Jumat, 16 Mei 2008

SMP Tak Tahu Arsitek?

Suatu siang, di seputaran Blok-M, Jakarta, beberapa hari yang lalu, saya berjumpa dengan tiga orang siswa sebuah SMP. Seperti biasa, saya akan berusaha untuk mencari tahu, apakah anak-anak muda kita ini telah mempunyai cita-cita atau belum. Ini adalah survei kecil saja.

Dari ketiga anak ini, satu orang kelas 8, dan dua orang kelas 7. Ketika saya tanya apa cita-cita masing-masing, yang kelas 7 mengatakan bahwa cita-citanya adalah "menjadi pemadam kebakaran," dan satunya ingin menjadi "Menteri Sekretaris Negara." Wow, mulia sekali. Sedangkan yang kelas 8 yang berumur 13 tahun berkata bahwa ia ingin menjadi "Arsitek."

Karena saya penasaran dengan yang terakhir ini, saya langsung bertanya,"Kamu tahu, kerjanya arsitek itu apa?"

Si anak menggeleng-geleng kepala.

Karena kaget dan terpesona dengan keadaan yang ada, bahwa dia tidak tahu apa yang dia katakan, saya langsung bilang,"Arsitek itu kerjanya menggambar, untuk membangun rumah."
Si anak mengangguk-angguk.

Temannya menimpali,"Elu bisa nggambar?"
Dia menggangguk-angguk lagi.

Wow, luar biasa!
Saya kaget, karena saya tidak menyangka bahwa si anak yang sudah SMP dan ada di Jakarta, ternyata tidak mengetahui apa itu "Arsitek," dalam artian pekerjaan dan kecakapan khusus yang harus dimiliki untuk menjadi "Arsitek."

Arsitek adalah sebutan bagi seorang sarjana teknik yang mempunyai keahlian untuk merancang sebuah bangunan atau beberapa bangunan dalam satu komplek. Rancangan yang dibuat harus estetis, indah namun harus dapat melakukan fungsi-fungsi bagi para penghuninya. Kecakapan yang harus dimiliki adalah keahlian menggambar baik teknis maupun seni. Teknis berarti menggambar proyeksi, termasuk hitungannya. Seni berarti harus mempunyai citra yang indah warna-warni, dan jika mungkin, belum pernah ada bangun yang serupa itu (kreativitas).

Jadi, ini adalah masalah wawasan. Tentunya bukan hanya wawasan si anak, tapi juga para orang dewasa di sekitarnya, yang mungkin belum sempat menjelaskan serba-serbi tentang profesi. Adalah tanggung-jawab orang tua di rumah, guru di sekolah, khususnya para guru BK (Bimbingan dan Konseling) untuk menjelaskan. Di sekolah, jika tidak semua profesi dapat dijelaskan oleh guru BK, maka sekolah seharusnya mengundang salah satu orang tua yang kira-kira paham tentang profesi tadi yang diminta untuk menjadi narasumber bagi para siswa. Anggaplah sebagai forum seminar rutin sebulan sekali, membahas pengenalan profesi.

Memang dari penampilan ketiga orang siswa tadi, tampak bahwa mereka adalah dari keluarga yang sederhana, bukan dari keluarga menengah ke atas. Jadi mungkin saja ada kendala dalam hal wawasan dari orang tua mereka. Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari bahwa wawasan mereka kurang luas. Atau, ada yang menyadari namun tidak mempunyai alternatif lain, karena tidak dapat mengusahakan kepustakaan, bacaan bagi anak-anak mereka.

Bagaimana dengan perpustakaan sekolah? Apakah cukup lengkap? Kalau sudah lengkap, apakah banyak siswa yang rajin datang ke sana? Kalau siswa tidak rajin ke perpustakaan, apakah para guru telah menganjurkan? Jika mereka telah menganjurkan, mengapa siswa tetap tidak mau sering pergi ke perpustakaan? Tertarik kegiatan lain seperti online game?

Sayangnya, buku sebagai wahana ilmu untuk sampai kepada manusia di sekitarnya tidak mudah, dan tidak "memaksa." Buku memang sulit untuk memaksa orang untuk mengambil, dan mulai membuka halaman demi halaman.

Di lain pihak, wahana layar kaca sebenarnya mempunyai kekuatan yang lebih besar untuk "memaksa" orang untuk menonton. Itulah sebabnya banyak anak kecil yang hafal jingle lagu iklan berbagai merek. Jadi, seharusnya televisi menjadi wahana untuk menyampaikan pesan-pesan sederhana tentang profesi ini. Sayangnya, bagian itu tidak menarik perhatian para pemasang iklan. Itu karena ratingnya rendah. Karena rating rendah, maka iklan sedikit. Karena iklan sedikit, maka tidak lagi ditayangkan. Sayang sekali.

Dengan sekilas gambaran atau potret kehidupan para remaja, generasi muda kita, di salah satu sudut kota metropolitan seperti di atas tadi, apakah kita tergugah untuk melakukan sesuatu? Bertindak sekarang juga?

Tidak ada komentar: