan sebelumnya.

Sementara itu, anak saya, yang duduk di kelas 3, sempat bercerita bahwa dia rajin bermain bola di sekolah saat istirahat atau setelah jam pulang. Dia bilang bahwa dia sering bermain sebagai back. Sampai pada suatu titik, dia bicara sedikit pamer kepada saya,"Pak..akhirnya temen-temenku ngakuin bahwa aku ini BACK yang HEBAT!"

"Wah, hebat donk kamu.."kata saya memujinya.
Dia manggut-manggut sambil tersenyum. Kemudian, dia memamerkan beberapa macam tendangan dan lompatan saat menghalau bola lawannya.

Memang saya tahu, anak saya, Rozan, yang berumur 9 tahun, ingin menjadi pemain sepakbola. Dia ingin jadi back. Pinginnya seperti John Terry atau Gary Neville atau Rio Ferdinand (semuanya pemain dari Inggris). Kalau saya tanya,"Kamu lebih suka mana, audisi nyanyi atau audisi main bola?"

"BOLA!"jawabnya tegas.

Dari dua kasus di atas, di mana seorang ibu baru saja mengetahui betapa anaknya sangat berbakat main bola, dan ada juga anak yang ingin mendapat pengakuan, oleh temannya dan oleh ayahnya, dapatlah kita pahami, bahwa sebenarnya kita sebagai orangtua sebaiknya mencoba memahami apa yang diinginkan oleh anak-anak kita tentang masa depan mereka. Di samping itu, mereka juga membutuhkan pengakuan, dari yang sangat kecil hingga pengakuan yang besar, misalnya kalau dapat menjuarai suatu pertandingan.

Jadi, ortu dan anak memang perlu berbagi, khususnya tentang hobi dan cita-cita sang anak. Pengakuan yang kita berikan kepada mereka adalah pendorong semangat mereka untuk menjadi semakin HEBAT.

Tidak ada komentar: