Selasa, 20 Mei 2008

DISKUSIKAN CITA-CITAMU

Saya punya klien yang takut untuk berdiskusi dengan ibunya tentang apapun. Juga tentang cita-citanya. Dia tidak ingin mendapat komentar negatif dari ibunya, sementara ayahnya agak jauh karena dinas di luar kota.

Saya juga punya klien yang telah berdiskusi dengan orang tuanya. Tapi ada perbedaan pandangan sehingga mereka saling berselisih paham. Orang tuanya mengatakan bahwa cita-citanya membutuhkan biaya yang banyak, yang tidak disanggupi ortunya.

Saya juga punya klien yang ingin jadi Psikolog tapi ortunya ingin dia menjadi polisi, dan dia disuruh untuk mendaftar di Akademi Polisi. Tapi, dia takut tidak diterima, karena takut kalah bersaing dengan para wanita lain se-Indonesia, karena katanya dalam tiap angkatan sangat sedikit yang diterima. Tapi sekali lagi, dia sangat ingin menjadi Psikolog.

Saya juga punya klien yang sangat rajin berdiskusi dengan ibunya, yang sangat dekat dengannya karena dia anak tunggal sedangkan ayahnya sangat sibuk bekerja. Akhirnya dia dapat memasuki fakultas psikologi sebuah universitas ternama.

Saya juga mendapat cerita, bahwa seorang guru pernah mempunyai seorang murid lelaki yang mempunyai lesung pipi, yang selalu duduk di belakang, ngobrol, ketika guru ini sedang mengajar. Ketika ditanyai oleh sang guru, siswa ini tidak bisa menjawab (lha iyalah..). Dia termasuk anak yang minder karena tidak mendapat perhatian dari orang tuanya yang dua-duanya sangat super sibuk sekali! Dia lebih sering mendapat bimbingan dari neneknya, bahkan yang mengambilkan rapor adalah neneknya. Bahkan, neneknya mengatakan kepada gurunya,"Pokoknya kalau ada apa-apa ndak usah hubungi bapak-ibunya, tapi hubungi saya saja."
Tapi, siapa sangka, sekarang ini si anak sudah menjadi seorang penyanyi muda yang digandrungi remaja putri. Dia sedang naik daun sebagai penyanyi.

Apakah ayah-ibunya tahu sejak dulu bahwa dia ingin menjadi penyanyi?
Saya menduga tidak. Tapi mungkin saja neneknya sudah tahu.

Beberapa waktu yang lalu, kenalan saya bercerita bahwa anak perempuannya yang duduk di SMA masih bingung mau meneruskan kuliah di mana. Si anak bingung! Si Bapak juga bingung, tapi karena dia ketemu dengan saya, saya bilang beli buku saya dulu (DreamSMART for Parents), kalau masih bingung coba telepon saya!

Saya juga punya kenalan satu lagi. Dia adalah guru BK di sebuah SMP di Kebayoran Baru. Salah seorang anaknya sudah duduk di SMK, jurusan Tata Boga. Anaknya yang ini lelaki. Si ibu menganjurkan dia masuk ke sana karena dia melihat bakat yang besar si anak dalam hal masak-memasak. Apalagi sekarang dunia kuliner lagi heboh-hebohnya! Pokok-e MAK NYUS! (maaf pak Bondan, saya pinjam istilah anda :-D)

Sementara anak lelakinya yang satunya masih SMP, tapi sudah punya cita-cita pingin menjadi ahli MODIF MOTOR. Maksudnya jadi ahli memodifikasi sepeda motor. Mungkin anda ada yang punya sepeda motor yang diubah-ubah bentuk dan penampilannya, berarti anda sudah pernah ke bengkel modif. Si ibu guru ini setuju saja dia menjadi ahli modif motor, apalagi peminat motor sekarang ini sangat banyak, dan modalnya tidak terlalu besar. Begitu tutur bu Guru ini kepada saya.

Oops, ternyata saya masih ada satu contoh lagi.
Saya punya kenalan seorang bapak yang anaknya banyak. Anaknya yang nomor 5 ternyata sejak kelas 2 atau 3 SD sudah punya cita-cita ingin jadi Dokter Gigi. Sang Ayah cukup rajin menanyakan cita-citanya. Sekarang, si anak sudah duduk di kelas 9, hampir lulus. Dan, ternyata cita-citanya tidak berubah. Kok bisa?

Apa inti dari pembahasan kali ini?

Intinya adalah bahwa sangat bijaksana jika cita-cita para remaja didiskusikan dengan ortu atau orang dewasa lain yang dapat memberikan bimbingan. Ini bukan saja bicara tentang berapa biaya untuk mencapai cita-cita, tapi juga tentang masa depan mereka. Apa yang menjadi MIMPI mereka.

Hal ini bukanlah masa depan para orang dewasa yang sudah berumur, tapi yang lebih penting adalah masa depan para remaja Indonesia. Tentunya kita tidak ingin membuat mereka ragu-ragu dalam perjalanan mereka menuju cita-citanya. Yang lebih parah tentunya adalah jika mereka sebenarnya belum mempunyai cita-cita yang jelas dan fokus.

Jadi bagi orang dewasa, bimbinglah para remaja kita.
Bagi para remaja, tanyakan dan diskusikan cita-citamu dengan ortu atau orang dewasa yang paling asyik untuk diajak curhat.
Bagi para orang tua dan orang dewasa lain, pelajari bahasa para remaja kita, karena ini sangat bermanfaat dalam berkomunikasi dengan mereka gitu loch. Secara ni jaman dah laen, bukan jadul gitu loch.

Jadi, mari ajak para remaja berdiskusi tentang cita-cita mereka!

Tidak ada komentar: